Inovasi Program Ubah Wajah Kota Jambi Jadi Lebih Baik
A
A
A
Kota Jambi sebagai Ibu Kota Provinsi Jambi, tidak memiliki lahan yang luas, hutan dan sumber daya manusia (SDM) juga terbatas. Selain itu, tantangan yang dihadapi Kota Jambi juga banyak karena pertambahan penduduk yang sangat pesat karena tingkat migrasi kota yang sangat tinggi.
Awal dilantik, Wali Kota Jambi Dr H Syarif Fasha ME merasakan bahwa anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) sangat minim sekali. Sehingga dia baru tahu, ternyata bahwa wajar bila selama ini tidak ada pembangunan di Kota Jambi karena keterbatasan anggaran.
“Kami melakukan bedah APBD, mengenai apa saja program yang akan dilakukan di masa datang. Melakukan efisiensi, khususnya perjalanan dinas. Dari pemotongan itu kemudian disimpan sebagai modal awal untuk pembangunan,” kata Syarif Fasha saat memaparkan visi, misi dan pencapaiannya di Program Indonesia Visionary Leader Tahap II di Auditorium Gedung Sindo, Jakarta, Rabu 24 Januari 2018.
Saat awal dilantik, Syarif juga melakukan survei kepuasan masyarakat terhadap kinerja pemerintah. Hasilnya, tingkat kepuasan masyarakat hanya 30%. Hal inilah yang menjadi starting point, Wali Kota Syarif Fahsa untuk menjadikan Kota Jambi lebih baik dari sebelumnya.
“Saya melihat adanya kekuatan yang belum diberdayakan, yakni kekuatan masyarakat dengan menggalakkan inovasi. Dari inovasi inilah kami, bisa membangun dan di sinilah saya bisa mengerahkan masyarakat untuk membangun,” kata Syarif.
Pada saat masa kepemimpinan awal, potensi pendapat asli daerah (PAD) disebut Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) mengalami kebocoran. Atas rekomen dari BPK itulah lantas Syarif berupaya melakukan optimalisasi pajak. Cara yang dilakukan dengan mengupayakan wajib pajak memenuhi kewajibannya.
“Diadakan uji petik untuk meningkatkan pendapatan dari pajak. Lalu kami juga melakukan pemotongan pajakreklame. Dengan adanya aturan ini, hasilnya PAD pun membaik sekian persen,” ungkap Syarif.
Inovasi daerah untuk meningkatkan pemberdayaan masyarakat dan pembangunan berkelanjutan, Syarif menggagas Program Bangkit Berdaya, singkatan dari Bangun Kecamatan Secara Intensif dan Terpadu Berazaskan Swadaya. Filosofi Program Bangkit Berdaya adalah untuk menciptakan pembangunan yang merata berbasis pengembangan utilitas lingkungan pada masyarakat dengan menumbuhkan semangat bergotong-royong.
Di bidang pembangunan masyarakat, Syarif meluncurkan program Kampung Bantar yakni kampung yang Bersih, Aman dan Pintar. Program ini untuk menjawab kebutuhan kampung yang bersih dan layak.
Tujuan Program Kampung Bantar menjadikan lingkungan lingkup rukun tetangga (RT) yang bersih dan sehat, aman dan tertib, produktif. Selain itu juga senantiasa menjaga semangat jiwa gotong-royong, nilai-nilai agama, adat istiadat dan norma-norma hukum dalam kehidupan bermasyarakat yang berahlak dan berbudaya. “Sejauh ini sudah 378 RT yang mendapat Bantar Award. Kami terus memicu sebanyak mungkin RT yang layak dapat Bantar Award,” pungkas Syarif.
Awal dilantik, Wali Kota Jambi Dr H Syarif Fasha ME merasakan bahwa anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) sangat minim sekali. Sehingga dia baru tahu, ternyata bahwa wajar bila selama ini tidak ada pembangunan di Kota Jambi karena keterbatasan anggaran.
“Kami melakukan bedah APBD, mengenai apa saja program yang akan dilakukan di masa datang. Melakukan efisiensi, khususnya perjalanan dinas. Dari pemotongan itu kemudian disimpan sebagai modal awal untuk pembangunan,” kata Syarif Fasha saat memaparkan visi, misi dan pencapaiannya di Program Indonesia Visionary Leader Tahap II di Auditorium Gedung Sindo, Jakarta, Rabu 24 Januari 2018.
Saat awal dilantik, Syarif juga melakukan survei kepuasan masyarakat terhadap kinerja pemerintah. Hasilnya, tingkat kepuasan masyarakat hanya 30%. Hal inilah yang menjadi starting point, Wali Kota Syarif Fahsa untuk menjadikan Kota Jambi lebih baik dari sebelumnya.
“Saya melihat adanya kekuatan yang belum diberdayakan, yakni kekuatan masyarakat dengan menggalakkan inovasi. Dari inovasi inilah kami, bisa membangun dan di sinilah saya bisa mengerahkan masyarakat untuk membangun,” kata Syarif.
Pada saat masa kepemimpinan awal, potensi pendapat asli daerah (PAD) disebut Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) mengalami kebocoran. Atas rekomen dari BPK itulah lantas Syarif berupaya melakukan optimalisasi pajak. Cara yang dilakukan dengan mengupayakan wajib pajak memenuhi kewajibannya.
“Diadakan uji petik untuk meningkatkan pendapatan dari pajak. Lalu kami juga melakukan pemotongan pajakreklame. Dengan adanya aturan ini, hasilnya PAD pun membaik sekian persen,” ungkap Syarif.
Inovasi daerah untuk meningkatkan pemberdayaan masyarakat dan pembangunan berkelanjutan, Syarif menggagas Program Bangkit Berdaya, singkatan dari Bangun Kecamatan Secara Intensif dan Terpadu Berazaskan Swadaya. Filosofi Program Bangkit Berdaya adalah untuk menciptakan pembangunan yang merata berbasis pengembangan utilitas lingkungan pada masyarakat dengan menumbuhkan semangat bergotong-royong.
Di bidang pembangunan masyarakat, Syarif meluncurkan program Kampung Bantar yakni kampung yang Bersih, Aman dan Pintar. Program ini untuk menjawab kebutuhan kampung yang bersih dan layak.
Tujuan Program Kampung Bantar menjadikan lingkungan lingkup rukun tetangga (RT) yang bersih dan sehat, aman dan tertib, produktif. Selain itu juga senantiasa menjaga semangat jiwa gotong-royong, nilai-nilai agama, adat istiadat dan norma-norma hukum dalam kehidupan bermasyarakat yang berahlak dan berbudaya. “Sejauh ini sudah 378 RT yang mendapat Bantar Award. Kami terus memicu sebanyak mungkin RT yang layak dapat Bantar Award,” pungkas Syarif.
(wib)