Penyelenggaraan Angkutan Lebaran 2019 Jauh Lebih Baik
A
A
A
JAKARTA - Angkutan Lebaran 2019/1440 H berjalan lebih baik dan lancar dibandingkan dengan tahun lalu. Namun demikian ada kekurangan yang perlu dievaluasi. Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, Senin (10/6/2019) di Jakarta, membeberkan upaya-upaya yang akan dilakukan pemerintah untuk menyiapkan penyelenggaraan Angkutan Lebaran yang lebih baik lagi tahun depan.
“Lancarnya Angkutan Lebaran ini karena infrastruktur yang baik terutama dengan adanya jalan tol Jakarta-Surabaya. Ini sangat bermanfaat untuk memudahkan memberikan suatu pelayanan yang baik bagi masyarakat,” jelas Menhub.
Menanggapi terjadinya kepadatan kendaraan yang panjang pada arus balik, Menhub mengatakan pentingnya mengatur manajemen waktu arus mudik dan arus balik khususnya di jalur darat, khususnya terkait rentang waktu antar arus mudik dan arus balik.
“Pada tahun ini, arus mudiknya (rentang waktunya) 7 hari , sementara arus baliknya hanya 3 hari. Kemudian, dalam 7 hari pada arus mudik, ada beberapa hari yang tidak digunakan oleh masyarakat, misalnya H-1 dan H-2 itu relatif kosong. Kita akan mengusulkan ke Menko Perekonomian dan Kemenpan RB bagaimana kita mengatur manajemen waktu ini,” tutur Menhub.
Sementara itu terkait dengan evaluasi penerapan kebijakan satu arah (one way), Menhub menyampaikan bahwa penerapan kebijakan satu arah (one way) akan berjalan bagus apabila tidak diinterupsi oleh banyaknya kendaraan yang berhenti di badan jalan.
Menurut Menhub, salah satu penyebab banyaknya kendaraan yang berhenti di bahu jalan tol yaitu karena padatnya kendaraan yang berada di dalam rest area. Menhub mengatakan, telah berkoordinasi dengan Menteri PU PR dan stakeholder terkait evaluasi pengelolaan rest area.
“Saat ini rest area di desain untuk memudahkan pemudik, yaitu jika berhenti langsung di depan toko. kedepannya, kendaraan tidak langsung parkir di depan toko, tetapi bisa dibuat kantong parkir khusus yang besar agar memudahkan mereka keluar masuk, yang dikoneksikan dengan fungsi fungsi komersial,” ungkap Menhub.
Kapasitas transportasi massal perlu ditingkatkan
Lebih lanjut Menhub mengungkapkan, pengembangan infrastruktur seperti jalan tol, harus juga diimbangi dengan peningkatan kapasitas transportasi massal. Berdasarkan pengamatan Menhub pada arus mudik dan balik tahun ini, masih banyak sekali masyarakat yang menggunakan kendaraan pribadi baik mobil maupun motor, sehingga jalan menjadi padat.
Oleh karena itu, Menhub mengatakan kedepannya akan terus mendorong penggunaan angkutan massal seperti bus, kereta api dan kapal laut.
Menhub menjelaskan, khusus angkutan bus, dari sejak 2 tahun lalu banyak sekali bus-bus bagus yang sudah digunakan. Masyarakat juga senang dengan bus karena bisa poin to poin.
“Oleh karenanya kita akan bahas ini dengan mengharapkan suatu kemudahan-kemudahan apakah pajak, apakah bunga bank, dan juga saya lihat belum semuanya kegiatan bus ini dengan online. Yang signifikan juga ialah kegiatan di terminal-terminal yang relatif belum sebaik moda angkutan yang lain. Yang bagus terminalnya itu baru terbatas di Solo, Cilacap, Klaten, Cirebon. Ini akan semua seperti itu bisa dibayangkan kalau semua nanti bus ini sangat bagus pasti akan diminati masyarakat,” jelas Menhub.
