Jadi Utusan Khusus Presiden, Ini yang Dilakukan Din Syamsuddin

Rabu, 01 November 2017 - 12:57 WIB
Jadi Utusan Khusus Presiden, Ini yang Dilakukan Din Syamsuddin
Jadi Utusan Khusus Presiden, Ini yang Dilakukan Din Syamsuddin
A A A
JAKARTA - Utusan Khusus Presiden untuk Dialog dan Kerja Sama Antaragama dan Peradaban Din Syamsuddin terus melakukan safari ke tokoh lintas agama. Langkah ini untuk memperkuat upaya dialog dan kerukunan agama di Indonesia.

Setelah mengunjungi majelis Persekutuan Gereja Indonesia (PGI), Selasa (31/10/2017), mantan Ketua Umum Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah tersebut mengunjungi Konferensi Waligereja Indonesia (KWI). Kedatangan Din langsung diterima Ketua KWI Mgr. Ignatius Suharyo.

"Tugas pertama saya tentu saya bersilaturahmi ke majelis-majelis agama. Kemarin Persekutuan Gereja Indonesia (PGI). Hari ini ke KWI (Konferensi Waligereja Indonesia). Organisasi agama-agama ini adalah elemen bangsa dan stakeholder di Tanah Air kita. Kita harus libatkan mereka," tandasnya di Kantor KWI, Selasa (31/10/2017).

Kunjungannya ini selain bersilaturahmi, juga untuk beraudiensi dengan pimpinan umat Katolik di Indonesia. Sebagai utusan khusus presiden, Din menilai perlu mendengar masukan-masukan dari berbagai pihak. "Ini untuk meminta nasihat, saran-saran, pikiran, dan dukungan bagi pelaksanaan tugas saya sebagai utusan khusus presiden. Beliau sudah menyampaikan pesan-pesan yang baik," ungkapnya.

Din mengatakan, dalam pertemuan tersebut kedua bersepen dapat bahwa kerukunan antarumat beragama, khususnya umat Islam dan Katolik perlu dikembangkan, dirajut, dan dipelihara. Apalagi, Indonesia mempunyai modal dasar penting untuk merealisasikan hal tersebut. Salah satu di antaranya berasal dari agama-agama di Indonesia yang sejatinya mengajarkan kerukunan dan kemajemukan.

"Kedua kita punya Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika. Kalau dua modal ini kita pelihara maka walaupun ada ujian gangguan dari faktor nonagama, baik politik ekonomi, itu bisa teratasi," tandasnya.

Lebih lanjut Din mengatakan, kerukunan antarumat bergama perlu dirajut mulai dari dalam negeri. Dengan begitu, Indonesia dapat menjadi model ke rukunan agama di tingkat internasional. Dia pun mengagendakan awal tahun depan untuk melakukan pertemuan dengan tokoh-tokoh berbagai agama.

"Ini untuk membahas permasalahan-permasalahan yang ada secara konkret. Bukan seminar atau simposium, tapi percakapan hati ke hati untuk membahas masalah yang ada. Sehingga disepakati komitmen bersama," ungkapnya.

Dengan adanya kesepakatan tersebut diharapkan ada realisasi kerukunan antarumat di tataran akar rumput. Di sisi lain, dia juga meminta elemen bangsa lain seperti pemerintah dan partai untuk mengeliminasi persoalan non agama.

"Persoalan nonagama ini jadi penyebab. Adanya kesenjangan sosial ekonomi dan politik yang sektarian akan mengganggu kerukunan," ucapnya.

Ketua KWI Mgr Ignatius Suharyo menyambut baik kedatangan Din ke kantor KWI. Apalagi, saat ini dipercaya presiden untuk tugas yang mulia, dan di sisi lain juga berat. "Karena judulnya dialog dan kerja sama antaragama dan peradaban itu menyangkut segala bidang manusia," katanya.

Suharyo yakin dengan pengalaman yang dimiliki, Din akan mampu menjalankan tugas yang diberikan negara. Apalagi, Din selama ini cukup intensif melakukan gerakan-gerakan kerukunan antarumat beragama. Bahkan, Suharyo menilai Din cukup paham gerakan-gerakan Gereja Katolik tidak saja di Indonesia, tapi juga di Vatikan.

"Saya yakin bisa menjalankan tugasnya sebaik-baiknya. Bukan saja berjasa bagi Indonesia, tapi juga bagi kemanusiaan pada umumnya. Oleh karena itu, KWI akan selalu berusaha memberikan dukungan sebaik-baiknya dalam kerja sama," pungkasnya.
(amm)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6574 seconds (0.1#10.140)