LSI: Elektabilitas PSI Nol Koma karena Gagal Rebut Suara Minoritas

Jum'at, 05 April 2019 - 23:58 WIB
LSI: Elektabilitas PSI...
LSI: Elektabilitas PSI Nol Koma karena Gagal Rebut Suara Minoritas
A A A
JAKARTA - Sejumlah hasil survei kembali menunjukkan partai baru seperti Partai Solidaritas Indonesia (PSI) sulit lolos masuk parlemen karena suaranya masih jauh berada di bawah ambang batas atau parliamentary threshold (PT) 4%.

Terbaru, survei LSI Denny JA menyebut elektabilitas partai yang dipimpin Grace Natalie tersebut hanya berkisar 0,2 persen.

Peneliti LSI Denny JA, Rully Akbar memaparkan sejumlah penyebab elektabilitas PSI yang tidak juga “ngangkat” meski gencar melakukan kampanye di media.

Menurut dia, hal tersebut karena program kerja PSI tidak menuai simpati masyarakat, bahkan memunculkan resistensi, khususnya pada kalangan pemilih muslim.

"Mereka mengambil visi dan misi yang belum tentu disukai khalayak ramai. Mereka memainkan (isu penghapusan) perda Syariah, kemudian memainkan isu poligami. Kita tahu, pemilih Indonesia 90 persen muslim," kata Rully di Jakarta, Jumat (5/4/2019).

“PSI masuk di isu yang sangat sensitif yang mempengaruhi (suara) mayoritas,” tambah Rully.

Rully memahami, isu penghapusan Perda Syariah dan Poligami merupakan strategi PSI untuk meraup ceruk pemilih minoritas. Namun, melihat elektabiltas PSI yang masih nol koma, upaya tersebut pun gagal.

“Pemilih nonmuslim ini kan belum tentu semuanya memilih PSI. Pemilih minoritas ini kan sudah merapat ke partai lama, salah satunya PDIP," tandas Rully.

Dia menjelaskan, PSI sebagai partai baru sebenarnya memiliki diferensiasi dengan parpol-parpol lain. Namun faktanya diferensiasi ini belum bisa mengangkat elektabilitas PSI sampai saat ini.

“PSI belum bisa meyakinkan publik bahwa PSI bisa menjadi (alat) perubahan. Ini butuh proses,” ujarnya
Survei ini digelar pada periode 18 sampai 26 Maret 2019 dengan melibatkan 1.200 responden di 34 provinsi Indonesia. Dilakukan dengan metode mul$stage random sampling dengan Margin of error 2.8%
(dam)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0866 seconds (0.1#10.140)