Meriah! Atraksi 300 Kuda Renggong Kolosal di Hardfest#3 Pesona Jatigede
A
A
A
SUMEDANG - Hardfest#3 Pesona Jatigede yang dibuka Sabtu 23 Maret 2019, di Lapangan Tanjung Duriat Jatigede, Sumedang, Jawa Barat benar-benar wow.
Penampilan 300 kuda renggong kolosal sangat atraktif. Sangat menghibur. Ribuan penonton yang menyaksikan dibuat terpukau.
"Ini adalah momen pertama kali penampilan 300 kuda renggong. Jumlahnya paling banyak," tutur Bupati Sumedang, Dony Ahmad Munir, Sabtu 23 Maret 2019.
Sebanyak 300 kuda renggong, kompak bergoyang, berjingkrak, menari, dan bermain silat mengikuti irama musik. Show-nya terlihat sangat anggun. Tak kalah dengan penampilan tunggang serasi di arena Asian Games dan Olimpiade. Bedanya, di Sumedang, yang tampil adalah anak-anak kecil usia 6-8 tahun. Kudanya pun tak sebesar tunggang serasi Olimpiade.
Kostum yang dipakai? Indonesia banget. Ornamennya diambil dari tokoh-tokoh pewayangan. Sangat pas bila disandingkan dengan harmoni musik tradisional Sunda. Paduan antara kendang dan waditra gamelan terdengar sangat harmonis.
Bupati Dony memberikan respons positif terhadap kegiatan berbasis budaya tersebut. Menurut dia, pertunjukan ini menghibur dan menjadi atraksi pariwisata yang berdampak pada peningkatan kesejahteraan masyarakat.
"Saat daerah lain membawa tema global ke tingkat lokal, Sumedang justru sangat bangga mengenalkan budaya lokal ke tingkat global karena nilai-nilai kearifan yang dimiliknya " kata Bupati.
Anggota Komisi X DPR Ratih Sanggarwati yang hadir di tengah acara ikut mengangkat emoji tiga jempol. Maklum, selain menampilkan budaya keren, evennya juga berkibar di jajaran Trending Topic nasional.
"Saya ucapkan selamat kepada masyarakat Sumedang karena Hardfest#3 Pesona Jatigede
saat ini sudah jadi trending topic nasional. Ini bukti bahwa Sumedang layak jadi rujukan pariwisata nasional," tutur Ratih.
Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Kemenpar, Rizki Handayani Mustafa juga ikut bersuara. Menurut dia, selama ini wilayah Sumedang memang dikenal sebagai daerah yang kaya seni dan budaya. Khususnya yang berkaitan dengan kuda.
“Kesenian Kuda Renggong sudah menjadi ikon pariwisata Sumedang yang patut dibanggakan dan dilestarikan. Bukan sekadar kesenian rakyat, atraksi Kuda Renggong terbukti mampu menjadi suguhan yang menarik minat wisatawan,” tambahnya.
Kabid Pemasaran Area I Kemenpar, Wawan Gunawan menambahkan Kuda Renggong bisa dikemas menarik, tanpa merusak nilai-nilai yang terkandung pada kesenian tersebut.
“Kita bisa perhatikan mulai dari desain kostum kuda dan para pawang kuda. Koreografi para penari dan aransemen musik pengiringnya juga harus ditata. Dengan demikian, semua akan terlihat lebih keren dan menjadi sajian yang luar biasa,” jelasnya.
Menteri Pariwisata, Arief Yahya yang hadir mewakili Presiden Joko Widodo juga mengapresiasi setiap pertunjukan berbasis budaya. Menurutnya, masyarakat sebagai komponen penting dalam pariwisata harus mengambil perannya dalam menjaga dan mengangkat budaya setempat. Kemudian mengemasnya sehingga menjadi sajian menarik yang dapat mendatangkan wisatawan.
