Demi Rasa, Buru Bumbu hingga Indonesia

Selasa, 31 Juli 2018 - 11:11 WIB
Demi Rasa, Buru Bumbu...
Demi Rasa, Buru Bumbu hingga Indonesia
A A A
MEKKAH - Upaya pemerintah untuk bisa menyuguhkan makanan bercita rasa Nusantara menjadi tantangan tersendiri bagi pengusaha katering di Arab Saudi.

Betapa tidak, mereka harus mencari bumbu-bumbu yang sebagian besar tidak tersedia di Arab Saudi. Seperti kecap dan teh melati. Dua produk tersebut sulit ditemukan di Tanah Hijaz. Demi memuaskan para tamu Allah, para pengusaha katering di Saudi pun rela memburu beberapa bumbu hingga Indonesia. Katering Jawharat Asia misalkan harus rela meng hubungi sejumlah pemasok makanan di Jeddah dan Mekkah. Ketika pasokan kecap tersedia, katering tersebut langsung memborong semuanya.

Itu pun belum dapat memenuhi target kuantitas yang harus dipenuhi. Kepala Bidang Katering Panitia Penyelenggara Haji Arab Saudi Ahmad Abdullah meng akui permasalahan tersebut. Banyak katering penyedia makanan jamaah mengalami kesulitan yang sama.

“Kalau tidak bisa me menuhi permintaan kecap misalkan, mereka harus mengganti dengan produk lain,” katanya di Kantor Daerah Kerja Mekkah, Arab Saudi, kemarin.

Abdullah selalu menekankan kewajiban katering untuk memenuhi pelayanannya. Acuannya adalah kontrak kerja yang menjadi pegangan katering dan PPIH. Tidak hanya kecap, jatah makan kalau tidak sampai kepada jamaah pun, maka tidak akan dibayar.

Pembayaran katering dilakukan sesuai dengan laporan yang sampai kepada jamaah. Dalam perencanaan, katering A menyiapkan 5.000 makanan untuk hotel X misalkan. Tapi, yang sampai kepada jamaah hanya 4.500 kotak. Maka itu, yang dibayar PPIH hanya 4.500 tadi. Sisanya sebanyak 500 porsi tidak dibayarkan.

Berdasarkan pantauan, ada 300 katering tersebar di Mekkah. Kemampuan mereka beragam. Ada yang mampu memproduksi massal sebanyak 25.000 porsi dalam satu waktu. Namun, masakannya masih bercita rasa Arab, bahkan ada yang rasanya hambar. “Pelit bumbu. Sudah sering kita peringatkan, tapi tak berubah. Akhirnya tidak kita pakai lagi,” katanya.

Katering besar juga biasanya terkendala distribusi. Kendaraan pengangkut makanan tidak banyak sehingga pengangkutan makanan harus berkali-kali dan memakan banyak waktu. Akibatnya, jamaah mengeluhkan makanan telat sampai.

Sementara itu, ada katering kelas menengah yang pelayanannya lumayan. Masakannya lebih terasa. Distribusi produknya tidak terkendala. “Kita pertahankan sampai sekarang. Padahal, dapurnya tidak terlalu besar,” imbuh Abdullah.

Direktur Pelayanan Haji Luar Negeri Kementerian Agama (Kemenag) Sri Ilham Lubis mengatakan, membangun cita rasa masakan Nusantara telah memotivasi pengusaha Arab untuk memasok beberapa produk Indonesia. Contohnya kecap, kopi saset, dan sejumlah komoditas.

Produk tersebut sulit ditemukan di Tanah Suci karena tidak banyak konsumennya. Kendala dilapangan tidak menghalangi komitmen pemerintah untuk pengadaan masakan Nusantara. Yang paling utama adalah memulai masakan jamaah haji bercita rasa khas negeri sendiri. “Tak masalah ada permasalahan sedikit. Ini untuk pelajaran,” katanya.

Sri mengatakan, tujuan program besar ini adalah membuat jamaah haji semakin nyaman beribadah seperti tinggal di negeri sendiri. Sebab itu, jamaah dari tahun ke tahun selalu mendambakan masakan seperti itu. (Sudarsono)
(nfl)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.0739 seconds (0.1#10.140)