Rekrut Kader Artis, Bukti Kaderisasi Parpol Tak Berfungsi
A
A
A
JAKARTA - Jelang Pemilihan Umum (Pemilu) Legislatif dan Presiden yang tak lama lagi, beberapa partai politik (parpol) merekrut orang populer, artis, publik figur untuk mendulang suara partai.
Pengamat Politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Siti Zuhroh menyatakan, fenomena tersebut merupakan bukti nyata kaderisasi parpol tak berjalan. Bukan hanya kaderisasi, fenomena yang substansial dasar partai terbentuk.
"Ini merupakan refleksi dari belum berhasilnya parpol lakukan kaderisasi, melakukan promosi kader. Bagaimana promosi kalau kaderisasi tidak dijalani dengan baik," paparnya (16/3/2018).
Menurutnya, sejak pilpres dan pileg dilakukan di Indonesia, konsentrasi parpol hanya terfokus pada kebijakan politik. Orientasinya perebutan kekuasaan, akhirnya hanya menyiapkan manuver-manuver politik bagaimana mengusahakan partai menang dalam pemilu demgan mendulang suara sebanyak banyaknya.
"Mereka (parpol) tidak mau berpeluh-peluh melakukan peluh kaderisasi serius semua karena pada intinya berujung pada dana partai. Inilah pusatnya maka hal tersebut sepeti lingkaran setan yang tidak pernah dituntaskan. Dana yang selama ini hanya seribu perorang dukalikan jumlah suara yang didapat masih dirasa kurang," ungkapnya.
Lantaran hal tersebut, maka partai tidak pernah fokus melakukan kaderisasi, mereka belum serius menjadikan parpol layaknya partai jangkar. Partai, sambungnya, yang harus memutuskan kadernya ditempatkan dimana, yang mempromosikanya, melakukan persiapan yang baik untuk daerah pemilihannya dengan membuat roadmap yang jelas.
"Namun Partai hari ini tersentralistik. Sampai saat ini promosi kaderisasi di partai masih tidak ada. Jadi jangan salahkan kalau ada caleg yang moralnya belum sesuai karena yang dicari parpol hanya popularitas atau bisa membiayai partai," jelasnya.
Siti juga menilai jika upaya parpol merekrut para artis untuk mendulang suara dalam pemilu tidak selamanya efektif. Lantaran masyarakat hari ini telah berubah menjadi lebih kritis dalam memutuskan pilihannya.
Sekjen Partai Demokrat Hinca Pandjaitan menyanggah jika fungsi kaderisasi tidak berjalan. Dia menyatakan partainya tidak pernah berhenti melakukan kaderisasi.
"Talent scouting di PD berjalan terus tanpa henti berasal dari beragam kalangan; profesional, pekerja seni, atlit, tokoh muda agama, dan lain-lain untuk menambah kekuatan kader yang sudah ada dan militan. Kaderisasi itu keniscayaan yang tak pernah henti," tegasnya.
Dia juga percaya banyaknya publik figur yang masuk PD akan menambah kekuatan partai dalam merauo suara.
"Kami percaya mereka mampu menambah kekuatan yang sudah ada, apalagi kami akan segera umumkan nama Komando Pemenangan dalam beberapa hari ini. Semua ini untuk menyatakan Demokrat siap hadapi pemilu 2019. Saat besok pagi KPU umumkan parpol yang lolos sebagai peserta pemilu 2019, sorenya kami siapkan tim komando pemenangan kami," jelasnya.
Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia Grace Natalie juga mengatakan meski partai merekrut publik figur masuk partai sebagai mekanisme meraih suara, hal itu dinilai tidak selamanya efektif.
"Bisa ya bisa tidak. Tergantung kualitas dari orang itu sendiri dan bagaimana effortnya untuk meyakinkan pemilih. Banyak kok artis publik figur yang maju namun tidak terpilih," katanya.
Dia juga mengatakan hal terpenting untuk merekrut suara ialah betul-betul mempersiapkan kader yang baik sejak perekrutannya. "Menurut saya yang penting mekanisme perekrutan caleg harus profesional dan transparan. PSI melakukan seleksi kompetensi dengan melibatkan pansel independen. Seluruh proses seleksi kami siarkan langsung di medsos," jelasnya.
