Unta dan ATV Memperkuat Daya Tarik Gunung Magnet bagi Pengunjung
A
A
A
SELAIN situs sejarah Islam, Kota Madinah Al- Munawwarah juga memiliki cukup banyak tempat yang menarik untuk dikunjungi satu di antaranya Jabal Magnet atau Gunung Magnet. Lokasinya tak terlalu jauh dari pusat Kota Madinah.
Hanya sekitar 40 kilometer dari Masjid Nabawi. Butuh waktu antara 30-40 menit untuk sampai ke sana dari Kantor Daerah Kerja (Daker) Madinah, tempat kami tim Media Center Haji (MCH) menginap. Jabal Magnet merupakan deretan bukit batu warna kuning kecokelatan yang saling menyambung memutar. Jalanannya buntu dan dibuat seperti huruf O untuk sirkulasi arus mobil yang masuk dan keluar dari titik utama Jabal Magnet.
Gunung ini banyak dipercaya mengandung magnet yang bisa menarik mobil mundur atau meluncurkan mobil dalam kecepatan tinggi. Meski bukan tempat bersejarah Islam, tapi cukup banyak jamaah haji yang datang ke Jabal Magnet.
Seperti rombongan jamaah haji kelompok terbang (kloter) 55 Jakarta-Pondok Gede (JKG) yang penasaran dengan keberadaan gunung tersebut. “Pengentahu karena penasaran. Kebetulan diajak saudara yang tinggal di sini,” kata jamaah haji kloter 55 JKG, Muhammad Sutara, 50, yang datang bersama istri dan rombongan dengan meng gunakan minibus, kemarin. Menurut Sutara, rombongan jamaah haji asal Kabupaten Pandeglang, Banten tersebut sempat membuktikan misteri Jabal Magnet sesampai di lokasi. Mobil yang ditumpangi terasa berat saat melaju ke depan. Seakan-akan ada yang menarik dari belakang.
“Ketika rem dilepas, mundur sendiri, padahal berat muatannya. Seperti tertarik sama magnet,“ ujar Sutara yang berhaji bersama istrinya, Nur Syifa. Pengalaman yang sama juga disampaikan seorang mukimin, Nurhaji Fachrudin. Dia pernah membawa mobil dengan kecepatan 110 kilometer per jam, tapi saat memasuki kawasan Jabal Magnet terasa berat dan kecepatannya menurun drastis hingga kurang dari 80 km per jam. “Padahal, jalanannya datar,” katanya.
Banyak yang percaya gunung ini mengandung magnet karena bisa membuat laju mobil terasa berat saat melewatinya atau bahkan bisa mendorong mobil dalam kecepatan tinggi ke arah sebaliknya. Padahal, ketika dilihat secara kasatmata, kondisi jalanan tidak menanjak atau menurun.
Namun, sebagian yang lain meragukan ada medan magnet di gunung tersebut. Berdasarkan penelusuran sejumlah literatur, apa yang dialami mobil ketika melintas bukan karena pengaruh magnet, tapi sekadar ilusi topografi. Jalan yang menurun terlihat seolah datar atau menanjak akibat struktur bukit di sekitarnya.
Gunung batu yang berjajar rapi di sepanjang jalan mengaburkan garis cakrawala atau garis laut sehingga mata tidak dapat menentukan titik tertinggi dan terendah, terkecoh oleh barisan bukit. Meski banyak ilmuwan yang telah menjelaskan fenomena Jabal Magnet di Madinah, tapi masih banyak yang percaya bahwa gunung ini mengandung magnet.
Mereka pun melakukan pembuktian untuk membenarkan apa yang telah diyakininya tersebut. Terlepas dari benar dan tidak fenomena tersebut, Jabal Magnet telah menjadi salah satu objek wisata di Madinah. Tak heran kini banyak pelaku usaha yang menawarkan beragam wahana bagi para pengunjung Jabal Magnet antara lain menunggangi unta dan ngebut di padang pasir dengan motor ATV. “Biayanya SAR10 untuk sekali naik (unta/ATV),” kata Sodik, salah satu pelaku usaha di Jabal Magnet.
Menurutnya, banyak para pendatang, utamanya dari negara Sudan yang membuka usaha di Jabal Magnet sejak dua tahun lalu. Mereka memanfaatkan banyaknya pengunjung untuk mengais rezeki dengan berdagang makanan dan minuman serta jasa persewaan naik unta dan ATV.
Para pelaku usaha itu mendirikan tenda-tenda sebagai tempat tinggal yang juga bisa digunakan sebagai tempat salat bagi para pengunjung. Bagi Anda yang berkunjung ke Jabal Magnet, jangan lupa untuk mencoba susu unta. Cukup membayar SAR5 untuk segelas susu unta yang bisa membuat Anda kembali berstamina.
