Buku Undercover 212 Ungkap Peran Tokoh Agama di Kalsel Teduhkan Situasi

Jum'at, 21 Juni 2019 - 21:27 WIB
Buku Undercover 212...
Buku Undercover 212 Ungkap Peran Tokoh Agama di Kalsel Teduhkan Situasi
A A A
JAKARTA - Mungkin banyak orang yang belum mengenal siapa Sayyid Abdul Qadir Thoha Ba'aqil, tokoh masyarakat Kalimantan Selatan yang dikenal peduli dengan persatuan bangsa.

Nah dalam peristiwa Aksi 212 yang dikenal sebagai sebuah sejarah yang sangat fenomenal yang melibatkan jutaan umat muslim di Tanah Air itu, ada peranan Sayyid Abdul Qadir Thoha Ba'aqil untuk meneduhkan suasana.

Peristiwa 212 tersebut berawal dari salah ucap yang dilontarkan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok menjadi isu lokal kemudian berkembang menjdi isu nasional. Dari peristiwa itu memercikan bara api dan tercium bibit-bibit perpecahan yang berpotensi menyebabkan terjadinya disintegrasi bangsa.

Banyak yang khawatir peristiwa itu bisa menghancurkan negara Indonesia, apalagi pihak asing telah lama mengintai Indonesia dan bersiap-siap mencaplok negara kita. Sejumlah upaya dilakukan agar kondisi tetap kondusif.

Karena sesungguhnya banyak yang menginginkan Indonesia tetap satu dan utuh, tidak terpecah belah, tidak porak poranda. Masih banyak yang mencintai tanah air ini.

Nah, Sayyid Abdul Qadir Thoha Ba'aqil mencari solusi dari rentetan peristiwa itu. Habib, demikian dia disapa, tak ingin negara luluh lantak.

Dalam buku '212 Undercover' yang ditulis Sri Wulandari dan Evieta Fadjar P yang diluncurkan di Gedung Juang 45, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (21/6/2019), terungkap Sayyid sudah menganalisa negara asing sudah bersiap-siap memanfaatkan situasi dari kericuhan yang terjadi. Karena itulah dia menelurkan gagasan, agar negara hadir di tengah-tengah rakyatnya. Negara dalam hal ini adalah pemimpin negara.

Muncul pemikiran dan gagasan dari seorang habib dan seorang tokoh masyarakat. Dalam gagasannya, untuk mencegah terjadinya kerusuhan maka perlunya negara hadir di tengah-tengah aksi akbar tersebut.

Ide itu lalu tersambut baik oleh Kabinda Kalimantan Selatan, Brigjen Hotman Sagala yang kemudian disalurkan melewati akses-aksesnya. Menjelang shalat Jumat, Presiden Joko Widodo hadir di tengah massa dan mengikuti shalat Jumat. Selesai salat Jumat, Presiden memberikan sambutan singkat.

“Negara-negara yang maju, karena pemerintah selalu hadir di tengah rakyatnya, apapun sistemnya. Sedangkan Indonesia oleh founding father sudah diberikan landasan yaitu, Bhinneka Tunggal Ika. Apapun perbedaan di negara kita masih ada ruang, waktu dan tempat untuk mencari kesamaannya agar selalu bersatu dalam perbedaan,” kata Sayyid Abdul Qadir Thoha Ba'aqil dalam acara peluncuran buku itu.

Bagi Habib, peristiwa Aksi 212 merupakan cermin dari kekuatan Indonesia. Saat jutaan umat Islam bersatu itu adalah kekuatan dahsyat yang selama ini tidak pernah diperhitungkan oleh negara asing.

Dalam peluncuran an bedah buku tersebut, Habib didampingi Ustadz Tawfiqur Rahim, anggota Forum Kewaspadaan Dini Masyarakat (FKDM) Kalimantan Selatan yang juga menjadi Sekretaris MUI Kalimantan Selatan. Ustadz Tawfiqur merupakan tokoh yang menjembatani Habib dengan Kabinda Kalimantan Selatan Brigjen Hotman Sagala. Kolaborasi antara Habib dan Kabinda tertuang dalam cerita di buku ini.

Sementara itu, dua penulis buku Sri Wulandari dan Evieta Fadjar P. menjelaskan, buku ini merupakan perjalanan dari sebuah ideologi yang dimiliki Habib tentang sikapnya terhadap wawasan kebangsaan. Sebuah fakta yang terjadi di balik peristiwa 212.

“Dari Habib kami mengetahui banyak wawasan tentang kebangsaan dan kepeduliannya pada Pancasila, UUD Negara Indonesia 1945, Bhinneka Tunggal Ika dan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang perlu dan sering digaungkan lagi demi keutuhan bangsa dan negara ini,” kata kedua penulis.

Kedua penulis berharap dengan kehadiran buku ini, sikap nasionalis bangsa kita yang mulai terkikis bisa bangkit kembali dan terwujud kembali persatuan dan kesatuan bangsa.
(vhs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1006 seconds (0.1#10.140)