Generasi Muda Dingatkan Belajar Agama ke Ulama, Jangan Cuma Online

Senin, 25 November 2019 - 18:09 WIB
Generasi Muda Dingatkan...
Generasi Muda Dingatkan Belajar Agama ke Ulama, Jangan Cuma Online
A A A
JAKARTA - Salah satu penyebab generasi muda mudah terkena doktrin radikalisme dinilai salah satunya karena belajar agama Islam melalui internet atau online.

Padahal, dunia maya juga menjadi pusat penyebaran radikalisme dan terorisme. Karena itu, generasi muda atau milenial jangan hanya belajar agama Islam via online, tetapi harus berguru pada ulama, terutama ulama yang wasathiyah (moderat).

“Seharusnya anak-anak muda ini dipahamkan ajaran agama Islam yang lurus, jangan hanya sepotong-sepotong, tidak utuh atau bahkan hanya belajar lewat online. Alangkah bagusnya bila belajar langsung kepada ulama yang memiliki pemahaman yang wasathiyah,” ungkap terpidana kasus terorisme, Umar Patek di Lapas Porong Sidoarjo, Kamis 21 November 2019 dalam siaran pers Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT).

Umar Patek ditangkap karena keterlibatannya dalam insiden Bom Bali I tahun 2002. Umar juga diketahui sebagai mantan anggota Jamaah Islamiyah (JI) dan diyakini pernah menjadi amir menggantikan Dulmatin yang telah ditembak mati oleh aparat sebelumnya.

Selama di JI, Umar Patek diyakini pernah menjadi komandan lapangan pelatihan JI di Mindanao, Filipina. Bahkan gembong teroris Noordin M Top disebut-sebut pernah menjadi muridnya. Perjalanannya berakhir setelah dia tertangkap oleh aparat keamanan Pakistan di Abottabad pada tahun 2011 dan kemudian diekstradisi ke Indonesia. Ia divonis hukuman penjara 20 tahun. (Baca Juga: Istri Umar Patek Masuk WNI, BNPT: Cintai Negeri In)

Kini Umar Patek alias Hisyam bin Alizein telah menyatakan diri kembali ke NKRI. Bahkan dalam beberapa tahun terakhir,d ia selalu menjadi pengibar bendera merah putih saat peringatan HUT Kemerdekaan Republik Indonesia (RI) di Lapas Porong. Tak hanya itu, Umar Patek juga aktif membantu Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) melakukan program deradikalisasi terhadap para napi terorisme lainnya.

Dia meminta agar generasi muda tidak mengikuti jejaknya. Dia juga menekankan agar tidak mudah termakan oleh iming-iming janji surga yang instan.

“Siapa yang tidak tertarik ketika diberi janji-janji seperti itu, kamu bisa masuk surga dengan jalan pintas jika membunuh si ini, si itu. Orang dijanjikan harta miliaran saja tertarik apalagi dijanjikan surga. Apalagi mereka yang dulunya preman atau pernah berbuat kesalahan dan lain-lain, ketika diberi janji seperti itu mereka seolah-olah diberi pengampunan atau payung hukum agama. Ini yang berbahaya,” tutur Umar.

Umar mengatakan mencegah penyebaran radikalisme ini harus di mulai sejak dini di sekolah-sekolah dan universitas dengan melibatkan guru dan dosen. “Jadi dimulai dari dosen, guru sekolah atau guru ngaji mereka dihimbau untuk tidak mengajarkan hal-hal yang mengarah pada kekerasan. Jadi dari situ harus sudah mulai ditangkal,” ungkapnya.

Selain itu mencegah radikalisme di kalangan anak muda juga bisa dilakukan mulai dari keluarga sendiri. “Karena ketika keluarganya harmonis Insya Allah akan lebih baik kedepannya. Tentu memang harus dengan dipantau aktifitasnya dan juga medsosnya. Jadi ketika si anak beranjak ABG mungkin akan merasa emosional kalau diawasi tetapi karena dari kecil sudah akrab dengan orang tuanya sehingga akan lebih mudah nantiya untuk diberi pengertian,“ kata Umar

Selain itu, lanjut Umar Patek, pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika harus melakukan pengawasan ketat untuk menangkap penyebaran radikalisme lewat online. Dia mengungkapkan bahwa penyebaran radikalisme ini lebih banyak lewat online tidak seperti jaman dulu yang harus bertatap muka.

“Itu yang harus diwaspadai bisa dari Kemenkominfo untuk mendeteksi keyword-keyword yang mengarah ke kekerasan," tuturnya.
(dam)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1134 seconds (0.1#10.140)