Festival Janadriyah Tingkatkan Kewibawaan Bangsa
A
A
A
RIYADH - Festival Janadriyah di Riyadh, Arab Saudi, telah resmi ditutup. Indonesia yang menjadi tamu kehormatan dengan menampilkan aneka kekayaan budaya dinilai berhasil meningkatkan kewibawaan bangsa di hadapan masyarakat Arab.
Direktur Warisan Budaya dan Diplomasi Ditjen Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Nadjamuddin Ramly mengatakan, mendapatkan kesempatan menjadi tamu kehormatan di festival tertua di negara teluk itu menjadikan salah satu diplomasi budaya yang sangat dahsyat. Menurutnya, pada kesempatan itu Indonesia menampilkan seluruh adidaya budaya bangsa yang beririsan dengan kultur Islam dan juga kontemporer. Perpaduan tersebut mendapat apreasisi dari publik Arab.
"Festival Janadriyah ini merupakan diplomasi yang sangat dahsyat bagi Indonesia. Sebab, selama ini Indonesia hanya dikenal dengan tenaga kerjanya saja. Setelah kita pentaskan seluruh kemampuan adidaya budaya bangsa, mereka kagum dan respek. Kita punya dignity di sini. Kewibawaan di hadapan raja," katanya ketika ditemui di sela-sela penutupan festival, Rabu (9/1/2019).
Nadjamuddin mengatakan, Indonesia memperoleh banyak manfaat dari diplomasi budaya yang berlangsung sejak 20 Desember - 9 Januari itu. Manfaat tersebut di antaranya dalam rangka peningkatan layanan haji bagi jamaah Indonesia. Selain itu, manfaat lain adalah munculnya kesempatan untuk meningkatkan kerja sama investasi.
Dia mengatakan, Festival Janadriyah merupakan batu loncatan untuk diplomasi budaya lainnya antarkedua negara. Hal ini sejalan dengan komitmen Pemerintah Saudi dalam menyediakan ruang bagi negara lain untuk memamerkan kebudayaannya. Sehingga, kebudayaan Indonesia dari daerah lain berpeluang bisa turut dipamerkan di museum-museum di Arab Saudi.
"Kita bisa melakukan pameran dan juga seminar sejarah risalah Islam ke Indonesia dengan," katanya.
Selain itu, kata Nadjamuddin, sebagai imbal balik pengelola kota Madinah dan Makkah meminta Atase Pendidikan dan Kebudayaan (Atdikbud) RI di Riyadh untuk memberikan fasilitas agar Saudi bisa menggelar pameran di masjid-masjid besar di Indonesia seperti Istiqlal di Jakarta, Masjid Al Markas di Makassar dan Masjid Maimun di Medan. Pameran tersebut nantinya akan berlangsung selama sepekan di masing-masing kota.
Sementara itu, Atdikbud RI di Riyadh Ahmad Ubeidillah mengatakan, sebagai langkah awal pihaknya ingin memprogramkan event-event dalam skala kecil di kampus-kampus. Selain itu, akan digelar juga pameran pendidikan untuk mengenalkan sekolah atau kampus terbaik Indonesia di Saudi.
Penutupan Festival Janadriyah kemarin dihadiri oleh Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh untuk Kerajaan Arab Saudi Agus Maftuh Abegebriel serta Direktur Umum Festival Kebudayaan dan Barang Peninggalan Kerajaan Arab Saudi Suud Abdullah Rumi.
Pada kesempatan itu, Rumi Suud Abdullah Rumi mengaku terkejut dengan rangkaian seremonial penutupan Festival Janadriyah. Pasalnya, selama ini di negaranya tidak ada tradisi seremoni penutupan di festival seperti kemarin. Seremoni itu pula yang akhirnya bisa mempertemukan para pejabat dan staf KBRI dengan pimpinan Kementerian Garda Nasional.
Secara khusus Suud Abdullah Rumi mengapresiasi suksesnya Indonesia menjadi tamu kehormatan di festival yang telah digelar sejak 1985 itu. "Paviliun dan panggung Indonesia sangat menyedot pengunjung," ungkapnya.
Di luar paviliun, para pengunjung memberikan sambutan meriah kepada pertunjukan seni di panggung menghadirkan 75 pelajar Sekolah Indonesia Riyadh. Pada pelajar itu sukses menampilkan sendratari kolosal yang menggabungkan Tari Badui dari Sleman dan Tari Angguk Kipas dengan kreasi baru.
Sendratari kolosal atau Colosal Dance Folklore tersebut diberi judul ‘Merah Putihku Indonesia’. Pergelaran seni berdurasi 13 menit itu menceritakan penyebaran agama Islam di Indonesia dan menunjukkan keragaman atau kebinekaan budaya yang bersatu di bawah nama Indonesia.
Untuk pertunjukan ini, panitia mendatangkan seniman asal DI Yogyakarta Wisnu Setyo Wicaksono sebagai koreografer, dengan asisten koreografer Endra Wijaya dan Bramantyo Fendi Prabowo, serta penata musik Prastowo.
Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh untuk Kerajaan Arab Saudi Agus Maftuh Abegebriel juga berterima kasih kepada Pemerintah Arab Saudi khususnya Raja Salman bin Abdulaziz dan Putra Mahkota Mohammad bin Salman yang telah menetapkan Indonesia sebagai tamu kehormatan.
Pada kesempatan itu, Agus juga mengundang mengundang Putra Mahkota Mohammad bin Salman untuk bisa berkunjung ke Indonesia seperti yang dilakukan Raja Salman pada 2017 lalu.
