Wayang Jadi Cara Ampuh Sosialiasikan Pemilu Bagi Kaum Milenial
A
A
A
SEMARANG - Kurang dari empat bulan lagi, tepatnya pada tanggal 17 April 2019, Bangsa Indonesia akan merayakan pesta demokrasi terbesar dengan memilih secara serentak anggota DPR RI, DPD RI, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota, serta Presiden dan Wakil Presiden.
Waktu yang sudah sangat sempit sebenarnya, namun ternyata masih banyak masyarakat yang belum tahu kalau akan ada gelaran Pemilu Serentak 17 April 2019.
Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tjahjo Kumolo yang juga merupakan pecinta seni tersebut ternyata tak hilang akal. Pria kelahiran Surakarta 61 Tahun yang lalu itu memiliki harapan untuk mengenalkan wayang kepada kaum milenial. Tjahjo berharap, nantinya kaum milenial akan tahu kalau sosialisasi Pemilu tidak hanya lewat televisi atau radio, tapi juga bisa lewat wayang kulit.
Tepat di Halaman Kantor Wali Kota Semarang Jalan Pemuda No 148 Semarang, penonton yang kaum milenial dibuat penasaran dengan janji panitia memberikan hiburan menarik malam itu .
Gelaran Wayang Kulit yang dibawakan oleh Ki Bayu Aji Pamungkas dengan mengambil lakon “Bima Krida” yang artinya “Bima Bekerja” ternyata memiliki pesan kuat yang ingin disampaikan kepada semua khalayak yang menontonnya.
“Kita harus bekerja keras, perjuangan tidak pernah berakhir, melalui wayang kita sampaikan bahwa tidak akan ada keberhasilan dan kesejahteraan kalau tidak ada gotong royong dan kerja keras dari kita semua,” kata Tjahjo di hadapan ratusan penonton di Balaikota Semarang, Jumat (25/1/2019).
Sosok Bima dalam pewayangan yang gagah dan perkasa dengan lantang memberikan himbauan ke masyarakat seluruh Indonesia untuk ikut memeriahkan Pemilu Serentak 2019 dan tidak boleh “golput”.
Bima kemudian mengajak masyarakat untuk menjaga situasi kondusif menjelang Pemilu Serentak 2019, tidak boleh ada politik uang, ujaran kebencian, fitnah, berita bohong (hoax), dan politisasi SARA. Sontak hal itu membuat riuh dan tepuk tangan penonton yang hadir saat itu.
Sebagian penonton tampak mengabadikan momen itu lewat video dan menganggap bahwa hal itu sangat jarang terjadi dalam pementasan Wayang Kulit. “Wayang malam ini sangat menarik, pesan yang disampaikan juga lebih efektif untuk sampai ke masyarakat,” timpalnya dalam pernyataan tertulis yang diterima SINDOnews, Sabtu (26/1/2019).
Di akhir keteranganya di depan media, Tjahjo mengatakan bahwa acara seperti ini akan diselenggarakan secara bergilir di beberapa kota. “Insyallah acara malam ini berjalan lancar, nantinya akan kita lanjutkan di beberapa kota lainnya seperti Yogyakarta dan Banyuwangi”, tandas Tjahjo.
Waktu yang sudah sangat sempit sebenarnya, namun ternyata masih banyak masyarakat yang belum tahu kalau akan ada gelaran Pemilu Serentak 17 April 2019.
Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tjahjo Kumolo yang juga merupakan pecinta seni tersebut ternyata tak hilang akal. Pria kelahiran Surakarta 61 Tahun yang lalu itu memiliki harapan untuk mengenalkan wayang kepada kaum milenial. Tjahjo berharap, nantinya kaum milenial akan tahu kalau sosialisasi Pemilu tidak hanya lewat televisi atau radio, tapi juga bisa lewat wayang kulit.
Tepat di Halaman Kantor Wali Kota Semarang Jalan Pemuda No 148 Semarang, penonton yang kaum milenial dibuat penasaran dengan janji panitia memberikan hiburan menarik malam itu .
Gelaran Wayang Kulit yang dibawakan oleh Ki Bayu Aji Pamungkas dengan mengambil lakon “Bima Krida” yang artinya “Bima Bekerja” ternyata memiliki pesan kuat yang ingin disampaikan kepada semua khalayak yang menontonnya.
“Kita harus bekerja keras, perjuangan tidak pernah berakhir, melalui wayang kita sampaikan bahwa tidak akan ada keberhasilan dan kesejahteraan kalau tidak ada gotong royong dan kerja keras dari kita semua,” kata Tjahjo di hadapan ratusan penonton di Balaikota Semarang, Jumat (25/1/2019).
Sosok Bima dalam pewayangan yang gagah dan perkasa dengan lantang memberikan himbauan ke masyarakat seluruh Indonesia untuk ikut memeriahkan Pemilu Serentak 2019 dan tidak boleh “golput”.
Bima kemudian mengajak masyarakat untuk menjaga situasi kondusif menjelang Pemilu Serentak 2019, tidak boleh ada politik uang, ujaran kebencian, fitnah, berita bohong (hoax), dan politisasi SARA. Sontak hal itu membuat riuh dan tepuk tangan penonton yang hadir saat itu.
Sebagian penonton tampak mengabadikan momen itu lewat video dan menganggap bahwa hal itu sangat jarang terjadi dalam pementasan Wayang Kulit. “Wayang malam ini sangat menarik, pesan yang disampaikan juga lebih efektif untuk sampai ke masyarakat,” timpalnya dalam pernyataan tertulis yang diterima SINDOnews, Sabtu (26/1/2019).
Di akhir keteranganya di depan media, Tjahjo mengatakan bahwa acara seperti ini akan diselenggarakan secara bergilir di beberapa kota. “Insyallah acara malam ini berjalan lancar, nantinya akan kita lanjutkan di beberapa kota lainnya seperti Yogyakarta dan Banyuwangi”, tandas Tjahjo.
(sms)