Orang Tua Wajib Waspada, Pil PCC Hanya Dijual Rp3.000-an
A
A
A
SEMARANG - Pil Paracetamol Caffeine Carisoprodol (PCC) menjadi ancaman bagi generasi penerus bangsa karena dijual dengan harga sangat murah sehingga bisa dijangkau uang jajan anak sekolah. Apalagi dalam pemasarannya, pil berbahaya itu diklaim sebagai vitamin atau pil pintar.
“Per butir Rp3,000-6.000. Ini murah,” ujar Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Komjen Pol Budi Waseso didampingi Kapolda Jateng Irjen Pol Condro Kirono saat konferensi pers di Jalan Halmahera Raya Nomor 27, Semarang, Senin (4/12/2017).
Mantan Kabareskrim itu menyebutkan, meski pil PCC relatif murah namun dampak yang diakibatkan sangat fatal sebagaimana narkoba. “Paket murah tapi meyakinkan hasilnya, daripada membeli narkoba mahal ini paket murah, tapi reaksinya sama dengan narkoba. Mudah-mudahan nanti bisa masuk ke jenis narkotika,” tukasnya.
Obat berbahaya ini banyak beredar di luar Pulau Jawa seperti Kalimantan dan Sulawesi. “(Peredaran) ada di sini tapi paling banyak di luar Jawa, karena dia sudah punya pangsa pasar. Di sini (Jawa) dia bersaing dengan ekstasi, sabu, dan obat-obatan lain banyak. Kalau daerah-daerah pelosok sana masih jarang, maka dia tidak ada saingan,” terangnya.
Anak-anak yang menjadi target pasar juga banyak dikelabui karena obat itu disebut bisa meningkatkan konsentrasi belajar. Apalagi, warnanya juga cerah sehingga menarik perhatian.
“Anak-anak bisa pinter, fly, tenang, belajarnya kuat dan makin pinter pake ini, vitamin, warnanya kuning ini vitamin C,” ujarnya menjelaskan.
“Per butir Rp3,000-6.000. Ini murah,” ujar Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Komjen Pol Budi Waseso didampingi Kapolda Jateng Irjen Pol Condro Kirono saat konferensi pers di Jalan Halmahera Raya Nomor 27, Semarang, Senin (4/12/2017).
Mantan Kabareskrim itu menyebutkan, meski pil PCC relatif murah namun dampak yang diakibatkan sangat fatal sebagaimana narkoba. “Paket murah tapi meyakinkan hasilnya, daripada membeli narkoba mahal ini paket murah, tapi reaksinya sama dengan narkoba. Mudah-mudahan nanti bisa masuk ke jenis narkotika,” tukasnya.
Obat berbahaya ini banyak beredar di luar Pulau Jawa seperti Kalimantan dan Sulawesi. “(Peredaran) ada di sini tapi paling banyak di luar Jawa, karena dia sudah punya pangsa pasar. Di sini (Jawa) dia bersaing dengan ekstasi, sabu, dan obat-obatan lain banyak. Kalau daerah-daerah pelosok sana masih jarang, maka dia tidak ada saingan,” terangnya.
Anak-anak yang menjadi target pasar juga banyak dikelabui karena obat itu disebut bisa meningkatkan konsentrasi belajar. Apalagi, warnanya juga cerah sehingga menarik perhatian.
“Anak-anak bisa pinter, fly, tenang, belajarnya kuat dan makin pinter pake ini, vitamin, warnanya kuning ini vitamin C,” ujarnya menjelaskan.
(kri)