Ibu Zaman Now Harus Siap Asuh Generasi Alfa
A
A
A
JAKARTA - Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa mengatakan, para ibu zaman sekarang harus menyiapkan diri menjadi pendidik dan mengasuh anak-anak yang terlahir sebagai Generasi Alfa.
"Ibu-ibu zaman now atau ibu zaman sekarang harus belajar dan menyiapkan diri bagaimana mengasuh generasi Alfa atau yang lahir setelah tahun 2010. Sebagai generasi melek teknologi yang serba digital ini tentunya akan sangat berpengaruh pada perkembangan anak," kata Khofifah saat menjadi keynote speaker pada acara Seminar Nasional bertajuk Peran Ibu untuk Generasi Alfa yang digelar Pengurus Gerakan Perempuan MKGR (Musyawarah Kekeluargaan Gotong Royong) Jawa Timur di Surabaya, Jumat (22/12/2017).
Sebagai generasi muda yang akrab terhadap teknologi, kata dia, generasi Alfa tumbuh individualistis, lebih mapan karena mewarisi kemewahan material dari kedua orang tua (generasi X dan Y), lebih banyak berinteraksi lewat gawai (smartphone) yang apabila dibiarkan berlarut-larut dapat mengarah pada sifat antisosial.
Untuk itu, kata Khofifah, sikap yang dapat diambil adalah mendidik dan mendorong generasi Alfa memanfaatkan teknologi dengan benar.
Menurut dia, pada saat yang sama, orang tua mengajarkan anak-anak akan nilai-nilai agama, moral dan etika agar kelak mereka bijak dalam menggunakan teknologi, terangnya.
Khofifah tidak setuju bila orangtua menjauhkan teknologi dan gawai dari anak-anak. Kondisi itu dinilai justru akan memperburuk keadaan.
"Ajak mereka bersosialisasi, bangun komuniksi dua arah dengan tatap muka sehingga mereka tidak terpaku pada layar gawai. Sempatkan untuk turun bersama anak dalam kegiatan sosial untuk mengasah kepekaan," tuturnya
Misalnya mengunjungi teman yang sakit, menggalang dana untuk warga yang tertimpa musibah atau bencana alam, merayakan ulang tahun dengan berbagi bersama anak-anak panti asuhan, atau mendorong dan memfasilitasi anak menciptakan aplikasi atau tools berbasis teknologi untuk membantu sesama.
Generasi Alfa adalah generasi yang lahir dari generasi sebelumnya, yakni Generasi Milenial. Generasi ini memiliki ciri khas yakni sangat dekat dengan teknologi. Gadget sudah menjadi bagian dari hidup mereka sepenuhnya.
Mereka tumbuh dengan gawai di tangan, sangat ketergantungan dengan benda tersebut dan dapat menguasainya dengan mudah.
Khofifah mengatakan sementara para ibu bersiap menjadi ibu untuk generasi Alfa, pada saat yang sama kini mereka dihadapkan pada pengaruh narkoba dan pornografi.
"Kedua hal tersebut selanjutnya memicu terjadinya berbagai persoalan sosial lainnya. Salah satunya kekerasan seksual terhadap anak yang dilakukan oleh anak," katanya.
Mengutip hasil penelitian yang dilakukan Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesejahteraan Sosial Yogyakarta (B2P3KS), Mensos mengungkapkan faktor determinan yang mempengaruhi anak melakukan kekerasan seksual kepada anak adalah pornografi (43%), pengaruh teman (33%), pengaruh narkoba/obat (11%), pengaruh historis pernah menjadi korban atau trauma masa kecil (10%) dan pengaruh keluarga (10%).
Penelitian dilakukan di lima wilayah yakni Jakarta Timur, Magelang, Yogyakarta, Mataram dan Makassar. "Ancaman narkoba juga semakin nyata terhadap anak-anak kita. Narkoba dikemas dalam bentuk permen untuk memikat anak mengonsumsi. Awalnya diberikan gratis, lama-lama saat mereka tumbuh dewasa akan menjadi pecandu," kata Mensos.