"Kami berharap festival ini bisa membuat hubungan Indonesia-Saudi yang sudah erat bisa dikuatkan lagi," kata Agus. (Neneng Zubaidah)
Direktur Warisan Budaya dan Diplomasi Ditjen Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Nadjamuddin Ramly mengatakan, mendapatkan kesempatan menjadi tamu kehormatan di festival tertua di negara teluk itu menjadikan salah satu diplomasi budaya yang sangat dahsyat. Menurutnya, pada kesempatan itu Indonesia menampilkan seluruh adidaya budaya bangsa yang beririsan dengan kultur Islam dan juga kontemporer. Perpaduan tersebut mendapat apreasisi dari publik Arab.
"Festival Janadriyah ini merupakan diplomasi yang sangat dahsyat bagi Indonesia. Sebab, selama ini Indonesia hanya dikenal dengan tenaga kerjanya saja. Setelah kita pentaskan seluruh kemampuan adidaya budaya bangsa, mereka kagum dan respek. Kita punya dignity di sini. Kewibawaan di hadapan raja," katanya ketika ditemui di sela-sela penutupan festival, Rabu (9/1/2019).
Nadjamuddin mengatakan, Indonesia memperoleh banyak manfaat dari diplomasi budaya yang berlangsung sejak 20 Desember - 9 Januari itu. Manfaat tersebut di antaranya dalam rangka peningkatan layanan haji bagi jamaah Indonesia. Selain itu, manfaat lain adalah munculnya kesempatan untuk meningkatkan kerja sama investasi.
Dia mengatakan, Festival Janadriyah merupakan batu loncatan untuk diplomasi budaya lainnya antarkedua negara. Hal ini sejalan dengan komitmen Pemerintah Saudi dalam menyediakan ruang bagi negara lain untuk memamerkan kebudayaannya. Sehingga, kebudayaan Indonesia dari daerah lain berpeluang bisa turut dipamerkan di museum-museum di Arab Saudi.
"Kita bisa melakukan pameran dan juga seminar sejarah risalah Islam ke Indonesia dengan," katanya.
Selain itu, kata Nadjamuddin, sebagai imbal balik pengelola kota Madinah dan Makkah meminta Atase Pendidikan dan Kebudayaan (Atdikbud) RI di Riyadh untuk memberikan fasilitas agar Saudi bisa menggelar pameran di masjid-masjid besar di Indonesia seperti Istiqlal di Jakarta, Masjid Al Markas di Makassar dan Masjid Maimun di Medan. Pameran tersebut nantinya akan berlangsung selama sepekan di masing-masing kota.
Sementara itu, Atdikbud RI di Riyadh Ahmad Ubeidillah mengatakan, sebagai langkah awal pihaknya ingin memprogramkan event-event dalam skala kecil di kampus-kampus. Selain itu, akan digelar juga pameran pendidikan untuk mengenalkan sekolah atau kampus terbaik Indonesia di Saudi.
Penutupan Festival Janadriyah kemarin dihadiri oleh Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh untuk Kerajaan Arab Saudi Agus Maftuh Abegebriel serta Direktur Umum Festival Kebudayaan dan Barang Peninggalan Kerajaan Arab Saudi Suud Abdullah Rumi.
Pada kesempatan itu, Rumi Suud Abdullah Rumi mengaku terkejut dengan rangkaian seremonial penutupan Festival Janadriyah. Pasalnya, selama ini di negaranya tidak ada tradisi seremoni penutupan di festival seperti kemarin. Seremoni itu pula yang akhirnya bisa mempertemukan para pejabat dan staf KBRI dengan pimpinan Kementerian Garda Nasional.
Secara khusus Suud Abdullah Rumi mengapresiasi suksesnya Indonesia menjadi tamu kehormatan di festival yang telah digelar sejak 1985 itu. "Paviliun dan panggung Indonesia sangat menyedot pengunjung," ungkapnya.
Di luar paviliun, para pengunjung memberikan sambutan meriah kepada pertunjukan seni di panggung menghadirkan 75 pelajar Sekolah Indonesia Riyadh. Pada pelajar itu sukses menampilkan sendratari kolosal yang menggabungkan Tari Badui dari Sleman dan Tari Angguk Kipas dengan kreasi baru.
Sendratari kolosal atau Colosal Dance Folklore tersebut diberi judul ‘Merah Putihku Indonesia’. Pergelaran seni berdurasi 13 menit itu menceritakan penyebaran agama Islam di Indonesia dan menunjukkan keragaman atau kebinekaan budaya yang bersatu di bawah nama Indonesia.
Untuk pertunjukan ini, panitia mendatangkan seniman asal DI Yogyakarta Wisnu Setyo Wicaksono sebagai koreografer, dengan asisten koreografer Endra Wijaya dan Bramantyo Fendi Prabowo, serta penata musik Prastowo.
Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh untuk Kerajaan Arab Saudi Agus Maftuh Abegebriel juga berterima kasih kepada Pemerintah Arab Saudi khususnya Raja Salman bin Abdulaziz dan Putra Mahkota Mohammad bin Salman yang telah menetapkan Indonesia sebagai tamu kehormatan.
Pada kesempatan itu, Agus juga mengundang mengundang Putra Mahkota Mohammad bin Salman untuk bisa berkunjung ke Indonesia seperti yang dilakukan Raja Salman pada 2017 lalu.
"Kami berharap festival ini bisa membuat hubungan Indonesia-Saudi yang sudah erat bisa dikuatkan lagi," kata Agus. (Neneng Zubaidah)
(nfl)