Sementara untuk angkutan kereta api yang tahun ini mengalami kenaikan jumlah penumpang cukup signifikan hingga 10 persen, Menhub berharap tahun depan kapasitas kereta api dapat meningkat hingga 30 persen.
Menhub berharap, dengan relatif sudah selesainya jalur ganda Jakarta-Surabaya baik utara maupun selatan, maka kapasitasnya bertambah banyak sekali. Diharapkan PT KAI dapat menambah rolling stock, sehingga pertumbuhannya bukan hanya 10% tetapi bisa menjadi 20-30%.
Untuk angkutan laut, Menhub mengatakan akan membahas secara intensif untuk mengoptimalkan kapasitas penumpang kapal.
"Kita akan intensifkan angkutan laut, bagaimananya nanti kita bahas lebih detail. Untuk tahun ini, Laut relatif tidak ada masalah. Kalau kita lakukan secara dalam, secara teliti angkutan kapal laut ini bisa menjadi baik. Tiga tahun berturut-turut Madura bermasalah, kekurangan supply, kita tambah 5 kapal ternyata selesai dan bisa tidak ada masalah. Selayar juga tidak masalah,” urai Menhub.
Khusus untuk angkutan udara, Menhub mengatakan tahun ini mengalami penurun sekitar 15 persen. Beberapa hal yang menjadi penyebeab antara lain: penurunan jumlah pesawat serta faktor harga tiket.
“Untuk udara turun sekitar 15 persen dan penyebabnya adalah pengurangan jumlah pesawat. Saya dengar ada beberapa pesawat yang tidak dioperasikan selain pesawat max 8 yang tidak dioperasikan. Penyebab lainnya tentunya juga karena harga tiket,” tutur Menhub.
Managemen Mudik Lebaran 2019 Menuai Pujian
Anggota Komisi V DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan, Sukur Nababan menilai Penyelanggaraan mudik lebaran 2019 lebih baik dari tahun sebelumnya.
“Sajauh ini lebih baik dari tahun sebelumnya, dengan adanya pembangunan tol-tol dan pengaturan lalu lintas yang termanagemen dengan baik,” kata Sukur, Selasa (11/6/2019).
Namun demikian, sambung dia, masih adanya kemacetan dibeberapa titik saat arus balik adalah hal yang perlu diperhatikan, dan dibutuhkan semua elemen untuk memperbaikinya.
“Artinya pemerintah sekarang berusaha untuk terus memperbaiki, agar mudik yang akan datang pasti lebih baik dari tahun ke tahun,” ujarnya.
Dalam kesempatan ini, Sukur mengapresiasi para lembaga ataupun institusi negara seperti Kementrian Perhubungan, KemenPUPR dan Polri yang sudah baik bersinergi dalam penyelenggaraan mudik tahun ini.
Sementara itu pengamat transportasi, Djoko Setijowarno berpendapat, mudik tahun ini relatif sangat lancar namun tersendat saat arus balik. Hal itu, kata Djoko, lantaran waktu mudik yang mencapai hampir enam hari ketimbang arus balik yang hanya tersisa tiga hari.
“Padahal, volume kendaraan antara mudik dan balik relatif sama. Kapasitas prasarana tidak bertambah, sehingga wajar jika pada saat arus balik terjadi ketersendatan,” kata Djoko.
Untuk itu, Ketua Umum Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) ini menyarankan agar dalam penyelenggaraan mudik ditahun yang akan datang juga melibatkan Kemenpan RB.
“Sebaiknya Kemenpan RB diajak juga, karena kementerian ini yang merancang masa liburan ASN,” saran dia.
Hal yang sama dirasakan oleh para pemudik seperti yang dilontarkan di berbagai media sosial. Rata-rata memuji langkah pemerintah dalam pengelolaan arus mudik. "Alhamdulillah mudik tahun ini lancar. Dan tidak ada hambatan apapun," Ujar Rudi yang mudik ke Brebes, Jawa Tengah.
