Sembilan Negara Perkuat Kerja Sama
A
A
A
JAKARTA - Sembilan negara kemarin berkumpul dan sepakat meningkatkan kerja sama untuk menanggulangi terorisme dan radikalisme.
Melalui pertemuan Sub-Regional Meeting on Counter Terrorism (SRM on CT) dengan fokus pertemuan pada respons strategi dan taktik teroris yang berkembang atau “Responding to the Evolving Terrorist Strategies and Tactics” itu, sembilan negara yang bergabung menyepakati saling tukar informasi terkait penanggulangan terorisme.
Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Wiranto dan Menteri Dalam Negeri Australia Hon Peter Dutton memimpin pertemuan yang dihadiri menteri dan setingkat menteri dari 9 negara itu. Hadir dalam pertemuan Indonesia, Australia, Brunei Darussalam, Filipina, Malaysia, Myanmar, Selandia Baru, Singapura, dan Thailand.
“Pemerintah Indonesia harus bekerja sama dengan pemerintah yang lain. Terorisme tidak kenal batas negara dan undang-undang mana pun, yang dipatuhi adalah undang-undangnya sendiri yang menerobos batas negara,” ungkap Wiranto seusai pertemuan di Hotel Fairmont, Senayan, Jakarta, kemarin.
Wiranto juga menjelaskan, saat ini pola penyebaran paham radikal yang merupakan cikal bakal dari aksi terorisme telah berkembang. Para pelaku teror juga telah memodifikasi strate gi serta pola serangan mereka. Sebelumnya, mereka beraksi sebagai satu organisasi dalam melakukan serangan, tapi kini serangan-serangan tersebut muncul dalam unit yang lebih kecil atau bahkan atas inisiasi sendiri atau lone wolf, serta melibatkan kaum perempuan dan anak-anak.
“Cara terorisme berkembang, bahkan di Surabaya menggunakan keluarga, perempuan, dan anak. Karena itu, salah satu upaya bagaimana pemerintah kita bekerja sama dengan organisasi masyarakat sipil untuk tanggulangi terorisme,” tandasnya.
Dalam menghadapi berkembangnya ancaman terorisme tersebut, maka Pemerintah Indonesia bersama Pemerintah Australia menyelenggarakan pertemuan ini. “Pertemuan ini merupakan upaya diri negara-negara di sub kawasan guna mengantisipasi dan menanggulangi masalah terorisme, khususnya dengan melihat perkembangan dan perubahan strategi serta taktik para teroris,” kata Wiranto.
Dalam pertemuan juga disepakati peningkatan program deradikalisasi serta penyusunan narasi untuk menanggulangi propaganda dari kelompok atau pelaku terorisme sebagai upaya penanggulangan akar permasalahan dan bahaya radikalisme yang mengarah kepada ektremisme dan terorisme.
Menteri Urusan Dalam Negeri Australia Peter Dutton menyampaikan apresiasi yang sangat tinggi kepada Indonesia karena dapat berbagai ilmu dan pengalaman terkait masalah terorisme dan radikalisme. Hal ini dibuktikan dengan adanya komunikasi yang baik antara kedua negara. (Binti Mufarida)
Melalui pertemuan Sub-Regional Meeting on Counter Terrorism (SRM on CT) dengan fokus pertemuan pada respons strategi dan taktik teroris yang berkembang atau “Responding to the Evolving Terrorist Strategies and Tactics” itu, sembilan negara yang bergabung menyepakati saling tukar informasi terkait penanggulangan terorisme.
Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Wiranto dan Menteri Dalam Negeri Australia Hon Peter Dutton memimpin pertemuan yang dihadiri menteri dan setingkat menteri dari 9 negara itu. Hadir dalam pertemuan Indonesia, Australia, Brunei Darussalam, Filipina, Malaysia, Myanmar, Selandia Baru, Singapura, dan Thailand.
“Pemerintah Indonesia harus bekerja sama dengan pemerintah yang lain. Terorisme tidak kenal batas negara dan undang-undang mana pun, yang dipatuhi adalah undang-undangnya sendiri yang menerobos batas negara,” ungkap Wiranto seusai pertemuan di Hotel Fairmont, Senayan, Jakarta, kemarin.
Wiranto juga menjelaskan, saat ini pola penyebaran paham radikal yang merupakan cikal bakal dari aksi terorisme telah berkembang. Para pelaku teror juga telah memodifikasi strate gi serta pola serangan mereka. Sebelumnya, mereka beraksi sebagai satu organisasi dalam melakukan serangan, tapi kini serangan-serangan tersebut muncul dalam unit yang lebih kecil atau bahkan atas inisiasi sendiri atau lone wolf, serta melibatkan kaum perempuan dan anak-anak.
“Cara terorisme berkembang, bahkan di Surabaya menggunakan keluarga, perempuan, dan anak. Karena itu, salah satu upaya bagaimana pemerintah kita bekerja sama dengan organisasi masyarakat sipil untuk tanggulangi terorisme,” tandasnya.
Dalam menghadapi berkembangnya ancaman terorisme tersebut, maka Pemerintah Indonesia bersama Pemerintah Australia menyelenggarakan pertemuan ini. “Pertemuan ini merupakan upaya diri negara-negara di sub kawasan guna mengantisipasi dan menanggulangi masalah terorisme, khususnya dengan melihat perkembangan dan perubahan strategi serta taktik para teroris,” kata Wiranto.
Dalam pertemuan juga disepakati peningkatan program deradikalisasi serta penyusunan narasi untuk menanggulangi propaganda dari kelompok atau pelaku terorisme sebagai upaya penanggulangan akar permasalahan dan bahaya radikalisme yang mengarah kepada ektremisme dan terorisme.
Menteri Urusan Dalam Negeri Australia Peter Dutton menyampaikan apresiasi yang sangat tinggi kepada Indonesia karena dapat berbagai ilmu dan pengalaman terkait masalah terorisme dan radikalisme. Hal ini dibuktikan dengan adanya komunikasi yang baik antara kedua negara. (Binti Mufarida)
(nfl)