Jokowi: Saya Bukan Sekali Dua Kali Naik KRL
A
A
A
JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menegaskan bukan sekali dua kali naik Kereta Rel Listrik (KRL) sebagaimana yang dilakukannya pada Rabu 6 Maret 2019, saat pulang dari menghadiri sebuah acara di Jakarta Selatan.
“Hanya saya naiknya pasti siang atau pukul 10.00 atau pukul 14.00, jadi pada posisi yang tidak banyak yang naik, ya ramai tapi sepi gitu, masih bisa duduk,” tutur Presiden Jokowi saat ditanya wartawan usai meresmikan Jalan Tol Bakauheni-Terbanggi Besar (Segmen Bakauheni-Lematang dan Segmen Kotabaru-Terbanggi Besar) serta Terminal dan Dermaga Eksekutif Merak dan Bakauheni, di Gerbang Tol Natar, Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung, Jumat (8/3/2019) pagi.
Namun, menurut Presiden, ada yang menyampaikan kepada dirinya kalau mau mencoba KRL itu pada pukul 06.00-08.00 pagi, dan kalau sore pukul 16.00-18.00.
“Nah, itu dadakan saja, pas kemarin acara ada yang menyampaikan itu kan, dadakan saya sudah langsung loncat naik di Tanjung Barat, di dekat Lenteng Agung,” tandasnya seperti dikutip dari setkab.go.id.
Presiden menjelaskan, ketika itu dirinya pulang dari sebuah acara di Lenteng Agung sengaja memilih KRL untuk melihat kondisi yang sebenarnya. Dirinya betul-betul merasakan betul betul kondisi sebenarnya.
“Mau bergerak saja tidak bisa, terutama yang dari Jakarta ke Depok itu mau bergerak saja tidak bisa,” ujarnya.
Oleh sebab itu, lanjut Presiden, di dalam gerbong pun banyak yang menyampaikan kepadanya agar ada penambahan keretanya. Artinya, lanjut Jokowi, memang harus tambah gerbong atau kereta.
Persoalannya, kata dia, kalau tambah kereta berarti akan banyak simpangan yang tutup terus.
"Sudah 10 menit sekarang kalau dijadikan 5 menit berarti kan palang kereta apinya itu hanya 5 menit gini-gini terus kan. Oleh sebab itu, pekerjaan besar di Jakarta adalah elevated, kereta api yang elevated. Memang biaya besar tapi tidak ada jalan lain selain itu,” tegas Presiden seraya menambahkan, sehingga headway bisa diatur," tuturnya.
Jokowo menegaskan, transportasi massal harus disiapkan. Itu alasan dibangun Mass Rapid Transport (MRT), Light Rail Transit (LRT). Sebab memang kebutuhan di DKI akan transportasi massal itu sudah terlambat.
“Ya tadi pas jam-jam seperti itu coba, mau goyang 1 senti saja tidak bisa. Kita bisa agak longgar, agak longgar itu pun masih berdiri, itu setelah dari Depok menuju Bogor karena yang turun sudah agak banyak,” tuturnya.
“Hanya saya naiknya pasti siang atau pukul 10.00 atau pukul 14.00, jadi pada posisi yang tidak banyak yang naik, ya ramai tapi sepi gitu, masih bisa duduk,” tutur Presiden Jokowi saat ditanya wartawan usai meresmikan Jalan Tol Bakauheni-Terbanggi Besar (Segmen Bakauheni-Lematang dan Segmen Kotabaru-Terbanggi Besar) serta Terminal dan Dermaga Eksekutif Merak dan Bakauheni, di Gerbang Tol Natar, Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung, Jumat (8/3/2019) pagi.
Namun, menurut Presiden, ada yang menyampaikan kepada dirinya kalau mau mencoba KRL itu pada pukul 06.00-08.00 pagi, dan kalau sore pukul 16.00-18.00.
“Nah, itu dadakan saja, pas kemarin acara ada yang menyampaikan itu kan, dadakan saya sudah langsung loncat naik di Tanjung Barat, di dekat Lenteng Agung,” tandasnya seperti dikutip dari setkab.go.id.
Presiden menjelaskan, ketika itu dirinya pulang dari sebuah acara di Lenteng Agung sengaja memilih KRL untuk melihat kondisi yang sebenarnya. Dirinya betul-betul merasakan betul betul kondisi sebenarnya.
“Mau bergerak saja tidak bisa, terutama yang dari Jakarta ke Depok itu mau bergerak saja tidak bisa,” ujarnya.
Oleh sebab itu, lanjut Presiden, di dalam gerbong pun banyak yang menyampaikan kepadanya agar ada penambahan keretanya. Artinya, lanjut Jokowi, memang harus tambah gerbong atau kereta.
Persoalannya, kata dia, kalau tambah kereta berarti akan banyak simpangan yang tutup terus.
"Sudah 10 menit sekarang kalau dijadikan 5 menit berarti kan palang kereta apinya itu hanya 5 menit gini-gini terus kan. Oleh sebab itu, pekerjaan besar di Jakarta adalah elevated, kereta api yang elevated. Memang biaya besar tapi tidak ada jalan lain selain itu,” tegas Presiden seraya menambahkan, sehingga headway bisa diatur," tuturnya.
Jokowo menegaskan, transportasi massal harus disiapkan. Itu alasan dibangun Mass Rapid Transport (MRT), Light Rail Transit (LRT). Sebab memang kebutuhan di DKI akan transportasi massal itu sudah terlambat.
“Ya tadi pas jam-jam seperti itu coba, mau goyang 1 senti saja tidak bisa. Kita bisa agak longgar, agak longgar itu pun masih berdiri, itu setelah dari Depok menuju Bogor karena yang turun sudah agak banyak,” tuturnya.
(dam)