Wujud Syukur Atas Peluncuran Buku Barus
A
A
A
JAKARTA - Ramadhan bulan penuh berkah dan kesempatan berbagi kepada sesama. Seperti yang dilakukan fotografer senior KORAN SINDO Hasiholan Siahaan XIV yang berbagi santunan kepada anak yatim di Taman Asuhan Aisyiyah, Kali Pasir, Jakarta, kemarin.
Pembagian santunan sekaligus buka puasa bersama ini, sebagai wujud syukur Hasiholan atas peluncuran buku fotografinya berjudul Barus, Kota Emporium dan Peradaban Nusantara, di Institut Francais d’Indonesie, Jakarta, pada Sabtu, 19 Mei 2018 kemarin.“Saya juga minta doa adik-adik di taman asuhan ini. Karena, ke depan masih ada tujuh buku lagi yang mau saya luncurkan. Dan semoga saya diberi kelancaran dan rejeki untuk bisa kembali berbagi dengan adik-adik di sini,” kata Hasiholan yang langsung memberikan santunan.
Ustaz Muhklis dalam tausiahnya di acara itu menyampaikan kekagumannya kepada Hasiholan Siahaan, yang meski berbeda keyakinan namun mau menyisihkan sebagian rejekinya berbagi dengan anak yatim. Sementara orang-orang muslim saja, banyak yang belum tergerak untuk menyantuni anak yatim.
“Harus kita akui, ajaran di Alquran itu malah yang mengamalkan kebanyakan orang-orang nonmuslim. Hanya saja, memang mereka belum menemukan hidayah. Dan kami doakan semoga saudara Hasiholan Siahaan ini diberikan hidayah dan tiba saatnya nanti beliau seakidah dengan kita. Amin,” doa ustaz Mukhlis yang langsung diamini para anak yatim.
Sementara pengasuh Taman Asuhan Aisyiyah Grace dan M Sobari, menyampaikan terima kasih kepada Hasiholan yang telah mau berbagi dengan anak-anak yatim asuhan mereka. “Semoga rezeki Bapak Hasiholan ini makin dilancarkan, sukses dalam karir dan keluarga,” kata M Sobari.
Seperti diberitakan sebelumnya, buku fotografi berjudul Barus, Kota Emporium dan Peradaban Nusantara melengkapi tiga buku fotografi karya Hasiholan Siahaan yang telah diluncurkan sebelumnya. Khusus buku Barus setebal 100 halaman, sang fotografer berhasil mengabadikan dengan detil cerita Barus lewat jepretan kameranya. Buku ini tak hanya memajang foto, namun juga kaya cerita dan narasi besar tentang Barus dulu, sekarang dan akan datang.
Selain mendapatkan langsung foto jejak tanaman kamper (bahan baku pembuatan kapur barus dan kemenyan), sejumlah situs berupa makam tua, benteng Fortugis, dan aktivitas masyarakat hingga potensi sumber daya alam dan wisata di Barus, pria yang akrab disapa Olan ini, juga berhasil menjepret sebuah tiang tertimbun dalam pasir pantai, yang diyakini masyarakat setempat dan peneliti, bekas tiang pelabuhan kuno di Kota Barus.
“Dalam buku ini banyak sekali foto-foto yang menceritakan kejayaan Barus di masa lampau. Lewat foto-foto ini sekaligus saya membawa pesan, bahwa potensi dan nilai sejarah Barus tentunya tak cukup hanya dikenang, tapi juga perlu dijaga dan dilestarikan,” kata Olan di sela pameran foto dan peluncuran buku karyanya, di Institut Francais d’Indonesie, Jakarta, Sabtu (19/5).
Menurut Olan, sebagai fotografer ada kebanggaan ketika dirinya mampu menceritakan keindahan alam dan budaya luhur Nusantara melalui sebuah gambar, dalam hal ini foto. Olan pun berharap, bukunya ini mampu menggugah kesadaran masyarakat untuk menjaga dan melestarikan budaya yang dimiliki.