Meski demikian, Rudi mengatakan pemerintah harus mengkaji kembali rekayasa arus baliknya yang mengalami kemacetan. Karena kata Rudi waktu yang sempit sehingga mereka balik secara berbarengan. "Mungkin ada sekema lain yang perlu dirubah dalam prosea arus balik. Kalau untuk mudiknya saya acungi jempol," tandasnya.
“Lancarnya Angkutan Lebaran ini karena infrastruktur yang baik terutama dengan adanya jalan tol Jakarta-Surabaya. Ini sangat bermanfaat untuk memudahkan memberikan suatu pelayanan yang baik bagi masyarakat,” jelas Menhub.
Menanggapi terjadinya kepadatan kendaraan yang panjang pada arus balik, Menhub mengatakan pentingnya mengatur manajemen waktu arus mudik dan arus balik khususnya di jalur darat, khususnya terkait rentang waktu antar arus mudik dan arus balik.
“Pada tahun ini, arus mudiknya (rentang waktunya) 7 hari , sementara arus baliknya hanya 3 hari. Kemudian, dalam 7 hari pada arus mudik, ada beberapa hari yang tidak digunakan oleh masyarakat, misalnya H-1 dan H-2 itu relatif kosong. Kita akan mengusulkan ke Menko Perekonomian dan Kemenpan RB bagaimana kita mengatur manajemen waktu ini,” tutur Menhub.
Sementara itu terkait dengan evaluasi penerapan kebijakan satu arah (one way), Menhub menyampaikan bahwa penerapan kebijakan satu arah (one way) akan berjalan bagus apabila tidak diinterupsi oleh banyaknya kendaraan yang berhenti di badan jalan.
Menurut Menhub, salah satu penyebab banyaknya kendaraan yang berhenti di bahu jalan tol yaitu karena padatnya kendaraan yang berada di dalam rest area. Menhub mengatakan, telah berkoordinasi dengan Menteri PU PR dan stakeholder terkait evaluasi pengelolaan rest area.
“Saat ini rest area di desain untuk memudahkan pemudik, yaitu jika berhenti langsung di depan toko. kedepannya, kendaraan tidak langsung parkir di depan toko, tetapi bisa dibuat kantong parkir khusus yang besar agar memudahkan mereka keluar masuk, yang dikoneksikan dengan fungsi fungsi komersial,” ungkap Menhub.
Kapasitas transportasi massal perlu ditingkatkan
Lebih lanjut Menhub mengungkapkan, pengembangan infrastruktur seperti jalan tol, harus juga diimbangi dengan peningkatan kapasitas transportasi massal. Berdasarkan pengamatan Menhub pada arus mudik dan balik tahun ini, masih banyak sekali masyarakat yang menggunakan kendaraan pribadi baik mobil maupun motor, sehingga jalan menjadi padat.
Oleh karena itu, Menhub mengatakan kedepannya akan terus mendorong penggunaan angkutan massal seperti bus, kereta api dan kapal laut.
Menhub menjelaskan, khusus angkutan bus, dari sejak 2 tahun lalu banyak sekali bus-bus bagus yang sudah digunakan. Masyarakat juga senang dengan bus karena bisa poin to poin.
“Oleh karenanya kita akan bahas ini dengan mengharapkan suatu kemudahan-kemudahan apakah pajak, apakah bunga bank, dan juga saya lihat belum semuanya kegiatan bus ini dengan online. Yang signifikan juga ialah kegiatan di terminal-terminal yang relatif belum sebaik moda angkutan yang lain. Yang bagus terminalnya itu baru terbatas di Solo, Cilacap, Klaten, Cirebon. Ini akan semua seperti itu bisa dibayangkan kalau semua nanti bus ini sangat bagus pasti akan diminati masyarakat,” jelas Menhub.
Sementara untuk angkutan kereta api yang tahun ini mengalami kenaikan jumlah penumpang cukup signifikan hingga 10 persen, Menhub berharap tahun depan kapasitas kereta api dapat meningkat hingga 30 persen.
