Aksi Memukau Para Jenderal TNI/Polri di Lakon ‘Sang Sukrasana’
A
A
A
JAKARTA - Meski disibukkan seabrek rutinitas dan dikenal tegas, sejumlah jenderal TNI-Polri tampak begitu luwes dan kompak membawakan tari tradisi di pergelaran wayang orang bertajuk Sang Sukrasana di Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki, kemarin. Tak hanya menari, Mayjen (Purn) TNI Wiyarto begitu piawai memerankan Prabu Citrasena, salah satu tokoh di lakon ini.
Di samping seru dan sangat menghibur, pergelaran wayang orang yang didukung Laskar Indonesia Pusaka dan Bhakti Budaya Djarum Foundation ini membawa pesan moral dan spirit kepada penonton. Pesannya pun sederhana, memberikan semangat kepada masyarakat meningkatkan nasionalisme, semangat persatuan dan kesatuan, senantiasa merawat tali persaudaraan, serta tentunya untuk semakin mencintai kesenian tradisional Tanah Air.
Adapun para jenderal yang menjadi bagian penari raja-raja dan berpadu apik dengan penari dari kelompok Wayang Orang Bharata di pentas ini adalah Laksda TNI Yudo Margono, Mayjen TNI Gatot Triswanto, Brigjen TNI Hasto Pratisto Yuwono, Marsma (Purn) TNI Suharto, Laksma TNI Tunggul Suropati, Brigjen TNI Lukmanul Khaqim, Marsma TNI Umar Rudianto, Brigjen Pol Anang Suhardi, Brigjen Pol Joko Irwanto, Brigjen Pol Nugroho Aji Wijayanto, Brigjen Pol Abdul Kadir, dan Brigjen Pol Sjamsul Sidiq.
Hebatnya lagi, pentas yang melibatkan sejumlah prajurit dan purnawirawan TNI/Polri ini sukses mengocok perut penonton yang hadir. Tawa lepas dan senyum terus mengembang di wajah Panglima TNI Jenderal Hadi Tjahjanto, Kapolri Jenderal Pol Idham Aziz berikut dua mantan panglima TNI Jenderal (purn) TNI Moeldoko dan Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo, Gubernur DKI Anies Baswedan, mantan gubernur DKI Sutiyoso serta para perwira tinggi (pati) dan purnawirawan, yang menyaksikan pertunjukan berdurasi dua jam tersebut.
Lakon yang disutradarai Nanang Ruswandi dan produser Aylawati Sarwono ini juga digawangi aktor senior Lukman Sardi sebagai Sukrasana, artis Maudy Koesnaedi sebagai Dewi Citralangeni, Asmara Abigail sebagai Dewi Citrawati, Inayah Wahid sebagai Nawang Wulan, Ruth Marini sebagai Raksesi Sintogendenknemen, artis Tina Toon sebgai Retno Wulan, serta melibatkan masyarakat lintas generasi dari berbagai kalangan dan komunitas. Ada dari kelompok Wayang Orang Bharata hingga para tokoh pencinta wayang orang dan pelaku seni lainnya.
“Wayang merupakan karya seni luar biasa yang dapat digunakan untuk menyampaikan nilai-nilai keindahan serta moral kepada masyarakat. Dengan keterlibatan selebritas dan public figure dalam pergelaran yang mengambil cerita wayang ini tentu akan semakin meningkatkan apresiasi masyarakat luas dan menginspirasi generasi muda untuk berperan serta dalam pelestarian seni budaya, khususnya seni pertunjukan Indonesia,” ujar Renitasari Adrian, Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation.
Sang Sukrasana terinspirasi dari situasi negara yang sedang dirundung kemelut perebutan kekuasaan, tetapi melalaikan kepentingan rakyat kecil yang justru sewajibnya disejahterakan. Pementasan yang juga didukung Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Jaya Suprana School of Performing Arts, Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI), Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta serta sejumlah pihak swasta ini dalam rangka memperingati Hari Wayang 7 November, yang baru diresmikan Presiden Joko Widodo.
