Ini Motif Serangan Bom Bunuh Diri di Surabaya

Minggu, 13 Mei 2018 - 19:41 WIB
Ini Motif Serangan Bom Bunuh Diri di Surabaya
Ini Motif Serangan Bom Bunuh Diri di Surabaya
A A A
SURABAYA - Motif aksi bom bunuh diri di tiga gereja di Surabaya diduga akibat terdesak dari tekanan dunia barat seperti Amerika Serikat dan Rusia. Akibat tekanan dua negara besar tersebut, Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) memerintahkan jaringannya untuk melakukan aksi serangan teror di seluruh dunia, termasuk di Indonesia, tepatnya di Surabaya.

Hal itu disampaikan Kapolri Jenderal Tito Karnavian. Tito menyatakan, di Indonesia, ada dua kelompok yang terkait ISIS, yakni Jamaah Ansharut Tauhid (JAD) dan Jamaah Ansharut Daulah (JAD). Di Indonesia, JAD dan JAT memiliki sel-sel yang ada disejumlah daerah di Indonesia, salah satunya di Surabaya.

Pelaku bom bunuh diri, sambung dia, adalah orang yang kembali dari Syiria yang sebelumnya ditangkap oleh Pemerintah Turki dan Yordania. Jumlah orang yang kembali ke Indonesia ini diperkirakan mencapai 500 orang. "Ini tantangan kita. Mereka ideologinya ISIS. Pimpinan mereka (Aman Abdurrahman) sudah kami tangkap. Aman kami tangkap atas tuduhan terlibat dalam kasus bom Thamrin pada 2016 lalu," katanya.

Dia menambahkan, setelah Aman ditangkap, dia lantas digantikan oleh Zainal Ansori. Zainal juga sudah berhasil ditangkap ada tuduhan kepemilikan senjata api. Nah, karena para pimpinan ISIS di Indonesia ini ditangkap, maka para anggotanya yang ada di JAD dan JAT melakukan aksi pembalasan. Salah satunya dengan melakukan aksi kekerasan di Mako Brimob yang menewaskan lima orang polisi dan seorang napi teroris.

Polisi juga sempat mengamankan empat orang terduga teroris di Karawang, Jawa Barat. "Kami Polri bersama TNI dan BIN akan merapatkan barisan. Kami akan melakukan penangkapan terhadap sel-sel JAD. Persoalannya, sel-sel ini tahu bagaimana cara menghindari deteksi polisi," kata Tito.

Dia mengatakan, sel-sel kelompok teror ini memiliki buku panduan tentang bagaimana cara melawan interogasi polisi. Tito mengaku sudah memegang buku panduan tersebut. Aksi teror ini, kata dia, dilakukan oleh kelompok kecil organisasi teror. Pihaknya akan maksimal dalam melakukan pemberantasan kelompok ini. Dia yakin bahwa kelompok teror tidak akan sanggup mengalahkan negara.

Tito pun meminta agar rakyat Indonesia bersatu dan mendukung langkah-langkah penindakan yang dilakukan oleh Polri. "Kami meminta agar UU Nomor 15 Tahun 2003 tentang Pemberantasan Terorisme segera bisa direvisi. Sehingga, kami bisa melakukan penindakan terorisme secara maksimal."
(zik)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4077 seconds (0.1#10.140)