Pancasila Akta Kelahiran Bangsa
A
A
A
YOGYAKARTA - Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD menegaskan Pancasila adalah hasil kesepakatan para pendiri bangsa Indonesia.
Untuk itu, tidak ada ideologi apa pun yang bisa menggantikannya sebagai dasar negara. “Pancasila adalah akta kelahiran bangsa. Kalau diganti, berarti sudah bukan Indonesia lagi,” tegas pakar hukum tata ne gara ini saat menjadi pem bicara dalam talkshow Pancasila di Zamanku yang diselenggarakan Bakti Pendidikan Djarum Foundation bekerja sama dengan Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta dan Solidaritas Anak Bangsa (Sabang) di Yogyakarta kemarin.
Di hadapan sekitar 1.500 mahasiswa, Mahfud menjelaskan, Pancasila sepanjang zaman selalu aktual, selalu menjadi pedoman bangsa untuk persatuan. Selain itu, Indonesia juga laboratorium pluralisme. Di Indonesia ada sekitar 17.500 pulau, 1.360 suku, dan 726 bahasa daerah.
“Namun, dengan Pancasila semua bisa bersatu. Bayangkan di Afghanistan ada tujuh suku dan mereka sekarang pecah menjadi tujuh kelompok. Di India ada yang berperang tiap hari garagara beda bahasa. Di Indonesia semua bersatu karena Pancasila,” jelasnya.
Talkshow ini dipandu jurnalis senior Rosianna Silalahi dan diikuti mahasiswa dari delapan perguruan tinggi di Yogyakarta, yakni Universitas Proklamasi 45, Universitas Islam Negeri (UIN) Yogyakarta, Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Yogyakarta.
Kemudian Institut Seni Indonesia (ISI), STIE YKPN, Universitas Gadjah Mada (UGM), Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY), dan Universitas Sanata Dharma. Mahfud menambahkan, Pancasila merupakan pijakan paling utama dalam semua aspek kehidupan bermasyarakat.
Terjaganya persatuan bangsa Indonesia hanya bisa terwujud selama Pancasila masih menjadi landasannya. “Radikalisme harus kita tangkal dengan Pancasila sebagai ideologi pemersatu ikatan kita sebagai bangsa Indonesia,” ucap Mahfud.
Sementara itu, Inayah Wahid yang juga hadir sebagai narasumber menyebut Pancasila adalah intisari dari semua nilai-nilai kearifan yang bersifat universal.
Sampai kapan pun Pancasila tidak akan ketinggalan zaman, termasuk di tengah generasi milenial sekarang ini. “Pancasila selalu relevan. Pancasila selalu bersumber dari nilai-nilai kebaikan dan selalu sejalan dengan agama apapun,” ujarnya.
Putri bungsu presiden Indonesia keempat KH Abdurrahman Wahid ini juga menyebut bahwa almarhum ayahnya adalah orang yang sangat mencintai Allah.
Untuk itu, dalam hidupnya Abdurrahman Wahid atau yang akrab dipanggil Gus Dur selalu melindungi masyarakat yang tertindas sebagai bentuk mencintai makhluk ciptaan Allah. “Gus Dur mencintai Allah, untuk itu beliau selalu membela makhluk-makhluk ciptaan Allah yang dianiaya apa pun itu agamanya. Itu adalah bentuk pengamalan Pancasila,” tambahnya.
Sementara itu, pembicara ketiga Tantri Kotak menyebut minimnya pemahaman ter hadap nilai-nilai Pancasila bisa membuat generasi muda saat ini semakin individualistis dan tidak mempunyai pegangan di tengah arus informasi global. “Saya mengajak semua anakanak muda saat ini agar terus berkarya dengan menanamkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan,” jelasnya.
Putri, salah satu mahasiswi yang ikut dalam acara tersebut, mengakui pemahaman Pancasila memang perlu ditanamkan kepada anak muda. Dia mengakui saat ini tidak sedikit anak muda seusianya yang cenderung tidak punya pegangan dalam era globalisasi saat ini. “Memahami Pancasila secara utuh bisa menjauhkan kita dari paham yang radikal,” ujarnya.
Respons positif ditunjukkan oleh ribuan peserta. Mereka antusias mengikuti acara sampai berakhir. Seusai talkshow, para peserta juga dihibur oleh aksi panggung band Kotak yang dimotori Tantri.
