Hidupkan Reaktor Triga, Batan Bakal Olah Uranium Sendiri
A
A
A
BANDUNG - Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) bakal mengolah uranium sendiri untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar nuklir dalam negeri. Rencananya, konversi bahan bahan bakar tersebut akan digunakan pada Reaktor Triga 2000.
Keputusan Indonesia mengolah uranium untuk bahan bakar nuklir merupakan langkah maju. Selama ini, Indonesia mengimpor bahan bakar nuklir tipe Triga Mark II buatan General Atomic.
Kepala Pusat Sains dan Teknologi Nuklir Terapan (PSTNT) Jupiter Sitorus Pane mengatakan penggunaan bahan bakar buatan sendiri akan digunakan untuk reaktor Triga 2000. Bahan bakar yang akan digunakan adalah tipe MTR fuel plate.
Upaya mengonversi bahan bakar ini dikarenakan General Atomic menghentikan produksi bahan bakarnya. General Atomic tidak hanya menghentikan produksi bahan bakar saja, namun produksi batang kendali dan berbagai komponen reaktor Triga lainnya.
“Apabila tidak ada bahan bakar akan berakibat terhentinya operasi reaktor Triga 2000. Dampaknya, sejumlah penelitian yang selama ini dilakukan PSTNT dan Batan akan terhenti," ujar dia dalam siaran persnya, Jumat (5/7/2019).
Padahal, kata dia Reaktor Triga 2000 selama ini melakukan penelitian terkait dengan teknik analisis nuklir. Yaitu untuk studi polusi udara, nutrisi, senyawa bertanda untuk terapi dan diagnostik, radiometri. Produk tersebut selama ini pemanfaatannya sangat luas untuk kesejahteraan masyarakat.
Oleh karenanya, kata dia, demi menjaga keberlangsungan operasi reaktor, perlu dilakukan berbagai upaya mengganti bahan bakar dan komponen lainnya yang selama ini diproduksi oleh General Atomic.
Namun dia memastikan, Indonesia telah menguasai teknologi pembuatan bahan bakar reaktor. Selama ini, pihaknya juga telah berhasil membuat bahan bakar yang dimanfaatkan di Reaktor Serba Guna G.A. Siwabessy yang berada di Kawasan Nuklir Serpong.
“Indonesia sudah mampu memproduksi bahan bakar reaktor tipe MTR-fuel plate secara domestik. Juga sudah berhasil digunakan di Reaktor Serba Guna G.A. Siwabessy dan bahkan sudah mampu membuat komponen batang kendali sendiri. Ini menjadi modal dasar yang paling menentukan mengapa kita layak melakukan konversi karena bahan bakar penggantinya sudah ada,” tambahnya.
Diketahui, Reaktor Triga 2000 merupakan reaktor riset pertama yang dimiliki oleh Indonesia. Reaktor dengan kapasitas 2 MW yang berlokasi di Jalan Tamansari, Kota Bandung ini mulai dioperasikan pada tahun 1965. Hingga saat ini reaktor ini tetap beroperasi dengan baik.
Keputusan Indonesia mengolah uranium untuk bahan bakar nuklir merupakan langkah maju. Selama ini, Indonesia mengimpor bahan bakar nuklir tipe Triga Mark II buatan General Atomic.
Kepala Pusat Sains dan Teknologi Nuklir Terapan (PSTNT) Jupiter Sitorus Pane mengatakan penggunaan bahan bakar buatan sendiri akan digunakan untuk reaktor Triga 2000. Bahan bakar yang akan digunakan adalah tipe MTR fuel plate.
Upaya mengonversi bahan bakar ini dikarenakan General Atomic menghentikan produksi bahan bakarnya. General Atomic tidak hanya menghentikan produksi bahan bakar saja, namun produksi batang kendali dan berbagai komponen reaktor Triga lainnya.
“Apabila tidak ada bahan bakar akan berakibat terhentinya operasi reaktor Triga 2000. Dampaknya, sejumlah penelitian yang selama ini dilakukan PSTNT dan Batan akan terhenti," ujar dia dalam siaran persnya, Jumat (5/7/2019).
Padahal, kata dia Reaktor Triga 2000 selama ini melakukan penelitian terkait dengan teknik analisis nuklir. Yaitu untuk studi polusi udara, nutrisi, senyawa bertanda untuk terapi dan diagnostik, radiometri. Produk tersebut selama ini pemanfaatannya sangat luas untuk kesejahteraan masyarakat.
Oleh karenanya, kata dia, demi menjaga keberlangsungan operasi reaktor, perlu dilakukan berbagai upaya mengganti bahan bakar dan komponen lainnya yang selama ini diproduksi oleh General Atomic.
Namun dia memastikan, Indonesia telah menguasai teknologi pembuatan bahan bakar reaktor. Selama ini, pihaknya juga telah berhasil membuat bahan bakar yang dimanfaatkan di Reaktor Serba Guna G.A. Siwabessy yang berada di Kawasan Nuklir Serpong.
“Indonesia sudah mampu memproduksi bahan bakar reaktor tipe MTR-fuel plate secara domestik. Juga sudah berhasil digunakan di Reaktor Serba Guna G.A. Siwabessy dan bahkan sudah mampu membuat komponen batang kendali sendiri. Ini menjadi modal dasar yang paling menentukan mengapa kita layak melakukan konversi karena bahan bakar penggantinya sudah ada,” tambahnya.
Diketahui, Reaktor Triga 2000 merupakan reaktor riset pertama yang dimiliki oleh Indonesia. Reaktor dengan kapasitas 2 MW yang berlokasi di Jalan Tamansari, Kota Bandung ini mulai dioperasikan pada tahun 1965. Hingga saat ini reaktor ini tetap beroperasi dengan baik.
(kri)