Momentum Teladani Kesalehan Nabi Muhammad SAW

Sabtu, 02 Desember 2017 - 07:27 WIB
Momentum Teladani Kesalehan Nabi Muhammad SAW
Momentum Teladani Kesalehan Nabi Muhammad SAW
A A A
BOGOR - Peringatan kelahiran (maulid) Nabi Muhammad SAW perlu dijadikan momentum positif untuk meneguhkan Islam sebagai agama yang memberi kerahmatan bagi sesama manusia dan alam (rahmatan lil alamin). Islam disebarkan dan diajarkan oleh Nabi Muhammad dengan cara-cara yang penuh kelembutan dan kasih sayang, bukan dengan cacian dan makian.

Demikian disampaikan sejumlah tokoh saat memeringati Maulid Nabi Muhammad di berbagai tempat, kemarin. Peringatan maulid secara kenegaraan digelar di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Kamis (30/11/2017) malam. Dalam pidatonya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengingatkan akan makna dari misi kenabian yang diperintahkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad SAW.

Misi kenabian yang pertama adalah mengajak umat manusia untuk bertakwa kepada Allah, artinya kesalehan individual. “Misi kenabian yang kedua adalah kesalehan sosial, yaitu membuktikan bahwa Islam adalah rahmatan lil alamin," kata Presiden.

Maulid Nabi harus dijadikan umat Islam untuk lebih bersemangat mengerahkan tenaga dan upayanya untuk meneruskan serta merealisasikan kenabian Nabi Muhammad dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Jokowi, banyak contoh yang patut diteladani dari Rasulullah, di antaranya keberhasilannya dalam membangun Kota Madinah.

"Kota Madinah sebagai teladan, bukti nyata dari realisasi misi kenabian dan kita harus mampu membangun Madinah-Madinah yang baru," katanya.

Presiden mengatakan, Madinah baru yaitu membangun masyarakat Indonesia yang damai, adil, yang makmur. Madinah adalah bukti kerukunan dan persatuan lintasetnis, kerukunan lintas klan, kerukunan lintas agama dan juga antar kelompok pendatang, kelompok Muhajirin, dengan kelompok penolong kelompok Ansor.

"Kota Madinah merupakan terobosan besar toleransi dan persaudaraan. Piagam Madinah adalah bukti dari keadilan bukti penghormatan dan penegakan hukum,” ujarnya.

Dengan pijakan Piagam Madinah, masyarakat yang sebelumnya dipenuhi konflik berkepanjangan kemudian bisa berubah menjadi masyarakat yang faham dan taat hukum. Antar sesama tidka saling bertikai karena mengutamakan kepentingan bersama.

Jokowi juga mengungkapkan bahwa Madinah juga bukti dari sistem perekonomian berkeadilan yang mengedepankan kesejahteraan bersama dan pemerataan. Untuk itu, tugas dalam menjalankan pemerintah dan warga negara adalah melanjutkan misi kenabian tersebut menjadi nyata.

Habib Jindan bin Novel saat berceramah di Istana Bogor juga mengatakan, seorang mukmin di manapun dia ditempatkan dan sebagai apapun, harus memberi manfaat. Sebagai presiden, dia mukmin, sebagai menteri, dia mukmin, menjadi pejabat, pedagang dia juga mukmin. Sebagai mukmin, di manapun dia memberi manfaat kepada semua, dan menunjukan keindahan Islam di dalam profesinya. “Angkat citra Islam, bukan menjatuhkan citra agama Islam,” ujar Habib.

Habib juga menyampaikan, dalam masalah jihad, Rasulullah selalu berpesan untuk dilakukan dengan aturan, rahmat, dan kasih sayang. Ketika dalam peperangan, kepada para sahabat dan umat Islam, Rasulullah berpesan agar tidak mengganggu wanita, anak-anak, orang-orang yang sedang beribadat di kuil atau tempat ibadah mereka.

“Tidak boleh diganggu atau dirusak, serta tidak boleh mengganggu orang yang tidak berhubungan dengan peperangan,” ujar Pimpinan Yayasan Al Fachriyah Jakarta ini.

Habib menandaskan, agama Islam tidak dibela dengan makian atau cacian. Menurutnya, Agama Islam berjaya di bumi Indonesia dan semua tempat di penjuru dunia ini dengan rahmat, dan kasih sayang. Islam juga berkembang baik dengan kegigihan dan kesungguhan dalam menjalankan ajaran dan dakwah Nabi Muhammad.

Dalam menjalanlan amar ma’ruf nahi munkar, Nabi tidak pernah mencaci, mengatakan orang jahat selama-lamanya. Bahkan selama berdakwah, diuji, diteror, ditindas, diperangi, Nabi Muhammad tidak pernah mengeluarkan kata-kata kotor dan mengumpat. Rasulullah menampilkan keindahan Islam di dalam semua perilakunya.

Imam Besar Masjid Istiqlal KH Nasaruddin Umar mengatakan, peringatan Maulid Nabi merupakan momentum bagi umat Islam untuk melakukan introspeksi dan refleksi sejauh mana telah mengikuti teladan Nabi Muhammad SAW.

"Untuk itu, peringatan Maulid Nabi hari ini harus menjadi bahan refleksi untuk kembali menghadirkan `Nur Muhammad` yang tentunya dapat mencerdaskan dan menguatkan umat," kata Nasaruddin.

Menurut Guru Besar Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta ini, peringatan Maulid Nabi sejatinya bisa mengukuhkan kesadaran umat Islam untuk meneruskan perjuangan dengan menyebarkan dakwah yang mengajarkan keimanan serta menjunjung tinggi nilai kemanusiaan sebagaimana yang diajarkan Nabi Muhammad. Umat Islam harus bisa meneladani Nabi Muhammad yang betul-betul rahmatan lil alamin, menjadi rahmat bagi seluruh alam.

Nasaruddin mengatakan, selama hidupnya Nabi Muhammad tidak pernah mengedepankan kekerasan dalam menghadapi segala macam permasalahan. "Bisa dikatakan dalam menghadapi segala macam permasalahan, Nabi Muhammad lebih menekankan kepada aspek perdamaian, persaudaraan, toleransi, persamaan, dan keadilan," katanya.

Selain itu, lanjut mantan Wakil Menteri Agama ini, Nabi Muhammad adalah sosok yang sangat menjaga perasaan orang lain, satu sifat mulia yang wajib ditiru oleh mereka yang mengaku sebagai pengikutnya. Keteladanan Nabi Muhammad harus dijadikan pegangan oleh umat Islam Indonesia dalam memelihara perdamaian dan kesatuan NKRI dari berbagai ancaman perpecahan, termasuk ancaman paham radikal terorisme.

Peringatan Maulid Nabi kemarin juga digelar Majelis Rasulullah di Lapangan Monumen Nasional (Monas), Jakarta Pusat. Hadir dalam kesempatan ini Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang juga Rais Aam PBNU KH Ma’ruf Amin, dan ribuan jamaah. Habib Nabiel Almusawa, Dewan Pembina Majelis Rasulullah mengajak lewat momentum maulid Nabi, masyarakat mendoakan Indonesia agar tetap harmonis. (Neneng Zubaedah/Ant)
(nfl)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6532 seconds (0.1#10.140)