Program Director Bakti Pendidikan Djarum Foundation Primadi H Serad menga takan, tema Pancasila harus terus digiatkan kepada generasi muda saat ini. Derasnya arus informasi saat ini bisa menjadi ancaman jika tidak dibentengi Pancasila sebagai landasan. (Ainun Najib)
Untuk itu, tidak ada ideologi apa pun yang bisa menggantikannya sebagai dasar negara. “Pancasila adalah akta kelahiran bangsa. Kalau diganti, berarti sudah bukan Indonesia lagi,” tegas pakar hukum tata ne gara ini saat menjadi pem bicara dalam talkshow Pancasila di Zamanku yang diselenggarakan Bakti Pendidikan Djarum Foundation bekerja sama dengan Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta dan Solidaritas Anak Bangsa (Sabang) di Yogyakarta kemarin.
Di hadapan sekitar 1.500 mahasiswa, Mahfud menjelaskan, Pancasila sepanjang zaman selalu aktual, selalu menjadi pedoman bangsa untuk persatuan. Selain itu, Indonesia juga laboratorium pluralisme. Di Indonesia ada sekitar 17.500 pulau, 1.360 suku, dan 726 bahasa daerah.
“Namun, dengan Pancasila semua bisa bersatu. Bayangkan di Afghanistan ada tujuh suku dan mereka sekarang pecah menjadi tujuh kelompok. Di India ada yang berperang tiap hari garagara beda bahasa. Di Indonesia semua bersatu karena Pancasila,” jelasnya.
Talkshow ini dipandu jurnalis senior Rosianna Silalahi dan diikuti mahasiswa dari delapan perguruan tinggi di Yogyakarta, yakni Universitas Proklamasi 45, Universitas Islam Negeri (UIN) Yogyakarta, Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Yogyakarta.
Kemudian Institut Seni Indonesia (ISI), STIE YKPN, Universitas Gadjah Mada (UGM), Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY), dan Universitas Sanata Dharma. Mahfud menambahkan, Pancasila merupakan pijakan paling utama dalam semua aspek kehidupan bermasyarakat.
Terjaganya persatuan bangsa Indonesia hanya bisa terwujud selama Pancasila masih menjadi landasannya. “Radikalisme harus kita tangkal dengan Pancasila sebagai ideologi pemersatu ikatan kita sebagai bangsa Indonesia,” ucap Mahfud.
Sementara itu, Inayah Wahid yang juga hadir sebagai narasumber menyebut Pancasila adalah intisari dari semua nilai-nilai kearifan yang bersifat universal.
Sampai kapan pun Pancasila tidak akan ketinggalan zaman, termasuk di tengah generasi milenial sekarang ini. “Pancasila selalu relevan. Pancasila selalu bersumber dari nilai-nilai kebaikan dan selalu sejalan dengan agama apapun,” ujarnya.
Putri bungsu presiden Indonesia keempat KH Abdurrahman Wahid ini juga menyebut bahwa almarhum ayahnya adalah orang yang sangat mencintai Allah.
Untuk itu, dalam hidupnya Abdurrahman Wahid atau yang akrab dipanggil Gus Dur selalu melindungi masyarakat yang tertindas sebagai bentuk mencintai makhluk ciptaan Allah. “Gus Dur mencintai Allah, untuk itu beliau selalu membela makhluk-makhluk ciptaan Allah yang dianiaya apa pun itu agamanya. Itu adalah bentuk pengamalan Pancasila,” tambahnya.
Sementara itu, pembicara ketiga Tantri Kotak menyebut minimnya pemahaman ter hadap nilai-nilai Pancasila bisa membuat generasi muda saat ini semakin individualistis dan tidak mempunyai pegangan di tengah arus informasi global. “Saya mengajak semua anakanak muda saat ini agar terus berkarya dengan menanamkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan,” jelasnya.
Putri, salah satu mahasiswi yang ikut dalam acara tersebut, mengakui pemahaman Pancasila memang perlu ditanamkan kepada anak muda. Dia mengakui saat ini tidak sedikit anak muda seusianya yang cenderung tidak punya pegangan dalam era globalisasi saat ini. “Memahami Pancasila secara utuh bisa menjauhkan kita dari paham yang radikal,” ujarnya.
Respons positif ditunjukkan oleh ribuan peserta. Mereka antusias mengikuti acara sampai berakhir. Seusai talkshow, para peserta juga dihibur oleh aksi panggung band Kotak yang dimotori Tantri.
Program Director Bakti Pendidikan Djarum Foundation Primadi H Serad menga takan, tema Pancasila harus terus digiatkan kepada generasi muda saat ini. Derasnya arus informasi saat ini bisa menjadi ancaman jika tidak dibentengi Pancasila sebagai landasan. (Ainun Najib)
(nfl)