Restorasi Gambut Sukses Kurangi 80% Kebakaran Hutan dan Lahan
A
A
A
JAKARTA - Selama tiga tahun berdiri, Badan Restorasi Gambut telah memberikan dampak besar terhadap pengurangan kebakaran hutan hingga 80% di Indonesia. Kepala Badan Restorasi Gambut Indonesia, Nazir Foead mengatakan, meski berhasil menekan angka kebakaran hutan, namun dalam tiga tahun ini tantangan yang dihadapi cukuplah besar.
“Tantangan dalam tiga tahun ini adalah kondisi gambut kita yang rusak cukup banyak, akses juga cukup banyak. Kemudian akses masyarakat juga cukup jauh, keadaan ekonomi masyarakat juga mempengaruhi. Kemudian, kami melakukan pendekatan kepada masyarakat agar turut serta memperbaiki hutan gambut yang telah rusak parah ini,” tandas Nizar di Jakarta, kemarin.
Apalagi, lanjutnya, hutan gambut di Indonesia merupakan salah satu terbesar di Indonesia. Dengan upaya restorasi gambut di Indonesia, banyak tanggapan positif dari dunia internasional. Apalagi, Indonesia menjadi satu-satunya negara yang memiliki Badan Restorasi Gambut yang langsung berada di bawah presiden.
“Dunia internasional memberikan respons positif. Di dunia tidak ada satu pun yang memiliki badan restorasi gambut atau pengelola gambut yang langsung berada di bawah presiden. Indonesia menjadi yang pertama dan satu-satunya. Dan tentunya perhatian dunia sangat tinggi terhadap upaya Indonesia,” paparnya.
Dari hasil restorasi gambut selama tiga tahun ini, jelas Nizar, Indonesia berhasil mengalahkan Amerika Serikat dengan simpanan gambut yang lebih lama. “Dan tentunya lahan gambut yang besar yang dimiliki Indonesia ini memiliki simpanan karbon puluhan tahun dibanding Amerika Serikat. Jadi, seluruh karbon yang dikeluarkan oleh Jerman saja itu dalam waktu sekejap dalam waktu beberapa bulan kalau kita di Indonesia bisa habis itu karbonnya. Jadi bukan main fungsi dan kontribusi Indonesia untuk mencegah perubahan iklim,” ujarnya.
Dirjen Pengendalian dan Pencemaran Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) MR Karliansyah mengatakan, untuk melindungi gambut di Indonesia, masyarakat harus diberikan pendampingan. Karena masyarakat harus bisa membedakan mana gambut budidaya dan mana yang akan bertahan hidup lebih lama untuk proses restorasi.
“Dari apa yang telah kita lakukan selama ini, kami berbagi tugas. Badan Restorasi Gambut melakukan pendekatan dengan masyarakat, kemudian kami bertugas untuk merangkul pemilik-pemilik perkebunan untuk melakukan restorasi. Jadi, akan mengurangi titik-titik api,” ujarnya.
Kepala Litbang dan Inovasi KLHK Agus Justianto mengatakan, pihaknya terus melakukan inovasi untuk proses restorasi hutan gambut di Indonesia. “Untuk kegiatan pengembangan telah banyak dilakukan. Paling tidak ada yang menghasilkan paket teknologi yang mendorong percepatan restorasi gambut,” ujarnya.
Agus juga mengatakan, pihaknya telah melakukan pendekatan kepada masyarakat agar melakukan produktivitas lahan gambut. Ini dalam rangka pemulihan jenis-jenis lahan gambut. “Sehingga jenis tertentu ini dapat terus berkembang. Kami pun optimistis Indonesia bisa melakukan restorasi gambut. Bahwa negara-negara lain juga ingin belajar kepada Indonesia untuk proses restorasi gambut,” tandasnya.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia Indroyono Susilo mengatakan, upaya yang dilakukan Badan Restorasi Gambut selama tiga tahun ini ternyata membawa dampak baik kepada para pengusaha hutan. “Kami menyadari bahwa dengan menjalankan semua aturan yang ada dan ikut serta dalam proses restorasi akan memberikan dampak keuntungan bagi tidak hanya pengusaha namun juga pemerintah,” ungkapnya.
Menurut dia, dengan ikut serta dalam proses restorasi gambut maupun hutan di Indonesia, justru menambah keuntungan ekonomi. Tercatat dari tahun 2017 devisa yang masuk dari kehutanan hulu hingga hilir sebesar USD10 miliar.