ABDUL MALIK MUBARAK
Madinah, Arab Saudi
Hanya sekitar 40 kilometer dari Masjid Nabawi. Butuh waktu antara 30-40 menit untuk sampai ke sana dari Kantor Daerah Kerja (Daker) Madinah, tempat kami tim Media Center Haji (MCH) menginap. Jabal Magnet merupakan deretan bukit batu warna kuning kecokelatan yang saling menyambung memutar. Jalanannya buntu dan dibuat seperti huruf O untuk sirkulasi arus mobil yang masuk dan keluar dari titik utama Jabal Magnet.
Gunung ini banyak dipercaya mengandung magnet yang bisa menarik mobil mundur atau meluncurkan mobil dalam kecepatan tinggi. Meski bukan tempat bersejarah Islam, tapi cukup banyak jamaah haji yang datang ke Jabal Magnet.
Seperti rombongan jamaah haji kelompok terbang (kloter) 55 Jakarta-Pondok Gede (JKG) yang penasaran dengan keberadaan gunung tersebut. “Pengentahu karena penasaran. Kebetulan diajak saudara yang tinggal di sini,” kata jamaah haji kloter 55 JKG, Muhammad Sutara, 50, yang datang bersama istri dan rombongan dengan meng gunakan minibus, kemarin. Menurut Sutara, rombongan jamaah haji asal Kabupaten Pandeglang, Banten tersebut sempat membuktikan misteri Jabal Magnet sesampai di lokasi. Mobil yang ditumpangi terasa berat saat melaju ke depan. Seakan-akan ada yang menarik dari belakang.
“Ketika rem dilepas, mundur sendiri, padahal berat muatannya. Seperti tertarik sama magnet,“ ujar Sutara yang berhaji bersama istrinya, Nur Syifa. Pengalaman yang sama juga disampaikan seorang mukimin, Nurhaji Fachrudin. Dia pernah membawa mobil dengan kecepatan 110 kilometer per jam, tapi saat memasuki kawasan Jabal Magnet terasa berat dan kecepatannya menurun drastis hingga kurang dari 80 km per jam. “Padahal, jalanannya datar,” katanya.
Banyak yang percaya gunung ini mengandung magnet karena bisa membuat laju mobil terasa berat saat melewatinya atau bahkan bisa mendorong mobil dalam kecepatan tinggi ke arah sebaliknya. Padahal, ketika dilihat secara kasatmata, kondisi jalanan tidak menanjak atau menurun.
Namun, sebagian yang lain meragukan ada medan magnet di gunung tersebut. Berdasarkan penelusuran sejumlah literatur, apa yang dialami mobil ketika melintas bukan karena pengaruh magnet, tapi sekadar ilusi topografi. Jalan yang menurun terlihat seolah datar atau menanjak akibat struktur bukit di sekitarnya.
Gunung batu yang berjajar rapi di sepanjang jalan mengaburkan garis cakrawala atau garis laut sehingga mata tidak dapat menentukan titik tertinggi dan terendah, terkecoh oleh barisan bukit. Meski banyak ilmuwan yang telah menjelaskan fenomena Jabal Magnet di Madinah, tapi masih banyak yang percaya bahwa gunung ini mengandung magnet.
Mereka pun melakukan pembuktian untuk membenarkan apa yang telah diyakininya tersebut. Terlepas dari benar dan tidak fenomena tersebut, Jabal Magnet telah menjadi salah satu objek wisata di Madinah. Tak heran kini banyak pelaku usaha yang menawarkan beragam wahana bagi para pengunjung Jabal Magnet antara lain menunggangi unta dan ngebut di padang pasir dengan motor ATV. “Biayanya SAR10 untuk sekali naik (unta/ATV),” kata Sodik, salah satu pelaku usaha di Jabal Magnet.
Menurutnya, banyak para pendatang, utamanya dari negara Sudan yang membuka usaha di Jabal Magnet sejak dua tahun lalu. Mereka memanfaatkan banyaknya pengunjung untuk mengais rezeki dengan berdagang makanan dan minuman serta jasa persewaan naik unta dan ATV.
Para pelaku usaha itu mendirikan tenda-tenda sebagai tempat tinggal yang juga bisa digunakan sebagai tempat salat bagi para pengunjung. Bagi Anda yang berkunjung ke Jabal Magnet, jangan lupa untuk mencoba susu unta. Cukup membayar SAR5 untuk segelas susu unta yang bisa membuat Anda kembali berstamina.
ABDUL MALIK MUBARAK
Madinah, Arab Saudi
(nfl)