Entaskan Kemiskinan, SI dan ACT Kembangkan Filantropi Islam

Jum'at, 15 Februari 2019 - 13:39 WIB
Entaskan Kemiskinan,...
Entaskan Kemiskinan, SI dan ACT Kembangkan Filantropi Islam
A A A
JAKARTA - Salah satu persoalan utama negara-negara di dunia adalah masalah kemiskinan. Pada 2017, Bank Dunia mencatat, terdapat 10,7% atau sekitar 767 juta orang di dunia berada dalam kemiskinan. Di Indonesia, data Badan Pusat Statistik (BPS) pada September 2018 mencatat terdapat 25,67 juta penduduk miskin.

Hal tersebut disampaikan Ketua Umum Pimpinan Pusat/Lajnah Tanfidziyah Syarikat Islam (SI), Hamdan Zoelva saat menerima kunjungan silaturahmi dari Aksi Cepat Tanggap (ACT), Rabu 13 Februari 2019. Hamdan mengatakan, permasalahan kemiskinan ini tidak hanya di Indonesia tetapi juga sangat dirasakan di negara-negara konflik.

Kehidupan mereka semakin sulit karena konflik yang berkepanjangan. Di Indonesia, menurutnya kemiskinan masih berada di angka yang cukup tinggi. Permasalahan inilah yang juga menjadi konsen SI.

“Sebagai salah satu organisasi tertua di Indonesia yang sudah berdiri sejak tahun 1905 dengan nama Sarekat Dagang Islam (SDI), SI memang bertujuan untuk mengembangkan perekonomian dan kehidupan sosial umat,” katanya.

Pada pada 1912 di bawah pimpinan HOS Tjokroaminoto, SI pernah terlibat ke arah politik. Namun saat ini SI kembali ke khittah-nya berjuang di bidang ekonomi, sosial dan keagamaan. Menurut Hamdan, dengan membangkitkan aktivitas sosial dan ekonomi (filantropi Islam), menjadi salah satu solusi pengentasan kemiskinan di Indonesia maupun dunia.

“Di Indonesia kalau kita pakai ukuran BPS itu sekitar 10% masyarakat Indonesia hidup dalam kemiskinan. Kalau menurut Bank Dunia, angka kemiskinan kita sekitar 40%. Tinggi sekali. Ini masalah besar bagi kita semua, khususnya umat Islam. Filantropi menjadi solusi kemiskinan yang kita hadapi,” ujarnya.

Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) periode 2013-2015 ini menyebutkan, filantropi Islam seperti wakaf, zakat, infak, dan sedekah dapat mengatasi masalah umat dan kemanusiaan. Bukan untuk tujuan perseorangan tapi kemasyarakatan.

“Inilah inti dari ajaran Islam. Kenapa kita diwajibkan zakat dan dianjurkan sedekah dan wakaf karena dijanjikan kalau menanam satu akan tumbuh 700 untuk yang melakukan. Inilah kenapa kita dorong karena tentu sangat bermanfaat dan efeknya ini luar biasa untuk pemberdayaan umat dan pemberantasan kemiskinan,” lanjut Hamdan.

Hamdan menjelaskan, salah satu upaya pengentasan kemiskinan tersebut yaitu melalui pengembangan dana wakaf sebagai filantropi tertinggi dalam Islam. “Kalau kita kembangkan dana wakaf dan ini akan terus berputar untuk umat dan bermanfaat bagi umat. Ini pelan-pelan dan pasti akan mengatasi masalah kemikinan di Indonesia karena kita libatkan bersama-sama masyarakat. Hasil pengelolaan wakaf produktif itu tidak untuk perseorangan tapi untuk investasi dan diputar untuk usaha produktif,” ungkapnya.

Pendapat Hamdan diamini Vice President ACT Iqbal Setyarso. Terkait filantropi, ACT tahun ini mengusung tema The Rise of Islamic Philanthropy (TRIP). Ini sebagai ikhtiar menjadikan filantropi Islam sebagai solusi pengentasan kemiskinan dan permasalahan lainnya yang dihadapi umat Islam,

“Alhamdulillah, ACT sendiri sudah berikhtiar membantu sesama muslim dan yang membutuhkan sejak lembaga ini berdiri. Hingga saat ini, sudah ribuan penerima manfaat yang merasakan bantuan dari ACT. Dan kita juga punya program pemberdayaan masyarakat dengan wakaf melalui program-program dari Global Wakaf,” kata Iqbal.
(poe)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1520 seconds (0.1#10.140)