“Sementara pada tahun 2018 baru selesai kita berhasil memberikan devisa kepada negara sebesar USD12,2 miliar setelah melaksanakan semua aturan pemerintah. Kami juga akan mendorong restorasi hutan gambut agar ke depan bisa meningkatkan devisa negara,” tandasnya
“Tantangan dalam tiga tahun ini adalah kondisi gambut kita yang rusak cukup banyak, akses juga cukup banyak. Kemudian akses masyarakat juga cukup jauh, keadaan ekonomi masyarakat juga mempengaruhi. Kemudian, kami melakukan pendekatan kepada masyarakat agar turut serta memperbaiki hutan gambut yang telah rusak parah ini,” tandas Nizar di Jakarta, kemarin.
Apalagi, lanjutnya, hutan gambut di Indonesia merupakan salah satu terbesar di Indonesia. Dengan upaya restorasi gambut di Indonesia, banyak tanggapan positif dari dunia internasional. Apalagi, Indonesia menjadi satu-satunya negara yang memiliki Badan Restorasi Gambut yang langsung berada di bawah presiden.
“Dunia internasional memberikan respons positif. Di dunia tidak ada satu pun yang memiliki badan restorasi gambut atau pengelola gambut yang langsung berada di bawah presiden. Indonesia menjadi yang pertama dan satu-satunya. Dan tentunya perhatian dunia sangat tinggi terhadap upaya Indonesia,” paparnya.
Dari hasil restorasi gambut selama tiga tahun ini, jelas Nizar, Indonesia berhasil mengalahkan Amerika Serikat dengan simpanan gambut yang lebih lama. “Dan tentunya lahan gambut yang besar yang dimiliki Indonesia ini memiliki simpanan karbon puluhan tahun dibanding Amerika Serikat. Jadi, seluruh karbon yang dikeluarkan oleh Jerman saja itu dalam waktu sekejap dalam waktu beberapa bulan kalau kita di Indonesia bisa habis itu karbonnya. Jadi bukan main fungsi dan kontribusi Indonesia untuk mencegah perubahan iklim,” ujarnya.
Dirjen Pengendalian dan Pencemaran Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) MR Karliansyah mengatakan, untuk melindungi gambut di Indonesia, masyarakat harus diberikan pendampingan. Karena masyarakat harus bisa membedakan mana gambut budidaya dan mana yang akan bertahan hidup lebih lama untuk proses restorasi.
“Dari apa yang telah kita lakukan selama ini, kami berbagi tugas. Badan Restorasi Gambut melakukan pendekatan dengan masyarakat, kemudian kami bertugas untuk merangkul pemilik-pemilik perkebunan untuk melakukan restorasi. Jadi, akan mengurangi titik-titik api,” ujarnya.
Kepala Litbang dan Inovasi KLHK Agus Justianto mengatakan, pihaknya terus melakukan inovasi untuk proses restorasi hutan gambut di Indonesia. “Untuk kegiatan pengembangan telah banyak dilakukan. Paling tidak ada yang menghasilkan paket teknologi yang mendorong percepatan restorasi gambut,” ujarnya.
Agus juga mengatakan, pihaknya telah melakukan pendekatan kepada masyarakat agar melakukan produktivitas lahan gambut. Ini dalam rangka pemulihan jenis-jenis lahan gambut. “Sehingga jenis tertentu ini dapat terus berkembang. Kami pun optimistis Indonesia bisa melakukan restorasi gambut. Bahwa negara-negara lain juga ingin belajar kepada Indonesia untuk proses restorasi gambut,” tandasnya.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia Indroyono Susilo mengatakan, upaya yang dilakukan Badan Restorasi Gambut selama tiga tahun ini ternyata membawa dampak baik kepada para pengusaha hutan. “Kami menyadari bahwa dengan menjalankan semua aturan yang ada dan ikut serta dalam proses restorasi akan memberikan dampak keuntungan bagi tidak hanya pengusaha namun juga pemerintah,” ungkapnya.
Menurut dia, dengan ikut serta dalam proses restorasi gambut maupun hutan di Indonesia, justru menambah keuntungan ekonomi. Tercatat dari tahun 2017 devisa yang masuk dari kehutanan hulu hingga hilir sebesar USD10 miliar.
“Sementara pada tahun 2018 baru selesai kita berhasil memberikan devisa kepada negara sebesar USD12,2 miliar setelah melaksanakan semua aturan pemerintah. Kami juga akan mendorong restorasi hutan gambut agar ke depan bisa meningkatkan devisa negara,” tandasnya
(don)