Indonesia 10 Besar Tujuan Wisata Dunia versi Lonely Planet
A
A
A
JAKARTA - Indonesia berada di urutan ketujuh dari sepuluh besar negara tujuan wisata terbaik 2019 dalam daftar Best in Travel versi Lonely Planet. Keragaman budaya dan tradisi masyarakat yang kuat menjadi satu di antara daya tarik calon wisatawan untuk berkunjung ke Tanah Air.
Dalam daftar tersebut, posisi puncak ditempati Sri Lanka, kemudian Jerman peringkat kedua, dan berturut-turut posisi ketiga dan seterusnya adalah Zimbabwe, Panama, Kirgistan, Yordania, Belarusia, Sao Tome, Principe, serta terakhir Belize. “Indonesia memiliki keragaman, mulai dari resor baru yang menawarkan interaksi dengan orang utan di Sumatera hingga tradisi suku di Papua,” ungkap pernyataan Lonely Planet dalam website-nya dikutip kemarin.
Menurut Lonely Planet, dengan lebih dari 17.000 pulau dengan keragaman budaya, kuliner, dan agama di kepulauan, Indonesia menawarkan kaleidoskop pengalaman. “Beberapa gempa bumi baru-baru ini menerjang beberapa bagian Indonesia yang terletak di Cincin Api Pasifik. Respons atas bencana alam ini masih berlangsung, tetapi banyak bagian negara itu yang tetap aman untuk para pengunjung,” papar Lonely Planet.
Lonely Planet menyebutkan, semakin membaiknya koneksi udara, darat, dan laut, ditambah dengan akses bebas visa untuk warga dari 169 negara. Lonely Planet adalah buku panduan perjalanan dan penerbit media digital terbesar di dunia. Perusahaan ini dimiliki oleh BBC Worldwide yang membeli 75% saham dari pendirinya, Maureen dan Tony Wheeler, pada 2007 dan 25% sisanya pada Februari 2011.
Editor destinasi Lonely Planet Joe Bindloss menjelaskan mengapa Sri Lanka menempati posisi teratas dalam daftar tersebut. Kendati di Sri Langka terjadi sejumlah kekerasan yang menjadi berita utama, negara itu dinilai lebih aman bagi para pelancong dan untuk warga lokal dibandingkan beberapa tahun sebelumnya.
Demikian juga dengan Zimbabwe yang menduduki posisi ketiga dalam daftar itu. Meski negara itu masih mengalami kekerasan dan hiperinflasi serta kasus korupsi, sektor pariwisatanya menjadi salah satu kekuatan tersendiri.
Sementara Panama, negara itu disebut unik karena menjadi persimpangan jalan benua Amerika yang memiliki keragaman hayati tropis. Di sisi lain, Panama juga menjadi jendela menuju dunia Barat karena terusan Panamanya menjadi perlintasan kapal-kapal kargo terbesar dunia.
Menteri Pariwisata Arief Yahya menilai, rekomendasi dari Lonely Planet sangat penting sebab hasil kajian ini bisa turut membantu Indonesia mencapai target 20 juta kunjungan wisatawan mancanegara pada 2019. Selain itu, penilaian positif ini juga bisa memengaruhi faktor confidence, credibility, dan calibration(3C). Dari sisi confidence, penghargaan tersebut bisa menaikkan tingkat kepercayaan masyarakat.
“Credibility, jika dikomunikasikan dengan baik, apa yang kita peroleh dapat menjadi cara marketing yang paling efektif untuk imej," ucapnya. Sementara dari sisi calibration, ujar Arief, penghargaan akan bermanfaat untuk mengetahui dan mengukur posisi Indonesia dibandingkan dengan negara lain.
Bagi Arief, memenangkan award akan membuat institusi semakin dikenal dan membuka peluang untuk mendapatkan kesempatan pada masa mendatang. Sebabnya, semua pihak akan cenderung memilih para pemenang untuk menjadi partner, penyuplai, atau produsennya dibandingkan dengan yang lainnya.
Dalam daftar tersebut, posisi puncak ditempati Sri Lanka, kemudian Jerman peringkat kedua, dan berturut-turut posisi ketiga dan seterusnya adalah Zimbabwe, Panama, Kirgistan, Yordania, Belarusia, Sao Tome, Principe, serta terakhir Belize. “Indonesia memiliki keragaman, mulai dari resor baru yang menawarkan interaksi dengan orang utan di Sumatera hingga tradisi suku di Papua,” ungkap pernyataan Lonely Planet dalam website-nya dikutip kemarin.
Menurut Lonely Planet, dengan lebih dari 17.000 pulau dengan keragaman budaya, kuliner, dan agama di kepulauan, Indonesia menawarkan kaleidoskop pengalaman. “Beberapa gempa bumi baru-baru ini menerjang beberapa bagian Indonesia yang terletak di Cincin Api Pasifik. Respons atas bencana alam ini masih berlangsung, tetapi banyak bagian negara itu yang tetap aman untuk para pengunjung,” papar Lonely Planet.
Lonely Planet menyebutkan, semakin membaiknya koneksi udara, darat, dan laut, ditambah dengan akses bebas visa untuk warga dari 169 negara. Lonely Planet adalah buku panduan perjalanan dan penerbit media digital terbesar di dunia. Perusahaan ini dimiliki oleh BBC Worldwide yang membeli 75% saham dari pendirinya, Maureen dan Tony Wheeler, pada 2007 dan 25% sisanya pada Februari 2011.
Editor destinasi Lonely Planet Joe Bindloss menjelaskan mengapa Sri Lanka menempati posisi teratas dalam daftar tersebut. Kendati di Sri Langka terjadi sejumlah kekerasan yang menjadi berita utama, negara itu dinilai lebih aman bagi para pelancong dan untuk warga lokal dibandingkan beberapa tahun sebelumnya.
Demikian juga dengan Zimbabwe yang menduduki posisi ketiga dalam daftar itu. Meski negara itu masih mengalami kekerasan dan hiperinflasi serta kasus korupsi, sektor pariwisatanya menjadi salah satu kekuatan tersendiri.
Sementara Panama, negara itu disebut unik karena menjadi persimpangan jalan benua Amerika yang memiliki keragaman hayati tropis. Di sisi lain, Panama juga menjadi jendela menuju dunia Barat karena terusan Panamanya menjadi perlintasan kapal-kapal kargo terbesar dunia.
Menteri Pariwisata Arief Yahya menilai, rekomendasi dari Lonely Planet sangat penting sebab hasil kajian ini bisa turut membantu Indonesia mencapai target 20 juta kunjungan wisatawan mancanegara pada 2019. Selain itu, penilaian positif ini juga bisa memengaruhi faktor confidence, credibility, dan calibration(3C). Dari sisi confidence, penghargaan tersebut bisa menaikkan tingkat kepercayaan masyarakat.
“Credibility, jika dikomunikasikan dengan baik, apa yang kita peroleh dapat menjadi cara marketing yang paling efektif untuk imej," ucapnya. Sementara dari sisi calibration, ujar Arief, penghargaan akan bermanfaat untuk mengetahui dan mengukur posisi Indonesia dibandingkan dengan negara lain.
Bagi Arief, memenangkan award akan membuat institusi semakin dikenal dan membuka peluang untuk mendapatkan kesempatan pada masa mendatang. Sebabnya, semua pihak akan cenderung memilih para pemenang untuk menjadi partner, penyuplai, atau produsennya dibandingkan dengan yang lainnya.
(whb)