Golkar Target Raih 110 Kursi di Pemilu 2019, Ini Strateginya
A
A
A
JAKARTA - Partai Golkar optimis mampu meraih 110 kursi di DPR pada Pemilu 2019. Para kader beringin pun diminta bekerja keras dan menjauhi sifat sombong agar kembali mendapat kepercayaan dari masyarakat. "Target kita menang pileg dengan 110 kursi, atau kurang lebih sekitar 18% suara pemilu," ujar Ketua Umum DPP Partai Golkar, Airlangga Hartarto dalam Rakernas Partai Golkar di Hotel Sultan, Jakarta, Jumat (23/3/2018).
Airlangga menjelaskan, langkah-langkah untuk menggapai target menang dalam Pileg dan Pilpres telah dirumuskan dalam empat program yang dibahas lebih mendalam dalam Rapimnas. Kebetulan juga Golkar mendapat nomor urut empat dalam Pemili 2019. "Kita dapat nomor empat, programnya ada empat. Pertama ketersediaan pangan terjangkau; kedua, tersedianya lapangan pekerjaan; ketiga, tersedianya akses rumah harga terjangkau; keempat, visi 2045 melalui aspirasi 2030 melalui revolusi dunia ke-4 atau revolusi digital," terang Airlangga dengan suara lantang.
Menteri Perindustrian ini pun meminta semua kader, khususnya para caleg yang akan maju bersama Golkar untuk segera bekerja turun ke bawah. Bukan hanya untuk pileg 2019, tetapi juga harus ikut bekerja mensukseskan Pilkada Serentak 2018. "Untuk pilkada kita juga punya target setidaknya bisa menang di 50% daerah. Ini sudah dibahas dalam rapat kemarin," tegasnya.
Airlangga meminta kader Golkar jangan membuang-buang waktu, karena agenda politik sudah di depan mata. Masyarakat pun pasti menunggu hadirnya Golkar di tengah-tengah mereka. "Kalau kita punya 5 jari ini adalah sombong. Kita simpan dulu sampai pemilu, kita pakai salam 4 jari," kata Airlangga sambil mengangkat tangan dan mengacungkan empat jari.
Di tempat sama, Direktur Eksekutif Charta Politika Indonesia, Yunarto Wijaya berpendapat, tantangan dan kelemahan terbesar Partai Golkar adalah tak adanya tokoh yang kuat. Padahal Pileg dan Pilpres 2019 digelar serentak. Menurut Yunarto, tak adanya tokoh kuat membuat elektabilitas partai beringin tidak mengalami peningkatan pada tiga pemilu terakhir.
"Golkar tidak memiliki tokoh yang bisa mendongkrak elektoral, sebagaimana Gerindra dengan Prabowo-nya, PDI Perjuangan dengan Jokowi dan Megawati-nya dan Demokrat dengan SBY-nya. Nah, di Golkar tidak ada," ujar Yunarto.
Yunarto mengungkapkan, kekuatan tokoh sangat penting dalam Pemilu 2019, sebagai salah satu konsekuensi dari pelaksanaan Pileg dan Pilpres secara berbarengan. Bahkan, kata dia, hasil pileg partai-partai nantinya akan bergantung pada hasil pilpres.
Pada kesempatan ini, Yunarto juga memaparkan hasil survei Charta Politika terkait elektabilitas Partai Golkar. Dijabarkannya, pada Januari 2018 elektabilitas Golkar mengalami sedikit kenaikan menjadi 12,5% dibanding September 2017 sebesar 10,8%, atau pun Maret 2017 di angka 10,7%. "Golkar bisa naik lagi dari angka 12,5%, dan tantangannya adalah harus bisa memunculkan tokoh kuat," jelasnya.
Kemudian, kata Yunarto, tentu saja Golkar harus melakukan perbaikan manajemen karena dalam setahun terakhir isu buruk menerpa Golkar. "Jika isu buruk itu dibenahi, maka jelas bisa menjadi daya ledak untuk memperbaiki posisi Golkar yang cenderung stagnan dalam tiga pemilu terakhir," ucap Yunarto.
Airlangga menjelaskan, langkah-langkah untuk menggapai target menang dalam Pileg dan Pilpres telah dirumuskan dalam empat program yang dibahas lebih mendalam dalam Rapimnas. Kebetulan juga Golkar mendapat nomor urut empat dalam Pemili 2019. "Kita dapat nomor empat, programnya ada empat. Pertama ketersediaan pangan terjangkau; kedua, tersedianya lapangan pekerjaan; ketiga, tersedianya akses rumah harga terjangkau; keempat, visi 2045 melalui aspirasi 2030 melalui revolusi dunia ke-4 atau revolusi digital," terang Airlangga dengan suara lantang.
Menteri Perindustrian ini pun meminta semua kader, khususnya para caleg yang akan maju bersama Golkar untuk segera bekerja turun ke bawah. Bukan hanya untuk pileg 2019, tetapi juga harus ikut bekerja mensukseskan Pilkada Serentak 2018. "Untuk pilkada kita juga punya target setidaknya bisa menang di 50% daerah. Ini sudah dibahas dalam rapat kemarin," tegasnya.
Airlangga meminta kader Golkar jangan membuang-buang waktu, karena agenda politik sudah di depan mata. Masyarakat pun pasti menunggu hadirnya Golkar di tengah-tengah mereka. "Kalau kita punya 5 jari ini adalah sombong. Kita simpan dulu sampai pemilu, kita pakai salam 4 jari," kata Airlangga sambil mengangkat tangan dan mengacungkan empat jari.
Di tempat sama, Direktur Eksekutif Charta Politika Indonesia, Yunarto Wijaya berpendapat, tantangan dan kelemahan terbesar Partai Golkar adalah tak adanya tokoh yang kuat. Padahal Pileg dan Pilpres 2019 digelar serentak. Menurut Yunarto, tak adanya tokoh kuat membuat elektabilitas partai beringin tidak mengalami peningkatan pada tiga pemilu terakhir.
"Golkar tidak memiliki tokoh yang bisa mendongkrak elektoral, sebagaimana Gerindra dengan Prabowo-nya, PDI Perjuangan dengan Jokowi dan Megawati-nya dan Demokrat dengan SBY-nya. Nah, di Golkar tidak ada," ujar Yunarto.
Yunarto mengungkapkan, kekuatan tokoh sangat penting dalam Pemilu 2019, sebagai salah satu konsekuensi dari pelaksanaan Pileg dan Pilpres secara berbarengan. Bahkan, kata dia, hasil pileg partai-partai nantinya akan bergantung pada hasil pilpres.
Pada kesempatan ini, Yunarto juga memaparkan hasil survei Charta Politika terkait elektabilitas Partai Golkar. Dijabarkannya, pada Januari 2018 elektabilitas Golkar mengalami sedikit kenaikan menjadi 12,5% dibanding September 2017 sebesar 10,8%, atau pun Maret 2017 di angka 10,7%. "Golkar bisa naik lagi dari angka 12,5%, dan tantangannya adalah harus bisa memunculkan tokoh kuat," jelasnya.
Kemudian, kata Yunarto, tentu saja Golkar harus melakukan perbaikan manajemen karena dalam setahun terakhir isu buruk menerpa Golkar. "Jika isu buruk itu dibenahi, maka jelas bisa menjadi daya ledak untuk memperbaiki posisi Golkar yang cenderung stagnan dalam tiga pemilu terakhir," ucap Yunarto.
(amm)