Jokowi dan Kabinet Kerja Sidang, KH Maruf Amin Sampaikan Kultum
A
A
A
BOGOR - Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Wakil Presiden Jusuf Kalla beserta jajaran Menteri Kabinet Kerja menggelar buka puasa bersama di Istana Bogor, Jawa Barat,
Buka puasa dilakukan usai Jokowi dan para Menteri kabinet kerja melakukan sidang Kabinet Paripurna yang membahas persiapan Idul Fitri 1438 H/2017.
Dalam kesempatan itu, Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH. Maruf Amin bertindak menyampaikan kuliah tujuh menit, Senin (29/5/2017).
Dalam ceramahnya, Ma'ruf mengatakan pentingnya hubungan berbangsa dan bernegara perlu dilandasi hubungan yang 'mawahdah dan wararahmah' agar terjalin hubungan yang harmonis.
Menurutnya, kalangan ulama mengembangkan makna mawahdah dan warahmah dalam bingkai ukhwah insaniyah yang kemudian dipermudah menjadi istilah silaturahmi.
"Shila itu menghubungkan orang ibu itu saudara satu kandung. Padahal kita bukan saudara satu kandung, tetapi oleh Allah subhanahu wa ta'ala kita suruh membangun silaturahim‎," tutur Ma'ruf.
Rais Aam PBNU ini berharap, momentum Ramadhan menjadi saat yang tepat bagi elemen bagsa, terlebih kalangan mukmin untuk saling berbagi dan menyayangi antar sesama sebagaimana Akhlak dan amalan yang dicontohkan Nabi Muhammad.
Ia menuturkan, Rasulullah mengajarkan agar di bulan puasa ini harus pandai-pandai menjaga amarah. Rasulullah, kata Ma'ruf pernah berpesan jika ada orang yang membenci dan memarahi, cukup katakan dirinya sedang berpuasa.
Menurutnya, marah tidak dilarang, namun yang anjurkan agar mengendalikan amarah. "Oleh karena itu segeralah memohon ampun untuk puasa ini untuk kita menjadi Taqwa orang yang bertaqwa," ungkapnya.
"Itu salah satunya akuntansi Minang orang yang bisa menahan diri bukan orang tidak boleh marah sebab marah itu manusiawi, tetapi proporsional harus bisa mengendalikan dan bisa memaafkan orang jadi prinsip-prinsip di dalam puasa ini sebenarnya dalam rangka mampu menahan, mengendalikan diri," pungkasnya.
Buka puasa dilakukan usai Jokowi dan para Menteri kabinet kerja melakukan sidang Kabinet Paripurna yang membahas persiapan Idul Fitri 1438 H/2017.
Dalam kesempatan itu, Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH. Maruf Amin bertindak menyampaikan kuliah tujuh menit, Senin (29/5/2017).
Dalam ceramahnya, Ma'ruf mengatakan pentingnya hubungan berbangsa dan bernegara perlu dilandasi hubungan yang 'mawahdah dan wararahmah' agar terjalin hubungan yang harmonis.
Menurutnya, kalangan ulama mengembangkan makna mawahdah dan warahmah dalam bingkai ukhwah insaniyah yang kemudian dipermudah menjadi istilah silaturahmi.
"Shila itu menghubungkan orang ibu itu saudara satu kandung. Padahal kita bukan saudara satu kandung, tetapi oleh Allah subhanahu wa ta'ala kita suruh membangun silaturahim‎," tutur Ma'ruf.
Rais Aam PBNU ini berharap, momentum Ramadhan menjadi saat yang tepat bagi elemen bagsa, terlebih kalangan mukmin untuk saling berbagi dan menyayangi antar sesama sebagaimana Akhlak dan amalan yang dicontohkan Nabi Muhammad.
Ia menuturkan, Rasulullah mengajarkan agar di bulan puasa ini harus pandai-pandai menjaga amarah. Rasulullah, kata Ma'ruf pernah berpesan jika ada orang yang membenci dan memarahi, cukup katakan dirinya sedang berpuasa.
Menurutnya, marah tidak dilarang, namun yang anjurkan agar mengendalikan amarah. "Oleh karena itu segeralah memohon ampun untuk puasa ini untuk kita menjadi Taqwa orang yang bertaqwa," ungkapnya.
"Itu salah satunya akuntansi Minang orang yang bisa menahan diri bukan orang tidak boleh marah sebab marah itu manusiawi, tetapi proporsional harus bisa mengendalikan dan bisa memaafkan orang jadi prinsip-prinsip di dalam puasa ini sebenarnya dalam rangka mampu menahan, mengendalikan diri," pungkasnya.
(maf)