Nilai Golkar Solid, Andi Achmad Tolak Wacana Percepatan Munas
A
A
A
JAKARTA - Munculnya wacana percepatan Musyawarah Nasional (Munas) Partai Golkar, mendapat penolakan dari Ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) Partai Golkar Wilayah Sulawesi yang juga Wakil Ketua Pemenangan Pemilu Wilayah Timur, Andi Achmad Dara.
Menurut Andi Achmad Dara, tidak ada alasan untuk mempercepat pelaksanaan Munas. Saat ini, Golkar solid dibawah kepemimpinan Ketua Umum (Ketum) Airlangga Hartarto.
Ia berhasil memimpin Golkar keluar dari turbulensi politik yang sangat dahsyat. Serta menunjukkan prestasi dengan mengantarkan Partai Golkar tetap sebagai runner up pada Pileg 2019, dengan raihan kursi 85 di DPR.
"Dalam situasi saat ini, kepemimpinan Airlangga telah menunjukkan bukti kerja kerasnya membawa Partai Golkar sebagai partai pemenang pemilu kedua di 2019 ini. Saya tetap mendukung kepemimpinan Airlangga dan menolak adanya wacana percepatan Munas," kata Andi Achmad Dara.
Pria yang kembali duduk sebagai anggota DPR dari Dapil Banten III (Kota Tangerang, Kota Tangerang Selatan dan Kabupaten Tangerang) ini menjelaskan, situasi sebelum Pileg 2019 sungguh membuat Golkar tidak nyaman.
Adanya konflik internal yang menyebabkan perpecahan di tubuh partai berlambang Pohon Beringin ini, ditahannya Setya Novanto yang kala itu menjabat sebagai Ketum Golkar, juga kemudian ditahannya mantan Sekjen Partai Golkar Idrus Marham, dinilai banyak pengamat dan perkiraan dari lembaga survei akan membuat raihan suara Partai Golkar terpuruk di Pileg 2019.
Hampir semua lembaga survei memprediksi Partai Golkar hanya akan menjadi partai medioker dengan angka dukungan 6-9 persen. Namun di bawah kepemimpinan Airlangga, hal itu berhasil dibantah Golkar dengan keberhasilan mencapai perolehan kursi DPR terbesar kedua dengan 85 kursi, dan raihan suara nasional sebesar 12,31 persen.
Begitu juga, baru pada Pemilu 2019 ini, di bawah kepemimpinan Airlangga, ijtihad politik Partai Golkar dalam mengusung Calon Presiden (Capres) dan Calon Wakil Presiden (Cawapres) terbukti sangat tepat.
Mengusung Jokowi-Ma'ruf Amin, Partai Golkar berhasil mengantarkan capres yang diusungnya memenangi pilpres. Hal mana tidak terjadi dalam tiga pilpres terakhir. Prestasi ini bisa tercapai dikatakan anggota Komisi XI DPR ini, karena Airlangga berhasil menyolidkan semua kader dan organisasi sayap dibawah kepemimpinannya.
Airlangga dinilainya sebagai seorang manajer dan eksekutor yang handal dalam menjaga soliditas kader, dengan turun ke daerah-daerah untuk memenangkan Partai Golkar.
"Tentunya ini berkat kerja keras ketua umum, yang berhasil membangun soliditas kader Partai Golkar di semua daerah. Dia juga rajin turun ke daerah-daerah memberikan arahan dan semangat bagi para kader," tutur Andi Achmad Dara.
Sementara terkait turunnya perolehan kursi DPR RI dari tahun 2014 sebanyak 91 kursi menurutnya, tidak bisa dilihat sebagai hal yang negatif. Menurutnya kondisi Pileg 2019 berbeda jauh dengan Pileg 2014, dimana tantangan politik 2019 baik internal maupun eksternal lebih berat dihadapi Partai Golkar.
"Beliau berhasil membawa partai ini menjadi pemenang kedua perolehan kursi DPR," pungkas Andi Achmad Dara.
Menurut Andi Achmad Dara, tidak ada alasan untuk mempercepat pelaksanaan Munas. Saat ini, Golkar solid dibawah kepemimpinan Ketua Umum (Ketum) Airlangga Hartarto.
Ia berhasil memimpin Golkar keluar dari turbulensi politik yang sangat dahsyat. Serta menunjukkan prestasi dengan mengantarkan Partai Golkar tetap sebagai runner up pada Pileg 2019, dengan raihan kursi 85 di DPR.
"Dalam situasi saat ini, kepemimpinan Airlangga telah menunjukkan bukti kerja kerasnya membawa Partai Golkar sebagai partai pemenang pemilu kedua di 2019 ini. Saya tetap mendukung kepemimpinan Airlangga dan menolak adanya wacana percepatan Munas," kata Andi Achmad Dara.
Pria yang kembali duduk sebagai anggota DPR dari Dapil Banten III (Kota Tangerang, Kota Tangerang Selatan dan Kabupaten Tangerang) ini menjelaskan, situasi sebelum Pileg 2019 sungguh membuat Golkar tidak nyaman.
Adanya konflik internal yang menyebabkan perpecahan di tubuh partai berlambang Pohon Beringin ini, ditahannya Setya Novanto yang kala itu menjabat sebagai Ketum Golkar, juga kemudian ditahannya mantan Sekjen Partai Golkar Idrus Marham, dinilai banyak pengamat dan perkiraan dari lembaga survei akan membuat raihan suara Partai Golkar terpuruk di Pileg 2019.
Hampir semua lembaga survei memprediksi Partai Golkar hanya akan menjadi partai medioker dengan angka dukungan 6-9 persen. Namun di bawah kepemimpinan Airlangga, hal itu berhasil dibantah Golkar dengan keberhasilan mencapai perolehan kursi DPR terbesar kedua dengan 85 kursi, dan raihan suara nasional sebesar 12,31 persen.
Begitu juga, baru pada Pemilu 2019 ini, di bawah kepemimpinan Airlangga, ijtihad politik Partai Golkar dalam mengusung Calon Presiden (Capres) dan Calon Wakil Presiden (Cawapres) terbukti sangat tepat.
Mengusung Jokowi-Ma'ruf Amin, Partai Golkar berhasil mengantarkan capres yang diusungnya memenangi pilpres. Hal mana tidak terjadi dalam tiga pilpres terakhir. Prestasi ini bisa tercapai dikatakan anggota Komisi XI DPR ini, karena Airlangga berhasil menyolidkan semua kader dan organisasi sayap dibawah kepemimpinannya.
Airlangga dinilainya sebagai seorang manajer dan eksekutor yang handal dalam menjaga soliditas kader, dengan turun ke daerah-daerah untuk memenangkan Partai Golkar.
"Tentunya ini berkat kerja keras ketua umum, yang berhasil membangun soliditas kader Partai Golkar di semua daerah. Dia juga rajin turun ke daerah-daerah memberikan arahan dan semangat bagi para kader," tutur Andi Achmad Dara.
Sementara terkait turunnya perolehan kursi DPR RI dari tahun 2014 sebanyak 91 kursi menurutnya, tidak bisa dilihat sebagai hal yang negatif. Menurutnya kondisi Pileg 2019 berbeda jauh dengan Pileg 2014, dimana tantangan politik 2019 baik internal maupun eksternal lebih berat dihadapi Partai Golkar.
"Beliau berhasil membawa partai ini menjadi pemenang kedua perolehan kursi DPR," pungkas Andi Achmad Dara.
(maf)