“Namun, culture value harus didukung oleh commercial value. Dengan demikian, kebudayaan dapat menghasilkan economi value yang kuat. Budaya itu, semakin dilestarikan semakin mensejahterakan,” tegasnya.
Penampilan 300 kuda renggong kolosal sangat atraktif. Sangat menghibur. Ribuan penonton yang menyaksikan dibuat terpukau.
"Ini adalah momen pertama kali penampilan 300 kuda renggong. Jumlahnya paling banyak," tutur Bupati Sumedang, Dony Ahmad Munir, Sabtu 23 Maret 2019.
Sebanyak 300 kuda renggong, kompak bergoyang, berjingkrak, menari, dan bermain silat mengikuti irama musik. Show-nya terlihat sangat anggun. Tak kalah dengan penampilan tunggang serasi di arena Asian Games dan Olimpiade. Bedanya, di Sumedang, yang tampil adalah anak-anak kecil usia 6-8 tahun. Kudanya pun tak sebesar tunggang serasi Olimpiade.
Kostum yang dipakai? Indonesia banget. Ornamennya diambil dari tokoh-tokoh pewayangan. Sangat pas bila disandingkan dengan harmoni musik tradisional Sunda. Paduan antara kendang dan waditra gamelan terdengar sangat harmonis.
Bupati Dony memberikan respons positif terhadap kegiatan berbasis budaya tersebut. Menurut dia, pertunjukan ini menghibur dan menjadi atraksi pariwisata yang berdampak pada peningkatan kesejahteraan masyarakat.
"Saat daerah lain membawa tema global ke tingkat lokal, Sumedang justru sangat bangga mengenalkan budaya lokal ke tingkat global karena nilai-nilai kearifan yang dimiliknya " kata Bupati.
Anggota Komisi X DPR Ratih Sanggarwati yang hadir di tengah acara ikut mengangkat emoji tiga jempol. Maklum, selain menampilkan budaya keren, evennya juga berkibar di jajaran Trending Topic nasional.
"Saya ucapkan selamat kepada masyarakat Sumedang karena Hardfest#3 Pesona Jatigede
saat ini sudah jadi trending topic nasional. Ini bukti bahwa Sumedang layak jadi rujukan pariwisata nasional," tutur Ratih.
Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Kemenpar, Rizki Handayani Mustafa juga ikut bersuara. Menurut dia, selama ini wilayah Sumedang memang dikenal sebagai daerah yang kaya seni dan budaya. Khususnya yang berkaitan dengan kuda.
“Kesenian Kuda Renggong sudah menjadi ikon pariwisata Sumedang yang patut dibanggakan dan dilestarikan. Bukan sekadar kesenian rakyat, atraksi Kuda Renggong terbukti mampu menjadi suguhan yang menarik minat wisatawan,” tambahnya.
Kabid Pemasaran Area I Kemenpar, Wawan Gunawan menambahkan Kuda Renggong bisa dikemas menarik, tanpa merusak nilai-nilai yang terkandung pada kesenian tersebut.
“Kita bisa perhatikan mulai dari desain kostum kuda dan para pawang kuda. Koreografi para penari dan aransemen musik pengiringnya juga harus ditata. Dengan demikian, semua akan terlihat lebih keren dan menjadi sajian yang luar biasa,” jelasnya.
Menteri Pariwisata, Arief Yahya yang hadir mewakili Presiden Joko Widodo juga mengapresiasi setiap pertunjukan berbasis budaya. Menurutnya, masyarakat sebagai komponen penting dalam pariwisata harus mengambil perannya dalam menjaga dan mengangkat budaya setempat. Kemudian mengemasnya sehingga menjadi sajian menarik yang dapat mendatangkan wisatawan.
“Namun, culture value harus didukung oleh commercial value. Dengan demikian, kebudayaan dapat menghasilkan economi value yang kuat. Budaya itu, semakin dilestarikan semakin mensejahterakan,” tegasnya.
(dam)