HT: Indonesia Negara Agraris Ketergantungan Impor Pangan

Kamis, 01 Juni 2017 - 01:01 WIB
HT: Indonesia Negara...
HT: Indonesia Negara Agraris Ketergantungan Impor Pangan
A A A
PASURUAN - Ketua Umum Partai Perindo Hary Tanoesoedibjo (HT) mengatakan, pertanian Indonesia harus dibangun, agar tak terus menerus tergantung pada impor. Sebaliknya, dengan membangun pertanian, Indonesia bisa mengendalikan harga pangan dan berswasembada pangan.

“Kita negara agraris tapi ketergantungan impor pangan dan harganya susah dikendalikan," kata HT saat berdialog dengan Asosiasi Petani Kopi dan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) di Purwodadi, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, Rabu (24/5/2017).

HT menjelaskan, untuk menyelesaikan persoalan pangan dibutuhkan kebijakan pemerintah yang mendorong pertanian Indonesia bisa maju. “Kalau negara benar-benar mau hadir membantu rakyat, pasti bisa. Masalahnya, gelem opo ora?” katanya.

Negara, lanjutnya HT, harus hadir untuk membantu petani. Dalam soal lahan misalnya, petani bisa dibantu untuk menambah luas lahannya hingga menjadi dua atau hingga tiga hektare. Jadi para petani bisa lebih efesien, hasil lebih besar, dan ekonomi bisa lebih baik.

Seperti diketahui rata-rata petani Indonesia memiliki luas lahan pertanian kurang dari 1 hektare. Sementara setiap petani di Filipina dan Thailand rata-rata luas lahan pertaniannya masing-masing mencapai 2 dan 3,2 hektare.

Selain itu petani di Indonesia juga banyak yang hanya merupakan penggarap lahan alias tidak memiliki lahannya sendiri. Ketika pemilik lahan menjual lahan tersebut, luas lahan pertanian pun kian menyusut. Kedua, petani harus memiliki akses dana murah, supaya keuntungan tidak diperas tengkulak, dilatih supaya produktivitas meningkat.

Petani Indonesia banyak menggantungkan aktivitas pertanian ke Tengkulak, karena tak memiliki modal. Akibatnya hasil pertanian mereka kerap dihargai sangat murah. Dengan modal yang cukup petani bisa menggunakan peralatan modern, bibit unggul, pupuk yang bagus, teknologi pertanian dan lain sebagainya sehingga produktivitas meningkat.

Pelatihan juga dibutuhkan untuk meningkatkan produktivitas. Seperti diketahui produktivitas pertanian Indonesia masih terhitung rendah berada pada kisaran 5 juta ton per hektare. Terakhir petani harus diproteksi, tidak diadu dengan yang mapan, dikasih kesempatan maju. “Pasar harus diatur agar tidak dimainkan mafia,” tegas HT

Dalam kesempatan tersebut HT mengatakan kehadiran Partai Perindo adalah untuk memajukan Indonesia, dengan segala konsekuensinya. Untuk memajukan Indonesia dibutuhkan kebijakan pro-bisnis dan pro-rakyat yang berjalan beriringan. “Kebijakan Indonesia harus pro-rakyat agar masyarakat bawah naik ke tengah, yang tengah ke atas. Kelompok produktif makin banyak,” ungkapnya.

HT menambahkan, negara lain makin maju karena kelompok mapan makin banyak. “Kita ketinggalan karena kelompok mapannya itu-itu saja,” pungkas HT.

Sementara itu Unggul Abinowo yang merupakan perwakilan dari petani di dialog tersebut mengatakan, petani tak bisa hidup layak dengan hanya memiliki satu hektare lahan. “Sekarang petani punya satu hektare, ya tidak bisa hidup,” ungkapnya.

Dia juga mengaku prihatin dengan berbagai impor pangan yang merangsek ke Indonesia. Mulai dari bawang putih, beras, dan pangan lainnya. “Cita-cita saya, dulunya negeri ini kaya raya makmur, tapi masa makan saja didatangkan dari luar," tuturnya.

Dia menaruh harapan besar kepada HT bisa memajukan pertanian Indonesia ke depan. “Mudah-mudahan ke depan petani kita bisa maju,” tegasnya.
(wib)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0762 seconds (0.1#10.140)