DPR Nilai Sah-sah Saja Pembelian Senjata untuk Brimob
A
A
A
JAKARTA - Ketua Komisi III DPR Bambang Soesatyo menilai pembelian senjata api dan amunisi untuk Korps Brimob sah-sah saja atau sesuatu yang wajar. Politisi Partai Golkar ini yakin pembelian senjata tersebut sudah sesuai dengan prosedur.
"Saya menilai wajar saja karena sudah ada pengawasan yang cukup ketat dari Inspektorat Pengawasan Umum (Irwasum) Polri atau pengawasan internal," ujar Bamsoet panggilan akrab Bambang Soesatyo saat dihubungi, kemarin.
Sebelumnya, beredar kabar pembelian senjata api yang diimpor PT Mustika Duta Mas dan didistribusikan ke Korps Brimob Polri keluaran Arsenal, Bulgaria. Senjata tersebut tiba di Indonesia pada hari Jumat (29/9) di Bandara Soekarno-Hatta dengan maskapai dari Ukraina. Jenis senjatanya adalah Stand-Alone Grenade Launcher (SAGL).
Menurut Bamsoet pembelian senjata dan amunisi impor tersebut merupakan urusan TNI dan Polri karena kedua institusi itu bagian dari pemerintah. Oleh karena itu dia yakin masalah itu bisa diselesaikan dengan bijak dan baik. "Semua dapat bisa diselesaikan apalagi pembelian senjata dan amunisi itu sudah sesuai dengan prosedur," terangnya.
Kadiv Humas Polri Irjen Pol Setyo Wasisto sebelumnya menjelaskan pembelian senjata tersebut sudah sesuai dengan prosedur. Bahkan senjata tersebut sudah dicek oleh Irwasum Polri dan BPKP.
"Sudah sesuai dengan SOP, perencanaan, lelang, dan di-review Irwasum dan BPKP sampai pengadaan dan pembelian pihak ketiga sampai Indonesia," tutur Setyo.
Setyo menjelaskan Polri sudah mengimpor SAGL sebanyak tiga kali. SAGL kaliber 40 x 46 mm, kemudian peluru amunisi 40 mm, 40 x 46 mm round RLV-HEFJ dengan fragmentasi lontaran granat berdaya ledak tinggi sebanyak 5.932 butir. "Tahun 2015 dan 2016 sudah pernah masuk," katanya.
Kepala Korps Brimob Polri Irjen Pol Murad Ismail mengungkapkan spesifikasi senjata SAGL keluaran pabrik Arsenal, Bulgaria. Dia mengatakan senjata tersebut tak dapat membunuh seseorang karena berjenis senjata kejut.
"Saya tekankan senjata ini bukan untuk membunuh tetapi kejut. Senjata ini kalau kita berbicara modelnya saja seram," kata Murad.
Murad menjelaskan senjata yang baru dibeli memiliki daya lontar maksimal 100 meter dan tak memiliki alur. Peluru yang ditembakkan pun tak bisa lurus, memiliki sudut elevasi 45 derajat dengan bentuk peluru bulat.
"Cara kerjanya pun kita menembak, dia (peluru) tidak bisa menembak lurus. Kita tembak dia itu 45 derajat. (Peluru) Itu jatuh 85 meter dan pelurunya itu bulat," terang Murad.
"Saya menilai wajar saja karena sudah ada pengawasan yang cukup ketat dari Inspektorat Pengawasan Umum (Irwasum) Polri atau pengawasan internal," ujar Bamsoet panggilan akrab Bambang Soesatyo saat dihubungi, kemarin.
Sebelumnya, beredar kabar pembelian senjata api yang diimpor PT Mustika Duta Mas dan didistribusikan ke Korps Brimob Polri keluaran Arsenal, Bulgaria. Senjata tersebut tiba di Indonesia pada hari Jumat (29/9) di Bandara Soekarno-Hatta dengan maskapai dari Ukraina. Jenis senjatanya adalah Stand-Alone Grenade Launcher (SAGL).
Menurut Bamsoet pembelian senjata dan amunisi impor tersebut merupakan urusan TNI dan Polri karena kedua institusi itu bagian dari pemerintah. Oleh karena itu dia yakin masalah itu bisa diselesaikan dengan bijak dan baik. "Semua dapat bisa diselesaikan apalagi pembelian senjata dan amunisi itu sudah sesuai dengan prosedur," terangnya.
Kadiv Humas Polri Irjen Pol Setyo Wasisto sebelumnya menjelaskan pembelian senjata tersebut sudah sesuai dengan prosedur. Bahkan senjata tersebut sudah dicek oleh Irwasum Polri dan BPKP.
"Sudah sesuai dengan SOP, perencanaan, lelang, dan di-review Irwasum dan BPKP sampai pengadaan dan pembelian pihak ketiga sampai Indonesia," tutur Setyo.
Setyo menjelaskan Polri sudah mengimpor SAGL sebanyak tiga kali. SAGL kaliber 40 x 46 mm, kemudian peluru amunisi 40 mm, 40 x 46 mm round RLV-HEFJ dengan fragmentasi lontaran granat berdaya ledak tinggi sebanyak 5.932 butir. "Tahun 2015 dan 2016 sudah pernah masuk," katanya.
Kepala Korps Brimob Polri Irjen Pol Murad Ismail mengungkapkan spesifikasi senjata SAGL keluaran pabrik Arsenal, Bulgaria. Dia mengatakan senjata tersebut tak dapat membunuh seseorang karena berjenis senjata kejut.
"Saya tekankan senjata ini bukan untuk membunuh tetapi kejut. Senjata ini kalau kita berbicara modelnya saja seram," kata Murad.
Murad menjelaskan senjata yang baru dibeli memiliki daya lontar maksimal 100 meter dan tak memiliki alur. Peluru yang ditembakkan pun tak bisa lurus, memiliki sudut elevasi 45 derajat dengan bentuk peluru bulat.
"Cara kerjanya pun kita menembak, dia (peluru) tidak bisa menembak lurus. Kita tembak dia itu 45 derajat. (Peluru) Itu jatuh 85 meter dan pelurunya itu bulat," terang Murad.
(maf)