75 Atlet Berprestasi Ikuti Seleksi Dasar CPNS
A
A
A
JAKARTA - Sebanyak 75 atlet berprestasi mengikuti seleksi kompetensi dasar (SKD) calon pegawai negeri sipil (CPNS) 2018.
Atlet-atlet tersebut berasal dari beberapa cabang olahraga seperti bulu tangkis, wushu, pencak silat. Seperti diketahui, pada seleksi CPNS 2018 ini, pemerintah membuka formasi khusus atlet berprestasi. Formasi ini memberikan kesempatan bagi para atlet untuk mengabdi sebagai aparatur negara.
“Seleksi ini merupakan gelombang kedua karena yang pertama sudah digelar 31 Ok tober. Pada saat itu memang ba nyak atlet yang tidak bisa karena masih harus mengikuti beberapa kejuaraan,” kata Sekretaris Menteri Pemuda dan Olahraga (Sesmenpora) Gatot S Dewa Broto saat dihubungi kemarin.
Dia mengatakan masih banyak atlet yang belum bisa meng ikuti seleksi gelombang kedua ini. Dia menyebut akan ada kemungkinan SKD gelombang ketiga.
“Poinnya wajib diikuti, dan aturannya memang seperti itu. Gelombang selanjutnya akan kami atur dengan BKN. Kami juga sesuaikan dengan atletnya, tapi juga tidak akan terlalu lama karena harus serentak,” tuturnya.
Gatot untuk gelombang kedua ini didominasi atlet bulu tangkis. Sebut saja Tontowi Ahmad, Kevin Sanjaya, Markus F Gideon, Apriyani Rahayu, Liliyana Natsir, dan lainnya.
Menurutnya, salah satu hal yang menyebabkan para atlet berminat menjadi CPNS adalah untuk masa tua setelah pensiun nanti. “Untuk pegangan di hari tua. Nanti kita sebar penempatannya. Saat ini pun sudah banyak yang minta baik instansi daerah ataupun kementerian/lembaga,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Gatot mengungkapkan bahwa berbeda dari PNS pada umumnya para atlet ini masih tidak perlu bertugas di kantor. Menurutnya, para atlet masih bisa bertanding selama masih aktif mengikuti kejuaraan.
“Untuk saat ini, PNS status saja. Sebenarnya yang bisa ikut itu 300, tapi dibatasi. Mereka tidak akan tidak passing grade . Tapi banyak yang mengaku soalnya bikin pusing sekali,” tuturnya.
Atlet bulu tangkis Indonesia yang menjadi salah satu peserta SKD, Tontowi Ahmad mengaku merasa senang atas apresiasi pemerintah kepada atlet Indonesia melalui formasi khusus CPNS 2018.
Selain itu, Owi— sapaan Tontowi, juga mengaku sempat merasa tegang saat akan mengikuti SKD karena kesehariannya dihabiskan untuk berlatih bulu tangkis. “Saya bisa mengoperasikan aplikasi CAT, tapi jujur lebih sulit soal SKD daripada melawan ganda campuran asal China,” ungkap Owi.
Hal senada juga di ungkapkan atlet wushu Indonesia, Edgar Xavier Marvelo, bahwa adanya formasi khusus membuat para anak muda tidak takut menjadi atlet. Pasalnya, masa depan setelah pensiun sebagai atlet sudah jelas, yakni menjadi aparatur sipil negara.
“Adanya kesempatan ini tidak membuat kita takut pada masa depan yang akan datang,” ungkapnya. Sebelumnya saat mengumumkan jumlah pendaftar seleksi CPNS 2018, Kepala Biro Humas Badan Kepegawaian Negara (BKN) Mohammad Ridwan mengatakan untuk formasi khusus atlet berprestasi selama ini tidak masuk dalam SSCN, tapi langsung dikelola Kemenpora.
Dia mengatakan Kemenpora sudah melakukan identifikasi atlet mana saja yang dapat menjadi CPNS. “Ada 300 atlet yang bisa mengikuti CPNS, tapi yang sampai kemarin menyerahkan dokumen ke Kemenpora, baru 298. Ada dua atlet tidak berkenan menjadi PNS. Mereka akan tetap mengikuti SKD tanpa ada passing grade. Dan untuk seleksi kompetensi bidang (SKB) hanya akan wawancara,” tuturnya.
Di samping itu, Ridwan menyebutkan bahwa untuk atlet berprestasi pada Asian Games 2018 dipastikan tidak dapat mengikuti CPNS.
Hal ini karena berdasarkan Permenpora No 6/2018 ada tiga kriteria atlet yang bisa mengikuti CPNS, yakni minimal meraih medali perunggu pada Olympic dan atau Paralympic Games 2016, atau Kejuaraan Dunia 2016 yang diakui oleh federasinya.
