BNPB Deteksi Sebaran Hotspot Karhutla Terbanyak di Kalbar

Selasa, 08 Agustus 2017 - 18:15 WIB
BNPB Deteksi Sebaran...
BNPB Deteksi Sebaran Hotspot Karhutla Terbanyak di Kalbar
A A A
PONTIANAK - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) telah melakukan antisipasi terkait Karhutla (Kebakaran Hutan dan Lahan) di semua provinsi yang rawan Karhutla. Hal itu dikatakan Kepala Direktur Pengendalian Karhutla BNPB, Raffles B Panjaitan, di Pontianak, Selasa (8/8/2017).

Tahun 2017, kata Raffles, kegiatan Patroli Terpadu Pencegahan Karhutla sudah dimulai sejak 11 Mei lalu di Provinsi Riau (65 Posko Desa), dan Sumatera Selatan (50 Posko desa). Sedangkan untuk Provinsi Kalbar sudah dimulai pada Tanggal 18 Juni 2017 dan akan berlangsung sampai bulan November mendatang.

Di Provinsi Kalbar, Patroli Terpadu dilaksanakan di 60 posko desa dengan basis wilayah kerja Daops Manggala Agni meliputi Daops Pontianak 13 posko desa, Daops Singkawang 11 posko desa, Daops Sintang 15 posko desa, Daops Ketapang 13 posko desa, Daops Semurah 8 posko desa. Dari 60 posko desa, dapat dijangkau paling tidak 120 desa rawan Karhutla.

Saat ini, kata Raffles, sedang dipersiapkan Patroli Terpadu di Provinsi Sumut 15 posko desa, Jambi 20 posko desa, Kalteng 55 posko desa, Kalsel 20 posko desa, dan Kaltim 15 posko desa.

“Khusus untuk kegiatan patroli terpadu ini, KLHK menargetkan dapat menjangkau 1.014 desa rawan Karhutla di 8 Provinsi rawan,” jelasnya.

Dikatakannya, secara umum kondisi hotspot saat ini untuk deteksi dari satelit NOAA 19 memperlihatkan kenaikan pola apabila dibandingkan tahun 2016 pada periode 1 Januari-7 Agusutus 2016 terdeteksi 1.233 hostpot dan periode 1 Januari-7 Agustus 2017 terdeteksi 1.341 hotspot atau naik sebesar 8%.

Sedangkan, untuk deteksi Satelit Terra/Aqua LAPAN dengan tingkat kepercayaan lebih dari 80%, untuk periode 1 Januari–7 Agustus 2016 terdeteksi 2.161 titik, dan tahun 2017 pada periode yang sama terdeteksi 334 atau terjadi penurunan sebesar 84%.

Khusus untuk Provinsi Kalbar, masih kata Direktur Pengendalian Karhutla, apabila diperbandingkan antara tahun 2016 dan 2017 baik deteksi Satelit NOAA 19 maupun Terra/aqua menunjukkan kenaikan.

Deteksi Satelit NOAA 19 untuk periode 2016 terdeteksi 60 titik di Kalbar dan periode Tahun 2017 terdeteksi 201 titik. Deteksi Satelit Terra/Aqua periode 2016 terdeteksi 11 titik dan periode tahun 2017 terdeteksi 72 titik.

“Sebaran hotspot terbanyak di Kalbar masih didominasi Sintang, Kubu Raya, dan Sanggau. Kabupaten lain yang perlu diwaspadai adalah Kapuas Hulu, Ketapang, dan Landak,” jelasnya.

Di tempat yang sama, Kepala BNPB RI Laksda TNI (Purn) Willem Rampangilei mengatakan, fakta bahwa kebakaran hutan dan lahan terjadi tiap tahun. "Namun sejak 2016 sudah bisa diatasi, belajar dari situ maka bisa memaksimalkan pencegahan sehingga tidak terjadi bencana asap," ujarnya.

Willem menegaskan, harus dilakukan upaya pencegahan secara efektif, padamkan api sedini mungkin, tingkatkan kesiapsiagaan kewaspadaan sedini mungkin, pemadaman secepatnya koordinasikan penegakan hukum secepatnya.

"2017 ini tidak boleh lengah, kita harus memantau secara seksama hospot, sosialisasi ke masyarakat, tingkatkan patroli, kerahkan sumber daya pusat dan daerah, termasuk bantuan, seperti helikopter, peralatan pemadaman dari LHK, restorasi gambut, karena kebakaran krusial kalau teradi di lahan gambut," pungkas jenderal purnawirawan bintang dua itu.
(kri)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1504 seconds (0.1#10.140)