"Ibu-ibu zaman now atau ibu zaman sekarang harus belajar dan menyiapkan diri bagaimana mengasuh generasi Alfa atau yang lahir setelah tahun 2010. Sebagai generasi melek teknologi yang serba digital ini tentunya akan sangat berpengaruh pada perkembangan anak," kata Khofifah saat menjadi keynote speaker pada acara Seminar Nasional bertajuk Peran Ibu untuk Generasi Alfa yang digelar Pengurus Gerakan Perempuan MKGR (Musyawarah Kekeluargaan Gotong Royong) Jawa Timur di Surabaya, Jumat (22/12/2017).
Sebagai generasi muda yang akrab terhadap teknologi, kata dia, generasi Alfa tumbuh individualistis, lebih mapan karena mewarisi kemewahan material dari kedua orang tua (generasi X dan Y), lebih banyak berinteraksi lewat gawai (smartphone) yang apabila dibiarkan berlarut-larut dapat mengarah pada sifat antisosial.
Untuk itu, kata Khofifah, sikap yang dapat diambil adalah mendidik dan mendorong generasi Alfa memanfaatkan teknologi dengan benar.
Menurut dia, pada saat yang sama, orang tua mengajarkan anak-anak akan nilai-nilai agama, moral dan etika agar kelak mereka bijak dalam menggunakan teknologi, terangnya.
Khofifah tidak setuju bila orangtua menjauhkan teknologi dan gawai dari anak-anak. Kondisi itu dinilai justru akan memperburuk keadaan.
"Ajak mereka bersosialisasi, bangun komuniksi dua arah dengan tatap muka sehingga mereka tidak terpaku pada layar gawai. Sempatkan untuk turun bersama anak dalam kegiatan sosial untuk mengasah kepekaan," tuturnya
Misalnya mengunjungi teman yang sakit, menggalang dana untuk warga yang tertimpa musibah atau bencana alam, merayakan ulang tahun dengan berbagi bersama anak-anak panti asuhan, atau mendorong dan memfasilitasi anak menciptakan aplikasi atau tools berbasis teknologi untuk membantu sesama.
Generasi Alfa adalah generasi yang lahir dari generasi sebelumnya, yakni Generasi Milenial. Generasi ini memiliki ciri khas yakni sangat dekat dengan teknologi. Gadget sudah menjadi bagian dari hidup mereka sepenuhnya.
Mereka tumbuh dengan gawai di tangan, sangat ketergantungan dengan benda tersebut dan dapat menguasainya dengan mudah.
Khofifah mengatakan sementara para ibu bersiap menjadi ibu untuk generasi Alfa, pada saat yang sama kini mereka dihadapkan pada pengaruh narkoba dan pornografi.
"Kedua hal tersebut selanjutnya memicu terjadinya berbagai persoalan sosial lainnya. Salah satunya kekerasan seksual terhadap anak yang dilakukan oleh anak," katanya.
Mengutip hasil penelitian yang dilakukan Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesejahteraan Sosial Yogyakarta (B2P3KS), Mensos mengungkapkan faktor determinan yang mempengaruhi anak melakukan kekerasan seksual kepada anak adalah pornografi (43%), pengaruh teman (33%), pengaruh narkoba/obat (11%), pengaruh historis pernah menjadi korban atau trauma masa kecil (10%) dan pengaruh keluarga (10%).
Penelitian dilakukan di lima wilayah yakni Jakarta Timur, Magelang, Yogyakarta, Mataram dan Makassar. "Ancaman narkoba juga semakin nyata terhadap anak-anak kita. Narkoba dikemas dalam bentuk permen untuk memikat anak mengonsumsi. Awalnya diberikan gratis, lama-lama saat mereka tumbuh dewasa akan menjadi pecandu," kata Mensos.
(dam)