Pemerintah Fasilitasi Musisi Jalanan Tampil di Ruang Publik

Selasa, 06 Juni 2017 - 21:54 WIB
Pemerintah Fasilitasi...
Pemerintah Fasilitasi Musisi Jalanan Tampil di Ruang Publik
A A A
JAKARTA - Pemerintah akan memfasilitasi para musisi jalanan untuk mengamen di tempat publik. Seperti di stasiun kereta dan pusat perbelanjaan.

Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbud, Hilmar Farid mengatakan, Kemendikbud sangat berharap musisi jalanan diberikan tempat di stasiun kereta.

Saat ini, kata dia, hanya di Stasiun Gambir saja ada musisi jalanan yang beraksi dan itu pun hanya lagu keroncong. Sementara di stasiun lain belum ada. “Pengelola stasiun mungkin bisa beri ruang mereka untuk bermain musik sehingga bisa mewarnai ruang publik kita,’’ kata Hilmar di Kantor Kemendikbud, Selasa (6/6/2017).

Kemendikbud telah menyeleksi 40 dari 120 musisi jalanan yang melamar mengikuti workshop lokakarya peningkatan kompetensi. Para musisi jalanan ini dipilih berdasarkan karakteristiknya. Ada grup yang pintar bermain biola, merdu menyanyikan lagu Islami hingga lagu Bee Gees.

Hilmar melanjutkan, pihaknya pun mengundang pengelola pusat perbelanjaan untuk melihat para musisi jalanan ini bermain live di depan mereka.

Dengan harapan, kata dia, pengelola mal di Jakarta dan sekitarnya tertarik mengundang mereka tampil. “Kita ingin seni jalanan ini menjadi lebih indah dan tempat publik bisa menjadi rumah mereka,” katanya.

Sementara itu, Mendikbud Muhadjir Effendy menjelaskan, karya seniman jalanan ini perlu diapresiasi. Sebab dengan karya mereka bisa mengimbangi suasana Jakarta yang intimidatif seperti saat ini.

Gitaris Slank Mohammad Ridwan Hafiedz atau Ridho meminta para musisi jalanan ini tidak memaksa meminta uang kepada masyarakat.

Jangan ada musisi yang mengamen berkedok preman ataupun pengemis. Dia berpendapat, daripada menengadahkan tangan lebih baik menaruh kotak apresiasi. “Karena dari apresiasi musik yang didengar oleh masyarakat maka mereka pun akan memberi (uang),” katanya.

Sementara pendiri Institut Musik Jalanan, Andi Malewa mengatakan, ruang untuk musisi jalanan mengamen semakin terbatas. Di kereta, lanjut dia, sudah dilarang, warung tenda banyak yang ditutup dan juga semakin sedikit pendapatan mengamen di bus karena masyarakat pindah ke Transjakarta.

Menurut dia, asalkan "tampil" cara yang baik dan tepat sasaran maka musisi jalanan bisa lebih profesional di bidangnya. Andi bermimpi musisi jalanan bisa bebas bereskpresi dan mencari nafkah layaknya di Eropa.
(dam)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6369 seconds (0.1#10.140)