Mensos: Pakaian Adat Adalah Identitas Bangsa

Kamis, 17 Agustus 2017 - 17:23 WIB
Mensos: Pakaian Adat...
Mensos: Pakaian Adat Adalah Identitas Bangsa
A A A
JAKARTA - Ada yang unik dan berbeda dalam upacara memperingati Hari Ulang Tahun ke-72 Republik Indonesia di halaman kantor Kementerian Sosial, Jakarta Pusat, Kamis (18/7/2017).

Menteri Sosial (Mensos) Khofifah Indar Parawansa memimpin upacara diikuti peserta yang seluruhnya berbusana adat berbagai daerah di Indonesia.

"Ini baru pertama kali. Tahun-tahun sebelumnya pakai baju Korpri. Indah, bukan? Inilah Indonesia, penuh warna dan beragam," ujar Mensos usai upacara.

Menurut dia, ada makna yang dalam dari upacara bendera dengan busana adat ini. Setiap individu berbeda suku, agama, berbeda pendapat, berbeda parpol, berbeda bahasa daerah, berbeda adat istiadat, namun semuanya tetap satu, Indonesia.

Mensos memilih busana adat Sumenep Madura saat menjadi inspektur upacara.
Dia terlihat anggun mengenakan pakaian adat Keraton Sumenep yakni atasan kebaya hitam beludru dipadu bawahan kain batik motif Madura, serta jilbab berwarna merah.

"Saya ingin menghadirkan nuansa yang berbeda dalam perayaan kemerdekaan Indonesia kali ini. Saya berharap semua karyawan bangga dengan pakaian adat yang mereka kenakan. Pakaian adat bukan sekedar busana resmi suatu daerah. Tapi merupakan identitas bangsa dan bentuk penghargaan terhadap budaya yang kita miliki," tuturnya seperti tertuang dalam siaran pers Kemensos, Kamis (17/8/2017).

Usai upacara, para PNS berbusana adat Jawa Tengah, Sunda, Bugis, Bali, Mibang, Batak, Papua, dan lain sebagainya ini tampak enggan beranjak. Mereka asyik berfoto mengabadikan momen yang baru pertama kali itu.

Direktur Jenderal Penanganan Fakir Miskin (PFM), Andi ZA Dulung yang mengenakan pakaian adat khas Bugis, Sulawesi Selatan mengungkapkan ada suasana berbeda saat melihat para PNS berbusana adat.

Menurut pria asal Soppeng, Sulawesi Selatan ini, nuansa keindonesiaan dan kekeluargaan kental terasa. "Saya lihat semua (karyawan-red) tampak bahagia. Saling mengomentari penampilan temannya, atau bercerita tentang busana adat yang dipakainya. Ada yang sewa, ada yang koleksi pribadi. Kalau saya milik sendiri dan memang ini busana yang wajib punya," tuturnya.

Lain lagi kesan Direktur Jaminan Sosial Keluarga, Nur Pujianto. Dia mengaku senang bisa berbusana adat Jawa Tengah. Menurut dia, bagian yang paling sulit saat berbusana adat adalah memasang jarit.

"Alhamdulillah hari ini sukses berbusana adat Jawa Tengah. Atasan beskap dan bawahan kain jarik. Lengkap dengan keris dan blangkon. Ini baju milik sendiri, jadi tidak perlu repot-repot sewa," ujar seraya tertawa.

Salah seorang karyawan Direktorat Rehabilitasi Sosial, Wenna Sitepu mengaku bersiap sejak pukul 05.00 pagi untuk bersanggul dan berkebaya.

"Senang sekali, jarang-jarang ada kesempatan seperti ini. Upacara bendera jadi lebih berkesan dan bermakna," ujar Wena yang mengenakan atasan kebaya brokat kuning dipadu bawahan kain songket.

Seorang karyawan lainnya, Nurul mengaku bangga dan percaya diri bisa tampil beda. Bagi dia, ini merupakan kesempatan untuk mengenakan koleksi kain tradisonal koleksinya ke kantor.

"Ide Ibu Menteri agar karyawan berpakaian adat sangat bagus. Di titik inilah, rasa kebanggaan pada negeri ini sangat terasa," ujarnya.
(dam)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1153 seconds (0.1#10.140)