Menhan Tekankan Perlunya ASEAN Memiliki Arsitektur Keamanan Kawasan
A
A
A
JAKARTA - Menteri Pertahanan (Menhan) Ryamizard Ryacudu menghadiri Shangri-La Dialogue 2019 yang diadakan lembaga kajian International Institute for Strategic Studies atau IISS di Singapura, Minggu lalu. Acara tersebut juga dihadiri sejumlah menteri pertahanan (Menhan) dari negara sahabat.
Para Menhan tersebut diberi kesempatan untuk berbicara di enam pleno. Termasuk Menhan RI Ryamizard Ryacudu yang diberi kesempatan berbicara dalam pleno keenam bersama dengan Menhan Selandia Baru Ron Mark dan Menhan Singapura Ng Eng Hen.
Dalam kesempatan itu, Ryamizard menekankan perlunya ASEAN memiliki agenda sendiri di tengah kompetisi ketat Amerika Serikat dan China di kawasan Asia Pasifik. ASEAN yang telah lama bersatu memiliki arsitektur keamanan untuk ketahanan demi mengatasi ancaman yang hadir di kawasan.
"Ancaman terbesar di kawasan ASEAN, adalah ancaman nontradisional, seperti terorisme, bencana alam, radikalisme, dan kejahatan siber," ujar Ryamizard dalam keterangannya, Selasa (11/6/2019).
Di acara itu, ternyata Ryamizard mendapat beragam pertanyaan tentang isu-isu strategis dan lain sebagainya. Salah satunya dari peneliti IISS, Aaron Connelly yang mempertanyakan efektivitas dari program Bela Negara dan alasan Kementerian Pertahanan yang menjalankan program indoktrinasi politik.
"Bela Negara adalah untuk melawan masalah transnasional dengan ideologi nasionalisme Indonesia, yaitu Pancasila," ucapnya.
Sekadar diketahui, IISS merupakan titik temu informal antara pembuat kebijakan pertahanan, peneliti, industri berbagai kalangan yang berkepentingan di kawasan Asia Pasific.
Para Menhan tersebut diberi kesempatan untuk berbicara di enam pleno. Termasuk Menhan RI Ryamizard Ryacudu yang diberi kesempatan berbicara dalam pleno keenam bersama dengan Menhan Selandia Baru Ron Mark dan Menhan Singapura Ng Eng Hen.
Dalam kesempatan itu, Ryamizard menekankan perlunya ASEAN memiliki agenda sendiri di tengah kompetisi ketat Amerika Serikat dan China di kawasan Asia Pasifik. ASEAN yang telah lama bersatu memiliki arsitektur keamanan untuk ketahanan demi mengatasi ancaman yang hadir di kawasan.
"Ancaman terbesar di kawasan ASEAN, adalah ancaman nontradisional, seperti terorisme, bencana alam, radikalisme, dan kejahatan siber," ujar Ryamizard dalam keterangannya, Selasa (11/6/2019).
Di acara itu, ternyata Ryamizard mendapat beragam pertanyaan tentang isu-isu strategis dan lain sebagainya. Salah satunya dari peneliti IISS, Aaron Connelly yang mempertanyakan efektivitas dari program Bela Negara dan alasan Kementerian Pertahanan yang menjalankan program indoktrinasi politik.
"Bela Negara adalah untuk melawan masalah transnasional dengan ideologi nasionalisme Indonesia, yaitu Pancasila," ucapnya.
Sekadar diketahui, IISS merupakan titik temu informal antara pembuat kebijakan pertahanan, peneliti, industri berbagai kalangan yang berkepentingan di kawasan Asia Pasific.
(kri)