Pengamat Politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Siti Zuhroh menyatakan, fenomena tersebut merupakan bukti nyata kaderisasi parpol tak berjalan. Bukan hanya kaderisasi, fenomena yang substansial dasar partai terbentuk.
"Ini merupakan refleksi dari belum berhasilnya parpol lakukan kaderisasi, melakukan promosi kader. Bagaimana promosi kalau kaderisasi tidak dijalani dengan baik," paparnya (16/3/2018).
Menurutnya, sejak pilpres dan pileg dilakukan di Indonesia, konsentrasi parpol hanya terfokus pada kebijakan politik. Orientasinya perebutan kekuasaan, akhirnya hanya menyiapkan manuver-manuver politik bagaimana mengusahakan partai menang dalam pemilu demgan mendulang suara sebanyak banyaknya.
"Mereka (parpol) tidak mau berpeluh-peluh melakukan peluh kaderisasi serius semua karena pada intinya berujung pada dana partai. Inilah pusatnya maka hal tersebut sepeti lingkaran setan yang tidak pernah dituntaskan. Dana yang selama ini hanya seribu perorang dukalikan jumlah suara yang didapat masih dirasa kurang," ungkapnya.
Lantaran hal tersebut, maka partai tidak pernah fokus melakukan kaderisasi, mereka belum serius menjadikan parpol layaknya partai jangkar. Partai, sambungnya, yang harus memutuskan kadernya ditempatkan dimana, yang mempromosikanya, melakukan persiapan yang baik untuk daerah pemilihannya dengan membuat roadmap yang jelas.
"Namun Partai hari ini tersentralistik. Sampai saat ini promosi kaderisasi di partai masih tidak ada. Jadi jangan salahkan kalau ada caleg yang moralnya belum sesuai karena yang dicari parpol hanya popularitas atau bisa membiayai partai," jelasnya.
Siti juga menilai jika upaya parpol merekrut para artis untuk mendulang suara dalam pemilu tidak selamanya efektif. Lantaran masyarakat hari ini telah berubah menjadi lebih kritis dalam memutuskan pilihannya.
Sekjen Partai Demokrat Hinca Pandjaitan menyanggah jika fungsi kaderisasi tidak berjalan. Dia menyatakan partainya tidak pernah berhenti melakukan kaderisasi.
"Talent scouting di PD berjalan terus tanpa henti berasal dari beragam kalangan; profesional, pekerja seni, atlit, tokoh muda agama, dan lain-lain untuk menambah kekuatan kader yang sudah ada dan militan. Kaderisasi itu keniscayaan yang tak pernah henti," tegasnya.
Dia juga percaya banyaknya publik figur yang masuk PD akan menambah kekuatan partai dalam merauo suara.
"Kami percaya mereka mampu menambah kekuatan yang sudah ada, apalagi kami akan segera umumkan nama Komando Pemenangan dalam beberapa hari ini. Semua ini untuk menyatakan Demokrat siap hadapi pemilu 2019. Saat besok pagi KPU umumkan parpol yang lolos sebagai peserta pemilu 2019, sorenya kami siapkan tim komando pemenangan kami," jelasnya.
Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia Grace Natalie juga mengatakan meski partai merekrut publik figur masuk partai sebagai mekanisme meraih suara, hal itu dinilai tidak selamanya efektif.
"Bisa ya bisa tidak. Tergantung kualitas dari orang itu sendiri dan bagaimana effortnya untuk meyakinkan pemilih. Banyak kok artis publik figur yang maju namun tidak terpilih," katanya.
Dia juga mengatakan hal terpenting untuk merekrut suara ialah betul-betul mempersiapkan kader yang baik sejak perekrutannya. "Menurut saya yang penting mekanisme perekrutan caleg harus profesional dan transparan. PSI melakukan seleksi kompetensi dengan melibatkan pansel independen. Seluruh proses seleksi kami siarkan langsung di medsos," jelasnya.
(rhs)