Tokoh Sukrasana adalah tokoh wayang asli dari Indonesia, bukan dari Mahabharata. Cerita klasik Sukrasana dan sang kakak, Sumantri, terjadi jauh sebelum adanya Mahabharata yang konon saat para dewa-dewi masih hidup berdampingan dengan manusia. Sukrasana adalah ksatria sakti mandraguna yang dilatih oleh salah satu dewa terkuat di kahyangan: Batara Indra.
Sukrasana yang memiliki kekuatan luar biasa memiliki wajah yang menyerupai buto kecil, menyeramkan dan buruk rupa. Kakaknya, Sumantri, adalah ksatria yang ambisius dan tampan rupawan. Dalam banyak hal Sukrasana sangat menyayangi kakaknya dan selalu ada untuk membantu kakaknya dalam peperangan atau dalam kesulitan dengan kekuatannya tanpa pamrih.
Sayangnya, kisah Sumantri dan Sukrasana memiliki akhir yang tragis ketika kesetiaan dikhianati oleh ambisi dan syahwat kekuasaan. Wayang merupakan sarana sosialisasi komunikasi yang sangat efektif dalam menyampaikan pesan-pesan sejak zaman pergerakan perjuangan, kemerdekaan, sampai masa pembangunan bangsa dan negara.
"Pergelaran Sang Sukrasana adalah persembahan karya visual dari generasi muda bangsa Indonesia dengan bimbingan para senior yang memahami pakem Jawa klasik yang berbudi luhur layaknya seluruh cerita dalam pewayangan,” ujar Jaya Suprana, penggagas lakon Sang Sukrasana sekaligus pendiri Laskar Indonesia Pusaka.
Didirikan pada 2009, Laskar Indonesia Pusaka merupakan wadah untuk mengayomi kearifan seni panggung lokal dan mengemasnya dengan taraf internasional. Di bawah naungan Yayasan Kebudayaan dan Kemanusiaan Jaya Suprana, komunitas ini mendalami seni panggung tradisional Indonesia dan bertujuan untuk mengajak generasi muda mengapresiasi karya adiluhur bangsa dengan cara pengemasan yang dinamis dan gampang dimengerti melalui media digital.
Yayasan Kebudayaan dan Kemanusiaan Jaya Suprana merupakan bentuk tanggung jawab perusahaan dari Jaya Suprana School of Performing Arts yang telah berhasil merepresentasikan berbagai misi budaya di dalam maupun luar negeri.
Di samping seru dan sangat menghibur, pergelaran wayang orang yang didukung Laskar Indonesia Pusaka dan Bhakti Budaya Djarum Foundation ini membawa pesan moral dan spirit kepada penonton. Pesannya pun sederhana, memberikan semangat kepada masyarakat meningkatkan nasionalisme, semangat persatuan dan kesatuan, senantiasa merawat tali persaudaraan, serta tentunya untuk semakin mencintai kesenian tradisional Tanah Air.
Adapun para jenderal yang menjadi bagian penari raja-raja dan berpadu apik dengan penari dari kelompok Wayang Orang Bharata di pentas ini adalah Laksda TNI Yudo Margono, Mayjen TNI Gatot Triswanto, Brigjen TNI Hasto Pratisto Yuwono, Marsma (Purn) TNI Suharto, Laksma TNI Tunggul Suropati, Brigjen TNI Lukmanul Khaqim, Marsma TNI Umar Rudianto, Brigjen Pol Anang Suhardi, Brigjen Pol Joko Irwanto, Brigjen Pol Nugroho Aji Wijayanto, Brigjen Pol Abdul Kadir, dan Brigjen Pol Sjamsul Sidiq.
Hebatnya lagi, pentas yang melibatkan sejumlah prajurit dan purnawirawan TNI/Polri ini sukses mengocok perut penonton yang hadir. Tawa lepas dan senyum terus mengembang di wajah Panglima TNI Jenderal Hadi Tjahjanto, Kapolri Jenderal Pol Idham Aziz berikut dua mantan panglima TNI Jenderal (purn) TNI Moeldoko dan Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo, Gubernur DKI Anies Baswedan, mantan gubernur DKI Sutiyoso serta para perwira tinggi (pati) dan purnawirawan, yang menyaksikan pertunjukan berdurasi dua jam tersebut.
