Mutasi Pati oleh Panglima TNI Dikhawatirkan Bernuansa Politis
A
A
A
JAKARTA - Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo melakukan mutasi sebanyak 85 Perwira Tinggi (Pati) TNI. Mutasi ini berdasarkan Surat Keputusan Panglima TNI Nomor Kep/982/XII/2017 yang ditandatangani Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo pada 4 Desember 2017.
Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia, Adi Prayitno menilai, mutasi ini dikhawatirkan akan menjadi sorotan publik, meski alasan mutasi ini untuk mengoptimalkan tugas-tugas TNI yang komplek dan dinamis.
"Namun langkah mutasi itu selalu dibaca bertendensi politis. Terutama pemilihan presiden 2019 mendatang," kata Adi saat dihubungi SINDONEWS, Rabu (6/12/2017).
Adi menuturkan, katakanlah Gatot punya agenda politik pilpres 2019. Menurutnya, dengan mutasi itu setidaknya dia tetap punya jaringan yang tetap solid dan siap 'dikondisikan' setiap saat.
Menurutnya, bacaan atau pikiran politik nya ke arah sana. Mutasi ini, kata Adi, dikhawatirkan akan selalu dikait-kaitkan dengan kehendak Gatot yang ingin meramaikan bursa capres/cawapres pada 2019 mendatang.
Apalagi Gatot digadang-gadang sebagai calon kontestan yang potensial menjadi penentu kemenangan. "Argumen lain misalnya, jika alasan mutasi adalah untuk menyegarkan kinerja militer, kenapa tidak dari dulu Gatot melakukan rotasi?" ungkapnya.
"Kenapa baru di tahun politik ini rotasi dilakukan. Jadi wajar, langkah mutasi ini merupakan upaya nyata manuver Gatot di tahun politik," ujar pengamat Politik UIN Jakarta ini.
Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia, Adi Prayitno menilai, mutasi ini dikhawatirkan akan menjadi sorotan publik, meski alasan mutasi ini untuk mengoptimalkan tugas-tugas TNI yang komplek dan dinamis.
"Namun langkah mutasi itu selalu dibaca bertendensi politis. Terutama pemilihan presiden 2019 mendatang," kata Adi saat dihubungi SINDONEWS, Rabu (6/12/2017).
Adi menuturkan, katakanlah Gatot punya agenda politik pilpres 2019. Menurutnya, dengan mutasi itu setidaknya dia tetap punya jaringan yang tetap solid dan siap 'dikondisikan' setiap saat.
Menurutnya, bacaan atau pikiran politik nya ke arah sana. Mutasi ini, kata Adi, dikhawatirkan akan selalu dikait-kaitkan dengan kehendak Gatot yang ingin meramaikan bursa capres/cawapres pada 2019 mendatang.
Apalagi Gatot digadang-gadang sebagai calon kontestan yang potensial menjadi penentu kemenangan. "Argumen lain misalnya, jika alasan mutasi adalah untuk menyegarkan kinerja militer, kenapa tidak dari dulu Gatot melakukan rotasi?" ungkapnya.
"Kenapa baru di tahun politik ini rotasi dilakukan. Jadi wajar, langkah mutasi ini merupakan upaya nyata manuver Gatot di tahun politik," ujar pengamat Politik UIN Jakarta ini.
(maf)