Festival Selawat Nusantara, Jokowi Minta Perkuat Kesatuan Bangsa

Minggu, 25 Februari 2018 - 15:31 WIB
Festival Selawat Nusantara, Jokowi Minta Perkuat Kesatuan Bangsa
Festival Selawat Nusantara, Jokowi Minta Perkuat Kesatuan Bangsa
A A A
BOGOR - Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta semua pihak menjaga persaudaraan dan persatuan sebagai sesama anak bangsa. Hal ini disampaikan Jokowi saat membuka Festival Selawat Nusantara di Sentul International Convention Center (SICC), Bogor, Jawa Barat, kemarin.

Pembukaan Festival Selawat Nusantara 2018 sensidi dihadiri para tokoh ulama, habaib, dan pejabat negara. Diantaranya Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Ma'ruf Amin, Ra’is ‘Am jam’iyah Ahlu Thariqah al Mu’tabarah an Nahdiyah, Maulana Habib Muhammad Luthfi bin Ali bin Hasyim bin Yahya, Nusron Wahid selaku penggagas acara, serta para tokoh dan pejabat negara lainnya. Hadir juga para artis dan pelantun selawat terkenal Haddad Alwi dan Sulis.

Presiden Jokowi mengatakan bahwa selawat yang selalu kita lantunkan merupakan bentuk kecintaan yang dalam kepada Nabi Muhammad SAW. Karena itu kita berharap dengan selawat ini dan dengan Izin Allah, mari kita memulai semua dengan hal-hal yang baik-baik.

"Dengan sholawat, mari kita mulai hal yang baik-baik. Mari kita meningkatkan persaudaraan, kesatuan dan kerukunan di antara kita. Jangan lagi kita berburuk sangka terhadap sauada-saudara kita. Jangan lagi menjelek-jelekkan antar saudara. Jangan lagi saling memcemooh sebagi bangsa. Jangan suuzon satu sama lain. Jangan saling mencela dan memfitnah di antara kita," ujar Presiden Jokowi.

Dikatakan presiden bahwa dengan izin Alloh, kita harus mulai semua yang baik-baik. Berpikir yang positif, saling menghormati, menghargai dan menjunjung nilai-nilai agama, etika dan budi pekerti.

"Saya titip, mari kita bersama-sama menjaga perdamaian dan ketenangan karena tahun ini ada pilihan gubernur, pilihan bupati, dan pilihan wali kota dimana ada 171 pemiluhan gubernur bupati dan wali kota. Jangan sampai karena pilihan berbeda, lalu kita jadi retak, kita jadi lupa bahwa kita saudara sebangsa dan setanah air. Boleh saja beda pilihan, silahkan. Tapi setelah pilihan lima tahun sekali ini, mari kita bersatu kembali," kata Jokowi.

Presiden juga mengajak semua pihak, untuk terus menjaga persaudaraan ukhuwah Islamiah, ukhuwah wathoniah, dan ukhuwah basariah.

"Silaturrahim antar ulama dan umaro kita jaga terus. Ulama adalah penyalur suara masyarakat dan umat. Dan saya berkepentingan memperoleh saran dan tausiah serta doa dari para ulama yang hadir dalam acara ini," tegas Jokowi.

Pada kesempatan sama, Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Ma'ruf Amin menyampaikan, Festival Sholawat Nusantara 2018 ini harus disyukuri karena akan terus menggemakan selawat di seluruh nusantara.

Sebab manusia diperintahkan oleh Allah SWT untuk terus bersholawat kepada Nabi Muhammad SAW, karena Allah dan malaikat pun berselawat kepada Nabi Muhammad SAW.

Lebih lanjut KH Ma'ruf Amin mengatakan bangsa Indonesia patut bersyukur punya Presiden Jokowi yang rajin menghadiri majelis-majelis selawat, majelis dzikir, majelis istigasah dan rajin silaturrahim dengan pesantren-pesantren di seluruh Indonesia.

"Kita gembira karena Presiden Jokowi rajin silaturrahim dengan ulama dan dengan habaib. Bahkan oleh Presiden Jokowi ada hari santri nasional. Sebelumnya sejak 70 tahun merdeka tak ada hari santri nasional. Maka pada 2015 lalu Presiden Jokowi menetapkan hari santri nasional. Alhamdulillah," ujar KH Ma'ruf Amin.

Penggagas acara yang juga Ketua Panitia Pengarah Festival Sholawat Nusantara, Nusron Wahid mengatakan, acara Festival Sholawat Nusantara memiliki tujuan untuk membangun kembali jati diri bangsa Indonesia yang damai, saling menghormati dan taat beragama.

Dikatakan pula bahwa sholawat juga membuktikan kekayaan bangsa Indonesia akan budaya dan adat Istiadat. Maka dengan Festival Selawat Nusantara ini kekayaan itu diperkuat kembali.

Ketua Panitia Acara Habib Sholeh mengatakan bahwa kekayaan bentuk sholawat di Indonesia berkembang terus bahkan sebelum Indonesia berdiri. Bentuknya diakulturasi dengan budaya setempat sehingga bentuknya berbeda-beda sejalan dengan kekayaan budaya bangsa.

"Selain itu, di Indonesia juga ada lebih dari 28.000 pesantren dengan lebih dari 4 juta santri yang semuanya menjadikan sholawat senagai nafas dan tradisi. Hampir semua pesantren mengembangkan selawat sesuai dengan tradisi dan bahasa di mana pesantren itu berada," ujarnya.

Festival selawat nusantara dengan tema Cinta Sang Nabi ini diikuti oleh berbagai ragam kelompok pengajian, pesantren, mahasiswa bahkan pengajian di kantor.
(maf)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4310 seconds (0.1#10.140)