Tahun Politik, Masyarakat Harus Bijak Gunakan Media Sosial
A
A
A
JAKARTA - Memasuki tahun politik dan pilkada serentak 2018, situasi sosial masyarakat menjadi sangat panas. Masyarakat diharapkan lebih berhati-hati dan bijak dalam memanfaatkan media sosial agar tidak tergelincir dalam perbuatan yang berujung pada permasalahan hukum.
“Di tahun politik biasanya perang antar pendukung pasangan calon (paslon) di media sosial sangat panas. Saya khawatir mereka menjadi lepas kontrol dengan terlalu aktif menyebarkan berita-berita hoax sehingga berujung pada pelanggaran hukum,” kata Ketua Umum Komando Barisan Rakyat (Kobar) Rijal kepada pers, di Jakarta, Jumat (20/4/2018).
Menurut Rijal yang sempat terlibat dalam kasus ujaran kebencian Saracenbeberapa waktu lalu, berharap masyarakat berpikir lebih jauh sebelum menyebarluaskan isu-isu yang diduga bersifat hoax. Dia sendiri mengaku sempat mendekam di jeruji besi selama lebih dari 6 bulan akibat terlalu bersemangat memposting isu-isu ke media sosial.
Mantan Ketua Umum Senat Mahasiswa Perguruan Tingggi (SMPT) Universitas Jayabaya dan aktivis HMI ini berpendapat demokrasi yang tengah berjalan saat ini memang masih banyak kekurangan dan belum berkeadilan.
Rijal meminta masyarakat menyikapi suasana panas suhu politik dengan tetapkepala dingin sehingga tidak tergelincir kepada perbuatan yang merugikan diri sendiri berakibat bersentuhan dengan permasalahan hukum.
“Terkait dengan pelaksanaan pilkada serentak, masyarakat maupun aparat sama-sama menahan diri. Jika masing-masing pihak mengedepankan egonya maka dikhawatirkan terjadi benturan. Padahal tidak ada pihak yang diuntungkan jika benturan antar rakyat dan aparat muncul,” kata Rijal.
Rijal menilai beberapa waktu belakangan terlihat Polri lebih berhati-hati dalam menyikapi ketidakpuasan masyarakat terhadap kebijakan pemerintah. Jika hal yang sama juga diperlihatkan masyarakat maka diharapkan suasana pilkada bisa berlangsung lebih sejuk dan aman,” pungkasnya.
“Di tahun politik biasanya perang antar pendukung pasangan calon (paslon) di media sosial sangat panas. Saya khawatir mereka menjadi lepas kontrol dengan terlalu aktif menyebarkan berita-berita hoax sehingga berujung pada pelanggaran hukum,” kata Ketua Umum Komando Barisan Rakyat (Kobar) Rijal kepada pers, di Jakarta, Jumat (20/4/2018).
Menurut Rijal yang sempat terlibat dalam kasus ujaran kebencian Saracenbeberapa waktu lalu, berharap masyarakat berpikir lebih jauh sebelum menyebarluaskan isu-isu yang diduga bersifat hoax. Dia sendiri mengaku sempat mendekam di jeruji besi selama lebih dari 6 bulan akibat terlalu bersemangat memposting isu-isu ke media sosial.
Mantan Ketua Umum Senat Mahasiswa Perguruan Tingggi (SMPT) Universitas Jayabaya dan aktivis HMI ini berpendapat demokrasi yang tengah berjalan saat ini memang masih banyak kekurangan dan belum berkeadilan.
Rijal meminta masyarakat menyikapi suasana panas suhu politik dengan tetapkepala dingin sehingga tidak tergelincir kepada perbuatan yang merugikan diri sendiri berakibat bersentuhan dengan permasalahan hukum.
“Terkait dengan pelaksanaan pilkada serentak, masyarakat maupun aparat sama-sama menahan diri. Jika masing-masing pihak mengedepankan egonya maka dikhawatirkan terjadi benturan. Padahal tidak ada pihak yang diuntungkan jika benturan antar rakyat dan aparat muncul,” kata Rijal.
Rijal menilai beberapa waktu belakangan terlihat Polri lebih berhati-hati dalam menyikapi ketidakpuasan masyarakat terhadap kebijakan pemerintah. Jika hal yang sama juga diperlihatkan masyarakat maka diharapkan suasana pilkada bisa berlangsung lebih sejuk dan aman,” pungkasnya.
(wib)