“Apalagi jauh sebelum Nusantara ini ada, kota Barus sudah lama dikenal terutama oleh para pelaut-pelaut yang kala itu mencari rempah-rempah. Karena memang, menurut riwayatnya dulu Kota Barus ini dikenal sebagai pusat tanaman kamper atau kemenyan, untuk bahan baku kapur barus,” kata Olan.
Pembagian santunan sekaligus buka puasa bersama ini, sebagai wujud syukur Hasiholan atas peluncuran buku fotografinya berjudul Barus, Kota Emporium dan Peradaban Nusantara, di Institut Francais d’Indonesie, Jakarta, pada Sabtu, 19 Mei 2018 kemarin.“Saya juga minta doa adik-adik di taman asuhan ini. Karena, ke depan masih ada tujuh buku lagi yang mau saya luncurkan. Dan semoga saya diberi kelancaran dan rejeki untuk bisa kembali berbagi dengan adik-adik di sini,” kata Hasiholan yang langsung memberikan santunan.
Ustaz Muhklis dalam tausiahnya di acara itu menyampaikan kekagumannya kepada Hasiholan Siahaan, yang meski berbeda keyakinan namun mau menyisihkan sebagian rejekinya berbagi dengan anak yatim. Sementara orang-orang muslim saja, banyak yang belum tergerak untuk menyantuni anak yatim.
“Harus kita akui, ajaran di Alquran itu malah yang mengamalkan kebanyakan orang-orang nonmuslim. Hanya saja, memang mereka belum menemukan hidayah. Dan kami doakan semoga saudara Hasiholan Siahaan ini diberikan hidayah dan tiba saatnya nanti beliau seakidah dengan kita. Amin,” doa ustaz Mukhlis yang langsung diamini para anak yatim.
Sementara pengasuh Taman Asuhan Aisyiyah Grace dan M Sobari, menyampaikan terima kasih kepada Hasiholan yang telah mau berbagi dengan anak-anak yatim asuhan mereka. “Semoga rezeki Bapak Hasiholan ini makin dilancarkan, sukses dalam karir dan keluarga,” kata M Sobari.
Seperti diberitakan sebelumnya, buku fotografi berjudul Barus, Kota Emporium dan Peradaban Nusantara melengkapi tiga buku fotografi karya Hasiholan Siahaan yang telah diluncurkan sebelumnya. Khusus buku Barus setebal 100 halaman, sang fotografer berhasil mengabadikan dengan detil cerita Barus lewat jepretan kameranya. Buku ini tak hanya memajang foto, namun juga kaya cerita dan narasi besar tentang Barus dulu, sekarang dan akan datang.
Selain mendapatkan langsung foto jejak tanaman kamper (bahan baku pembuatan kapur barus dan kemenyan), sejumlah situs berupa makam tua, benteng Fortugis, dan aktivitas masyarakat hingga potensi sumber daya alam dan wisata di Barus, pria yang akrab disapa Olan ini, juga berhasil menjepret sebuah tiang tertimbun dalam pasir pantai, yang diyakini masyarakat setempat dan peneliti, bekas tiang pelabuhan kuno di Kota Barus.
“Dalam buku ini banyak sekali foto-foto yang menceritakan kejayaan Barus di masa lampau. Lewat foto-foto ini sekaligus saya membawa pesan, bahwa potensi dan nilai sejarah Barus tentunya tak cukup hanya dikenang, tapi juga perlu dijaga dan dilestarikan,” kata Olan di sela pameran foto dan peluncuran buku karyanya, di Institut Francais d’Indonesie, Jakarta, Sabtu (19/5).
Menurut Olan, sebagai fotografer ada kebanggaan ketika dirinya mampu menceritakan keindahan alam dan budaya luhur Nusantara melalui sebuah gambar, dalam hal ini foto. Olan pun berharap, bukunya ini mampu menggugah kesadaran masyarakat untuk menjaga dan melestarikan budaya yang dimiliki.
“Apalagi jauh sebelum Nusantara ini ada, kota Barus sudah lama dikenal terutama oleh para pelaut-pelaut yang kala itu mencari rempah-rempah. Karena memang, menurut riwayatnya dulu Kota Barus ini dikenal sebagai pusat tanaman kamper atau kemenyan, untuk bahan baku kapur barus,” kata Olan.
(whb)