Kunjungi Penjaringan, PM Denmark Bantu Indonesia Kelola Sampah
A
A
A
JAKARTA - Pemerintah Denmark mendorong Indonesia lebih serius dalam melakukan pengelolaan sampah. Selain merusak pemandangan, sampah juga berbahaya bagi kesehatan. Apalagi jika sampah dibuang ke laut.
Sampah akan dikonsumsi ikan yang kemudian dikonsumi oleh manusia. Kondisi tersebut berdampak buruk bagi kesehatan manusia.
Untuk itu, Denmark menyumbang 5,5 juta kroner Denmark atau setara Rp11,8 miliar. Uang sebanyak itu nantinya akan digunakan untuk menata kelola limbah dan ekonomi sirkular Indonesia.
Perdana Menteri Denmark, Lark Lokke Rasmussen mengatakan, ketertarikannya menyumbang belasan miliar karena letak geografis Indonesia yang mirip dengan Denmark.
Keduanya dianggap memiliki sejarah maritim yang panjang. “Itu sebabnya kami mendukung agenda kelautan Indonesia,” ucap Lark saat penandatanganan kerja sama di Museum Bahari, Penjaringan, Jakarta Utara, Selasa (28/11/2017) sore.
Penandatangan dengan nama Ocean, Marine Debris and Coastak Resource Multi-Donor Trust Fund (OMC-MDTF) itu disaksikan langsung oleh Menteri Koordinator Kemaritiman, Luhut Binsar Panjaitan, Country Direction Bank Dunia Rodrigo A Chaves, dan Dubes Denmark untuk Indonesia Rasmus Abildgaard Kristensen.
Denmark diketahui menjadi negara pertama yang menyumbang melalui OMC-MDTF,kemudian disusul dengan Norwegia.
Lark menyebut insiatifnya menyumbang karena ingin mengurangi timbunan sampah di laut dan memperbaiki tata kelola laut Indonesia. Apalagi, sebagian besar timbunan sampah dilaut berasal dari sampah padat yang dibuang tanpa memperhatikan aspek aspek lingkungan.
Padahal saat ini kota kota pesisir pantai tumbuh dengan cepat. “Ini menjadi tantangan dan perlu diatasi untuk masa depan dalam pengelolahan limbah padat yang lebih baik,” tambah Lark.
Dia berharap ke depan Indonesia dapat mengelola secara baik limbah yang berada di perkotaan, termasuk mengubah limbah menjadi energi.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan mengakui persoalan sampah sangat penting.
Pemerintah berkomitmen untuk mengalokasikan dana USD1 miliar selama lima tahun dan mengumpulkan lebih banyak sumber daya untuk mengatasi masalah pesisir. “Karena itu kami menghargai dukungan pemerintah Denmark yang kemudian dimasukan dalam agenda kelautan nasional,” tuturnya.
Rencananya setelah kerja sama ini, pihaknya akan melakukan pemeriksaan cepat terhadap tumpahnya sampah plastik di 18 kota di Indonesia. Termasuk melakukan kegiatan rencana aksi nasional untuk pengambilan sampah plastik laut. “Saya berharap kerja sama internasional ini memberikan kontribusi positif terhadap agenda kelautan indonesia dan aksi kegiatan masyarakat Indonesia untuk membalikan keadaan buruk di lautan dunia,” tuturnya.
Sampah akan dikonsumsi ikan yang kemudian dikonsumi oleh manusia. Kondisi tersebut berdampak buruk bagi kesehatan manusia.
Untuk itu, Denmark menyumbang 5,5 juta kroner Denmark atau setara Rp11,8 miliar. Uang sebanyak itu nantinya akan digunakan untuk menata kelola limbah dan ekonomi sirkular Indonesia.
Perdana Menteri Denmark, Lark Lokke Rasmussen mengatakan, ketertarikannya menyumbang belasan miliar karena letak geografis Indonesia yang mirip dengan Denmark.
Keduanya dianggap memiliki sejarah maritim yang panjang. “Itu sebabnya kami mendukung agenda kelautan Indonesia,” ucap Lark saat penandatanganan kerja sama di Museum Bahari, Penjaringan, Jakarta Utara, Selasa (28/11/2017) sore.
Penandatangan dengan nama Ocean, Marine Debris and Coastak Resource Multi-Donor Trust Fund (OMC-MDTF) itu disaksikan langsung oleh Menteri Koordinator Kemaritiman, Luhut Binsar Panjaitan, Country Direction Bank Dunia Rodrigo A Chaves, dan Dubes Denmark untuk Indonesia Rasmus Abildgaard Kristensen.
Denmark diketahui menjadi negara pertama yang menyumbang melalui OMC-MDTF,kemudian disusul dengan Norwegia.
Lark menyebut insiatifnya menyumbang karena ingin mengurangi timbunan sampah di laut dan memperbaiki tata kelola laut Indonesia. Apalagi, sebagian besar timbunan sampah dilaut berasal dari sampah padat yang dibuang tanpa memperhatikan aspek aspek lingkungan.
Padahal saat ini kota kota pesisir pantai tumbuh dengan cepat. “Ini menjadi tantangan dan perlu diatasi untuk masa depan dalam pengelolahan limbah padat yang lebih baik,” tambah Lark.
Dia berharap ke depan Indonesia dapat mengelola secara baik limbah yang berada di perkotaan, termasuk mengubah limbah menjadi energi.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan mengakui persoalan sampah sangat penting.
Pemerintah berkomitmen untuk mengalokasikan dana USD1 miliar selama lima tahun dan mengumpulkan lebih banyak sumber daya untuk mengatasi masalah pesisir. “Karena itu kami menghargai dukungan pemerintah Denmark yang kemudian dimasukan dalam agenda kelautan nasional,” tuturnya.
Rencananya setelah kerja sama ini, pihaknya akan melakukan pemeriksaan cepat terhadap tumpahnya sampah plastik di 18 kota di Indonesia. Termasuk melakukan kegiatan rencana aksi nasional untuk pengambilan sampah plastik laut. “Saya berharap kerja sama internasional ini memberikan kontribusi positif terhadap agenda kelautan indonesia dan aksi kegiatan masyarakat Indonesia untuk membalikan keadaan buruk di lautan dunia,” tuturnya.
(dam)