Kota Cerdas Harus Ciptakan Daya Saing

Senin, 27 November 2017 - 18:15 WIB
Kota Cerdas Harus Ciptakan Daya Saing
Kota Cerdas Harus Ciptakan Daya Saing
A A A
JAKARTA - Pemerintah memprediksi pada 2035 sekitar 67% penduduk Indonesia akan berada di kota. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan penduduk bisa lebih cepat sehingga pengembangan kota cerdas sangat dibutuhkan. Karena itu dalam kurun 27 tahun ke depan Indonesia diharapkan bisa memiliki 100 kota berkelanjutan yang punya tiga indikator, yaitu sebagai kota layak huni, kota hijau, dan kota cerdas yang berdaya saing.

Selama lima tahun terakhir, sebanyak delapan kota di Indonesia telah berusaha untuk menjadi kota cerdas dan mandiri dengan memaksimalkan kecanggihan teknologi. DKI Jakarta, Surabaya, Malang, Semarang, Makassar, Bandung, Tegal, dan Balikpapan menjadi kota maju yang berdaya saing tinggi dengan kemudahan akses memantau perkembangan wilayah yang terkecil dari tingkat RT/RW hingga ke masalah perizinan. Kemajuan beberapa kota yang telah menjadi kota cerdas itu kini menjadi acuan pemerintah untuk mengembangkan kota-kota lain di Indonesia.

Perjalanan panjang Surabaya tentu tak bisa dilepaskan dari peran kampung-kampung sebagai tulang punggung. Saat ini di tengah perjalanan menjadi ikon smart city di Indonesia, Surabaya masih menjaga orisinalitas kampung di tengah teknologi maju yang membungkusnya dengan rapi.

Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini memahami betul filosofi kampung yang tetap bisa modern. Di tengah serangan teknologi yang beruntun, Surabaya masih setia mempertahankan ciri khasnya. Kampung baginya tak hanya menjadi stigma area kumuh, terbelakang, dan menolak kemajuan. Kampung menjadi permukiman modern dan rapi tanpa meninggalkan ciri khas sebagai permukiman tradisional.

Semangat gotong-royong di kampung yang masih tetap terjaga dijadikan pedoman dalam menata kemajuan, bersanding dalam pertarungan dengan peradaban maju yang memosisikan teknologi sebagai komando kemajuan. Kampung tetap berdaya, gotong-royong bisa terus terjaga. Dan tentu saja teknologi masih bisa hadir di sana sebagai pelengkap perjalanan panjang peradaban di Surabaya.

Risma menekankan gotong-royong terus relevan dan menjadi ciri khas permukiman dan bagian penting dari pembentukan dan keberlanjutan permukiman. Surabaya sendiri memiliki command center yang merupakan helpline seluruh warganya. Di dalamnya terdapat pembangunan 372 taman sebagai area publik di setiap kecamatan yang dapat diakses untuk anakanak yang tidak dapat melihat sekalipun dan dapat me ngetahui jenis tumbuhan di dalamnya. "Taman akan terus kami tambah. Banyak kawasan yang cocok sesuai dengan karakternya," ujar Risma.

Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya pun membangun area bagi pedagang kaki lima (PKL) guna mengatur aktivitas perdagangan, pusat belajar untuk bahasa, matematika, teknologi informasi hingga pelajaran lainnya. Surabaya telah berubah menjadi smart city dengan berbagai fasilitas publik terkini bagi warganya, tetapi tetap mengakomodasi sejarah kota dan karakter tradisional kota.

Penataan sejarah itu pun didukung dengan kehadiran ruang baru yang menjawab era kekinian. Kebutuhan warga diwujudkan dalam penyediaan co-working space atau yang lebih dikenal dengan sebutan koridor. Rumah utama bagi ribuan anak muda yang tergabung dari berbagai macam kelompok industri kreatif. Generasi milenia yang mampu berjalan beriringan dengan teknologi.

