Politikus Hanura: Konten Atau Isi Berita Pegang Peranan
![Politikus Hanura: Konten...](https://a-cdn.sindonews.net/dyn/732/content/2017/12/07/15/1263618/politikus-hanura-konten-atau-isi-berita-pegang-peranan-azF-thumb.jpg)
Politikus Hanura: Konten Atau Isi Berita Pegang Peranan
A
A
A
JAKARTA - Anggota Komisi I DPR Arief Suditomo mengatakan, saat ini konten atau isi berita yang memegang peranan penting. Hal itu dikatakannya menanggapi hasil survei Nielsen Consumer & Media View (CMV) di 2017 bahwa koran lebih dipilih pembaca karena nilai beritanya yang dapat dipercaya.
“Saat ini content atau isi yang memegang peranan. Sejauh mana mediumnya bisa jadi referensi, itu sangat bergantung pada content atau editorial integrity dari medium tersebut," ujar Arief kepada SINDOnews, Kamis (7/12/2017).
Jadi, lanjut dia, pertanyaan apakah platform elektronik, cetak atau hybrid lah yang akan jadi referensi terpercaya. Semua itu, lanjut dia, disandarkan pada kualitas dan integritas editorial nya.
"Online bisa jadi lebih cepat tetapi kalau sering memberitakan hoax tidak akan ada artinya. Begitu juga cetak, yang punya waktu untuk lebih akurat dan berimbang, tapi bila editorialnya partisan, maka sama saja,” papar politikus Partai Hanura ini.
Diberitakan SINDOnews sebelumnya, Direktur Eksekutif Nielsen Media, Hellen Katherina menjelaskan, Nielsen telah melakukan survei di 11 kota dengan menginterview 17.000 responden. Dari hasil survei tersebut, saat ini media cetak termasuk koran, majalah dan tabloid memiliki penetrasi sebesar 8% dan dibaca oleh 4,5 juta orang.
Dari jumlah tersebut, sebagian besar atau sekitar 83%-nya membaca koran. Alasan utama para pembaca masih memilih koran yaitu karena nilai beritanya yang dapat dipercaya.
"Element trust terhadap konten tentu berpengaruh terhadap iklan yang ada di dalamnya, sehingga keberadaan koran sebagai media beriklan sangat penting untuk produk yang mengutamakan unsur trust, misalnya produk perbankan dan asuransi," kata Hellen di Jakarta, kemarin.
Sedangkan untuk tabloid dan majalah, menurut Hellen, para pembaca menilai lebih kepada tulisan yang bersifat kisah nyata. Jika dilihat dari profile pembaca, media cetak di Indonesia cenderung dikonsumsi oleh konsumen dari rentang usia 20-49 tahun (74%), memiliki pekerjaan karyawan (32%) dan mayoritas pembacanya berasal dari kelas atas (54%).
Menurutnya, hal ini menunjukkan bahwa pembaca media cetak masih produktif dan dari kalangan yang mapan. Pembaca media cetak juga merupakan pembuat keputusan dalam rumah tangga untuk membeli sebuah produk (36%). Membaca buku adalah salah satu hobi dari konsumen media cetak.
“Saat ini content atau isi yang memegang peranan. Sejauh mana mediumnya bisa jadi referensi, itu sangat bergantung pada content atau editorial integrity dari medium tersebut," ujar Arief kepada SINDOnews, Kamis (7/12/2017).
Jadi, lanjut dia, pertanyaan apakah platform elektronik, cetak atau hybrid lah yang akan jadi referensi terpercaya. Semua itu, lanjut dia, disandarkan pada kualitas dan integritas editorial nya.
"Online bisa jadi lebih cepat tetapi kalau sering memberitakan hoax tidak akan ada artinya. Begitu juga cetak, yang punya waktu untuk lebih akurat dan berimbang, tapi bila editorialnya partisan, maka sama saja,” papar politikus Partai Hanura ini.
Diberitakan SINDOnews sebelumnya, Direktur Eksekutif Nielsen Media, Hellen Katherina menjelaskan, Nielsen telah melakukan survei di 11 kota dengan menginterview 17.000 responden. Dari hasil survei tersebut, saat ini media cetak termasuk koran, majalah dan tabloid memiliki penetrasi sebesar 8% dan dibaca oleh 4,5 juta orang.
Dari jumlah tersebut, sebagian besar atau sekitar 83%-nya membaca koran. Alasan utama para pembaca masih memilih koran yaitu karena nilai beritanya yang dapat dipercaya.
"Element trust terhadap konten tentu berpengaruh terhadap iklan yang ada di dalamnya, sehingga keberadaan koran sebagai media beriklan sangat penting untuk produk yang mengutamakan unsur trust, misalnya produk perbankan dan asuransi," kata Hellen di Jakarta, kemarin.
Sedangkan untuk tabloid dan majalah, menurut Hellen, para pembaca menilai lebih kepada tulisan yang bersifat kisah nyata. Jika dilihat dari profile pembaca, media cetak di Indonesia cenderung dikonsumsi oleh konsumen dari rentang usia 20-49 tahun (74%), memiliki pekerjaan karyawan (32%) dan mayoritas pembacanya berasal dari kelas atas (54%).
Menurutnya, hal ini menunjukkan bahwa pembaca media cetak masih produktif dan dari kalangan yang mapan. Pembaca media cetak juga merupakan pembuat keputusan dalam rumah tangga untuk membeli sebuah produk (36%). Membaca buku adalah salah satu hobi dari konsumen media cetak.
(pur)