GP Ansor: Tak Hanya UMKM, BUMN juga Alami Stunting
A
A
A
JAKARTA - Ketua Umum Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Ansor Yaqut Cholil Qoumas menanggapi pernyataan Wakil Presiden KH Ma’ruf Amin tentang Usaha Kecil Menegah Mikro (UMKM) yang saat ini tengah terkena stunting alias tidak berkembang akibat situasi perekonomian yang lesu saat ini.
Menurut Yaqut, tak hanya UMKM yang stunting, Badan Usaha Milik Negara (UMKM) juga terimbas stunting. “Bedanya, UMKM mengalami stunting akibat kondisi perekonomian yang sedang kurang baik, nah BUMN kita tidak berkembang karena tidak ada sinergitas antar-BUMN. Akibatnya, banyak BUMN yang merugi dan salah kelola. Mayoritas BUMN terkena stunting, tidak tumbuh besar, tidak naik kelas,” tandas Gus Yaqut, sapaannya, Kamis, 5 Desember 2019.
Mengutip Menteri BUMN Erick Thohir, Gus Yaqut mengatakan, keuntungan perusahaan pelat merah pada tahun ini sebesar Rp210 triliun. Sayangnya, keuntungan tersebut sebagian besar hanya dihasilkan 15 perusahaan BUMN yang bergerak di sektor perbankan, telekomunikasi, minyak dan gas.
“Padahal jumlah BUMN 142. Hanya 15 perusahaan yang berkembang, sisanya mengalami stunting, layu, tidak berkembang, bahkan merugi. Pemerintah tak kurang-kurang menyuntikkan besar modal untuk meningkatkan kinerja perusahan-perusahaan BUMN itu. Dalam empat tahun terakhir, penyertaan modal negara (PMN) untuk BUMN mencapai Rp105,5 triliun, lho,” ungkap Gus Yaqut.
Gus Yaqut meminta penyakit stunting BUMN ini segera diobati. Menurut dia, BUMN harus bersinergi, bekerja sama untuk memperpanjang umur BUMN. “Semua BUMN harus bersilaturahmi, berjejaring. Ngobrol-lah, bicara yang serius, bersahabat satu sama lain, sinergi, bekerja sama. Ini akan memperpanjang umur BUMN,” ujarnya.
Untuk membuat BUMN menjadi besar, kata dia, harus transparan yang didasarkan pada sistem, bukan pada orang per orang. Salah satu caranya, melalui Initial Public Offering (IPO) di mana ada kewajiban transparansi laporan berkala, sekaligus dapat meningkatkan sense of belonging dari masyarakat terhadap BUMN.
“Begitu BUMN sudah mulai berumur panjang, membesar dan transparan, maka harus bisa berkembang lagi. Bukan cuma jago kandang, tapi jadi jagoan kelas dunia, bertarung di kancah global. Di sini, semua elemen bangsa, khususnya kementerian (Kementerian Luar Negeri, Kementerian Perdagangan, Kementerian Perindustrian, Investasi, dll) dan lembaga negara juga harus bersinergi membantu mempromosikan, mengawal, dan mencarikan jalan maupun pasar BUMN kita di luar negeri. Koordinasikan dengan Badan Intelijen Negara (BIN),” tegas Gus Yaqut.
Gus Yaqut menambahkan, kementerian terkait wajib untuk bekerja ekstra keras ikut membantu membesarkan BUMN-BUMN dan dapat bersaingan di tingkat global.
“Diperlukan strategi khusus untuk mencarikan pasar BUMN kita di luar negeri. Biar kita nggak cuma jadi bangsa yang hanya bisa mengeluh saat ada OBOR (One Belt One Road) Tiongkok, atau antiasing atau aseng, tapi tidak berani bertarung dengan mereka di luar negeri, bahkan langsung di jantung negara mereka. Misalnya, Semen Indonesia selain ke Vietnam, bisa nggak membanjiri Tiongkok seperti Semen Conch membanjiri Indonesia, khususnya di wilayah Indonesia Timur. Ini kan sebenarnya terbuka peluang, apalagi pasar bebas,” tutupnya.