Seperti halnya Surabaya, Semarang pun telah menjadi salah satu kota yang menerapkan konsep smart city sejak 2013. Penerapan konsep smart city diimplementasikan dengan pengembangan berbagai inovasi yang berfokus pada peningkatan kemudahan, ketepatan, dan kepercayaan bagi masyarakat, termasuk para pelaku usaha. Dengan demikian wajar bila Kota Semarang kini telah menjadi contoh implementasi program smart city guna peningkatan pelayanan bagi masyarakat.

Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi yang akrab dengan sapaan Hendi mengungkapkan, penerapan smart city bertujuan untuk melakukan berbagai percepatan program infrastruktur dan pelayanan Pemerintah Kota Semarang sehingga bermuara pada peningkatan kesejahteraan dan kepercayaan masyarakat. Adapun mengenai perizinan dan investasi, Kota Semarang telah meluncurkan sistem keterangan rencana kota (KRK) dan izin pelaku teknis bangunan (IPTB) agar masyarakat dapat dengan mudah melakukan pengurusan beragam izin.

Pengurusan izin juga lebih dipermudah oleh pemerintah kota melalui aplikasi terkait yang bisa diakses melalui smartphone. Aplikasi yang dimiliki warga Semarang tersebut menawarkan berbagai kemudahan dalam memonitor setiap tahapan perizinan dan kepastian waktu. "Keberadaan sistem KRK dan IPTB online ini memudahkan para pemohon untuk dapat mengakses dan memonitor secara langsung sampai tahapan mana izin yang diajukannya. Kemudahan pengecekan dan kepastian waktu inilah yang dibutuhkan para pemohon," ungkap Hendi kepada KORAN SINDO.

Dia menjelaskan, program smart city menjadi bagian dari masterplan Pemerintah Kota Semarang yang meliputi konsep systemic (terhubung sistem), monitorable (dapat dipantau), accessible (mudah diakses), reliable (dapat dipercaya), serta time bound (batasan waktu). Beragam inovasi yang telah dilakukan Pemerintah Kota Semarang memiliki dampak positif terhadap pening katan jumlah usaha di Kota Lumpia tersebut. Tercatat dalam kurun waktu enam tahun terakhir, Semarang bisa memiliki 301 hotel dari 110 hunian hotel pada 2011. Adapun jumlah restoran di Kota Semarang meningkat dua kali lipat dari 463 restoran pada 2011 menjadi 825 restoran pada tahun ini.

Direktur Jenderal Aplikasi Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika Semuel Abrijani Pangerapan mengatakan, setidaknya terdapat 24 kota yang siap menerapkan konsep smart city untuk dua tahun ke depan. Pemerintah pusat menurutnya akan memfasilitasi berbagai kebutuhan pembangunan konsep smart city dengan mendatangkan ahlinya ke berbagai daerah tujuan tersebut.

Manajer Komunikasi dan Informasi Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (Apeksi) Devy Munir mengatakan, dalam membangun kota masa depan Indonesia sebagai kota berkelanjutan dan berdaya saing, dibutuhkan kolaborasi dari semua pemangku kepentingan, bukan kompetisi, agar terwujud masyarakat yang Indonesia yang cerdas (smart nation). Tidak mengherankan kalau cukup banyak anggota Apeksi yang telah menerapkan konsep smart city. Menurut Devy, tujuan utama smart city di kota-kota adalah lebih menyejahterakan dan membahagiakan masyarakatnya.

Sementara itu Ketua Asosiasi Prakarsa Indonesia Cerdas (APIC) Suhono Harso Supangkat mengungkapkan, smart city tidak identik dengan kota teknologi informasi dan komunikasi (TIK) atau digital city. Hal itu karena TIK bukan satu-satunya kunci penyelesaian masalah perkotaan. "Smart city merupakan kota yang dapat mengelola berbagai sumber dayanya secara efektif dan efisien untuk menyelesaikan berbagai tantangan kota menggunakan solusi inovatif, terintegrasi, dan berkelanjutan," papar Suhono.
(amm)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5615 seconds (0.1#10.140)