“Lalu, minimal medali perak pada Asian Games dan atau Asian Para Games 2014 dan atau Kejuaraan Asia 2014 yang diakui oleh federasinya. Terakhir, minimal medali emas pada SEA Games dan atau ASEAN Para Games tahun 2015 dan atau tahun 2017 dan atau Asia Tenggara tahun 2017,” pungkasnya. (Dita Angga/ Raikhul Amar)
Atlet-atlet tersebut berasal dari beberapa cabang olahraga seperti bulu tangkis, wushu, pencak silat. Seperti diketahui, pada seleksi CPNS 2018 ini, pemerintah membuka formasi khusus atlet berprestasi. Formasi ini memberikan kesempatan bagi para atlet untuk mengabdi sebagai aparatur negara.
“Seleksi ini merupakan gelombang kedua karena yang pertama sudah digelar 31 Ok tober. Pada saat itu memang ba nyak atlet yang tidak bisa karena masih harus mengikuti beberapa kejuaraan,” kata Sekretaris Menteri Pemuda dan Olahraga (Sesmenpora) Gatot S Dewa Broto saat dihubungi kemarin.
Dia mengatakan masih banyak atlet yang belum bisa meng ikuti seleksi gelombang kedua ini. Dia menyebut akan ada kemungkinan SKD gelombang ketiga.
“Poinnya wajib diikuti, dan aturannya memang seperti itu. Gelombang selanjutnya akan kami atur dengan BKN. Kami juga sesuaikan dengan atletnya, tapi juga tidak akan terlalu lama karena harus serentak,” tuturnya.
Gatot untuk gelombang kedua ini didominasi atlet bulu tangkis. Sebut saja Tontowi Ahmad, Kevin Sanjaya, Markus F Gideon, Apriyani Rahayu, Liliyana Natsir, dan lainnya.
Menurutnya, salah satu hal yang menyebabkan para atlet berminat menjadi CPNS adalah untuk masa tua setelah pensiun nanti. “Untuk pegangan di hari tua. Nanti kita sebar penempatannya. Saat ini pun sudah banyak yang minta baik instansi daerah ataupun kementerian/lembaga,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Gatot mengungkapkan bahwa berbeda dari PNS pada umumnya para atlet ini masih tidak perlu bertugas di kantor. Menurutnya, para atlet masih bisa bertanding selama masih aktif mengikuti kejuaraan.
“Untuk saat ini, PNS status saja. Sebenarnya yang bisa ikut itu 300, tapi dibatasi. Mereka tidak akan tidak passing grade . Tapi banyak yang mengaku soalnya bikin pusing sekali,” tuturnya.
Atlet bulu tangkis Indonesia yang menjadi salah satu peserta SKD, Tontowi Ahmad mengaku merasa senang atas apresiasi pemerintah kepada atlet Indonesia melalui formasi khusus CPNS 2018.
Selain itu, Owi— sapaan Tontowi, juga mengaku sempat merasa tegang saat akan mengikuti SKD karena kesehariannya dihabiskan untuk berlatih bulu tangkis. “Saya bisa mengoperasikan aplikasi CAT, tapi jujur lebih sulit soal SKD daripada melawan ganda campuran asal China,” ungkap Owi.
Hal senada juga di ungkapkan atlet wushu Indonesia, Edgar Xavier Marvelo, bahwa adanya formasi khusus membuat para anak muda tidak takut menjadi atlet. Pasalnya, masa depan setelah pensiun sebagai atlet sudah jelas, yakni menjadi aparatur sipil negara.
“Adanya kesempatan ini tidak membuat kita takut pada masa depan yang akan datang,” ungkapnya. Sebelumnya saat mengumumkan jumlah pendaftar seleksi CPNS 2018, Kepala Biro Humas Badan Kepegawaian Negara (BKN) Mohammad Ridwan mengatakan untuk formasi khusus atlet berprestasi selama ini tidak masuk dalam SSCN, tapi langsung dikelola Kemenpora.
Dia mengatakan Kemenpora sudah melakukan identifikasi atlet mana saja yang dapat menjadi CPNS. “Ada 300 atlet yang bisa mengikuti CPNS, tapi yang sampai kemarin menyerahkan dokumen ke Kemenpora, baru 298. Ada dua atlet tidak berkenan menjadi PNS. Mereka akan tetap mengikuti SKD tanpa ada passing grade. Dan untuk seleksi kompetensi bidang (SKB) hanya akan wawancara,” tuturnya.
Di samping itu, Ridwan menyebutkan bahwa untuk atlet berprestasi pada Asian Games 2018 dipastikan tidak dapat mengikuti CPNS.
Hal ini karena berdasarkan Permenpora No 6/2018 ada tiga kriteria atlet yang bisa mengikuti CPNS, yakni minimal meraih medali perunggu pada Olympic dan atau Paralympic Games 2016, atau Kejuaraan Dunia 2016 yang diakui oleh federasinya.
“Lalu, minimal medali perak pada Asian Games dan atau Asian Para Games 2014 dan atau Kejuaraan Asia 2014 yang diakui oleh federasinya. Terakhir, minimal medali emas pada SEA Games dan atau ASEAN Para Games tahun 2015 dan atau tahun 2017 dan atau Asia Tenggara tahun 2017,” pungkasnya. (Dita Angga/ Raikhul Amar)
(nfl)