Lakon yang disutradarai Nanang Ruswandi dan produser Aylawati Sarwono ini juga digawangi aktor senior Lukman Sardi sebagai Sukrasana, artis Maudy Koesnaedi sebagai Dewi Citralangeni, Asmara Abigail sebagai Dewi Citrawati, Inayah Wahid sebagai Nawang Wulan, Ruth Marini sebagai Raksesi Sintogendenknemen, artis Tina Toon sebgai Retno Wulan, serta melibatkan masyarakat lintas generasi dari berbagai kalangan dan komunitas. Ada dari kelompok Wayang Orang Bharata hingga para tokoh pencinta wayang orang dan pelaku seni lainnya.
“Wayang merupakan karya seni luar biasa yang dapat digunakan untuk menyampaikan nilai-nilai keindahan serta moral kepada masyarakat. Dengan keterlibatan selebritas dan public figure dalam pergelaran yang mengambil cerita wayang ini tentu akan semakin meningkatkan apresiasi masyarakat luas dan menginspirasi generasi muda untuk berperan serta dalam pelestarian seni budaya, khususnya seni pertunjukan Indonesia,” ujar Renitasari Adrian, Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation.
Sang Sukrasana terinspirasi dari situasi negara yang sedang dirundung kemelut perebutan kekuasaan, tetapi melalaikan kepentingan rakyat kecil yang justru sewajibnya disejahterakan. Pementasan yang juga didukung Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Jaya Suprana School of Performing Arts, Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI), Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta serta sejumlah pihak swasta ini dalam rangka memperingati Hari Wayang 7 November, yang baru diresmikan Presiden Joko Widodo.
Tokoh Sukrasana adalah tokoh wayang asli dari Indonesia, bukan dari Mahabharata. Cerita klasik Sukrasana dan sang kakak, Sumantri, terjadi jauh sebelum adanya Mahabharata yang konon saat para dewa-dewi masih hidup berdampingan dengan manusia. Sukrasana adalah ksatria sakti mandraguna yang dilatih oleh salah satu dewa terkuat di kahyangan: Batara Indra.
Sukrasana yang memiliki kekuatan luar biasa memiliki wajah yang menyerupai buto kecil, menyeramkan dan buruk rupa. Kakaknya, Sumantri, adalah ksatria yang ambisius dan tampan rupawan. Dalam banyak hal Sukrasana sangat menyayangi kakaknya dan selalu ada untuk membantu kakaknya dalam peperangan atau dalam kesulitan dengan kekuatannya tanpa pamrih.
Sayangnya, kisah Sumantri dan Sukrasana memiliki akhir yang tragis ketika kesetiaan dikhianati oleh ambisi dan syahwat kekuasaan. Wayang merupakan sarana sosialisasi komunikasi yang sangat efektif dalam menyampaikan pesan-pesan sejak zaman pergerakan perjuangan, kemerdekaan, sampai masa pembangunan bangsa dan negara.
"Pergelaran Sang Sukrasana adalah persembahan karya visual dari generasi muda bangsa Indonesia dengan bimbingan para senior yang memahami pakem Jawa klasik yang berbudi luhur layaknya seluruh cerita dalam pewayangan,” ujar Jaya Suprana, penggagas lakon Sang Sukrasana sekaligus pendiri Laskar Indonesia Pusaka.
Didirikan pada 2009, Laskar Indonesia Pusaka merupakan wadah untuk mengayomi kearifan seni panggung lokal dan mengemasnya dengan taraf internasional. Di bawah naungan Yayasan Kebudayaan dan Kemanusiaan Jaya Suprana, komunitas ini mendalami seni panggung tradisional Indonesia dan bertujuan untuk mengajak generasi muda mengapresiasi karya adiluhur bangsa dengan cara pengemasan yang dinamis dan gampang dimengerti melalui media digital.
Yayasan Kebudayaan dan Kemanusiaan Jaya Suprana merupakan bentuk tanggung jawab perusahaan dari Jaya Suprana School of Performing Arts yang telah berhasil merepresentasikan berbagai misi budaya di dalam maupun luar negeri.
(don)