Menhub berharap, dengan relatif sudah selesainya jalur ganda Jakarta-Surabaya baik utara maupun selatan, maka kapasitasnya bertambah banyak sekali. Diharapkan PT KAI dapat menambah rolling stock, sehingga pertumbuhannya bukan hanya 10% tetapi bisa menjadi 20-30%.
Untuk angkutan laut, Menhub mengatakan akan membahas secara intensif untuk mengoptimalkan kapasitas penumpang kapal.
"Kita akan intensifkan angkutan laut, bagaimananya nanti kita bahas lebih detail. Untuk tahun ini, Laut relatif tidak ada masalah. Kalau kita lakukan secara dalam, secara teliti angkutan kapal laut ini bisa menjadi baik. Tiga tahun berturut-turut Madura bermasalah, kekurangan supply, kita tambah 5 kapal ternyata selesai dan bisa tidak ada masalah. Selayar juga tidak masalah,” urai Menhub.
Khusus untuk angkutan udara, Menhub mengatakan tahun ini mengalami penurun sekitar 15 persen. Beberapa hal yang menjadi penyebeab antara lain: penurunan jumlah pesawat serta faktor harga tiket.
“Untuk udara turun sekitar 15 persen dan penyebabnya adalah pengurangan jumlah pesawat. Saya dengar ada beberapa pesawat yang tidak dioperasikan selain pesawat max 8 yang tidak dioperasikan. Penyebab lainnya tentunya juga karena harga tiket,” tutur Menhub.
Managemen Mudik Lebaran 2019 Menuai Pujian
Anggota Komisi V DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan, Sukur Nababan menilai Penyelanggaraan mudik lebaran 2019 lebih baik dari tahun sebelumnya.
“Sajauh ini lebih baik dari tahun sebelumnya, dengan adanya pembangunan tol-tol dan pengaturan lalu lintas yang termanagemen dengan baik,” kata Sukur, Selasa (11/6/2019).
Namun demikian, sambung dia, masih adanya kemacetan dibeberapa titik saat arus balik adalah hal yang perlu diperhatikan, dan dibutuhkan semua elemen untuk memperbaikinya.
“Artinya pemerintah sekarang berusaha untuk terus memperbaiki, agar mudik yang akan datang pasti lebih baik dari tahun ke tahun,” ujarnya.
Dalam kesempatan ini, Sukur mengapresiasi para lembaga ataupun institusi negara seperti Kementrian Perhubungan, KemenPUPR dan Polri yang sudah baik bersinergi dalam penyelenggaraan mudik tahun ini.
Sementara itu pengamat transportasi, Djoko Setijowarno berpendapat, mudik tahun ini relatif sangat lancar namun tersendat saat arus balik. Hal itu, kata Djoko, lantaran waktu mudik yang mencapai hampir enam hari ketimbang arus balik yang hanya tersisa tiga hari.
“Padahal, volume kendaraan antara mudik dan balik relatif sama. Kapasitas prasarana tidak bertambah, sehingga wajar jika pada saat arus balik terjadi ketersendatan,” kata Djoko.
Untuk itu, Ketua Umum Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) ini menyarankan agar dalam penyelenggaraan mudik ditahun yang akan datang juga melibatkan Kemenpan RB.
“Sebaiknya Kemenpan RB diajak juga, karena kementerian ini yang merancang masa liburan ASN,” saran dia.
Hal yang sama dirasakan oleh para pemudik seperti yang dilontarkan di berbagai media sosial. Rata-rata memuji langkah pemerintah dalam pengelolaan arus mudik. "Alhamdulillah mudik tahun ini lancar. Dan tidak ada hambatan apapun," Ujar Rudi yang mudik ke Brebes, Jawa Tengah.
Meski demikian, Rudi mengatakan pemerintah harus mengkaji kembali rekayasa arus baliknya yang mengalami kemacetan. Karena kata Rudi waktu yang sempit sehingga mereka balik secara berbarengan. "Mungkin ada sekema lain yang perlu dirubah dalam prosea arus balik. Kalau untuk mudiknya saya acungi jempol," tandasnya.
(akn)