Menurut Yaqut, tak hanya UMKM yang stunting, Badan Usaha Milik Negara (UMKM) juga terimbas stunting. “Bedanya, UMKM mengalami stunting akibat kondisi perekonomian yang sedang kurang baik, nah BUMN kita tidak berkembang karena tidak ada sinergitas antar-BUMN. Akibatnya, banyak BUMN yang merugi dan salah kelola. Mayoritas BUMN terkena stunting, tidak tumbuh besar, tidak naik kelas,” tandas Gus Yaqut, sapaannya, Kamis, 5 Desember 2019.
Mengutip Menteri BUMN Erick Thohir, Gus Yaqut mengatakan, keuntungan perusahaan pelat merah pada tahun ini sebesar Rp210 triliun. Sayangnya, keuntungan tersebut sebagian besar hanya dihasilkan 15 perusahaan BUMN yang bergerak di sektor perbankan, telekomunikasi, minyak dan gas.
“Padahal jumlah BUMN 142. Hanya 15 perusahaan yang berkembang, sisanya mengalami stunting, layu, tidak berkembang, bahkan merugi. Pemerintah tak kurang-kurang menyuntikkan besar modal untuk meningkatkan kinerja perusahan-perusahaan BUMN itu. Dalam empat tahun terakhir, penyertaan modal negara (PMN) untuk BUMN mencapai Rp105,5 triliun, lho,” ungkap Gus Yaqut.
Gus Yaqut meminta penyakit stunting BUMN ini segera diobati. Menurut dia, BUMN harus bersinergi, bekerja sama untuk memperpanjang umur BUMN. “Semua BUMN harus bersilaturahmi, berjejaring. Ngobrol-lah, bicara yang serius, bersahabat satu sama lain, sinergi, bekerja sama. Ini akan memperpanjang umur BUMN,” ujarnya.
Untuk membuat BUMN menjadi besar, kata dia, harus transparan yang didasarkan pada sistem, bukan pada orang per orang. Salah satu caranya, melalui Initial Public Offering (IPO) di mana ada kewajiban transparansi laporan berkala, sekaligus dapat meningkatkan sense of belonging dari masyarakat terhadap BUMN.
“Begitu BUMN sudah mulai berumur panjang, membesar dan transparan, maka harus bisa berkembang lagi. Bukan cuma jago kandang, tapi jadi jagoan kelas dunia, bertarung di kancah global. Di sini, semua elemen bangsa, khususnya kementerian (Kementerian Luar Negeri, Kementerian Perdagangan, Kementerian Perindustrian, Investasi, dll) dan lembaga negara juga harus bersinergi membantu mempromosikan, mengawal, dan mencarikan jalan maupun pasar BUMN kita di luar negeri. Koordinasikan dengan Badan Intelijen Negara (BIN),” tegas Gus Yaqut.
Gus Yaqut menambahkan, kementerian terkait wajib untuk bekerja ekstra keras ikut membantu membesarkan BUMN-BUMN dan dapat bersaingan di tingkat global.
“Diperlukan strategi khusus untuk mencarikan pasar BUMN kita di luar negeri. Biar kita nggak cuma jadi bangsa yang hanya bisa mengeluh saat ada OBOR (One Belt One Road) Tiongkok, atau antiasing atau aseng, tapi tidak berani bertarung dengan mereka di luar negeri, bahkan langsung di jantung negara mereka. Misalnya, Semen Indonesia selain ke Vietnam, bisa nggak membanjiri Tiongkok seperti Semen Conch membanjiri Indonesia, khususnya di wilayah Indonesia Timur. Ini kan sebenarnya terbuka peluang, apalagi pasar bebas,” tutupnya.
(cip)