HT : Bangun Indonesia Butuh Visi, Kerja Keras Saja Tidak Cukup
A
A
A
JAKARTA - Membangun Indonesia membutuhkan visi. Hal itu diungkapkan Chairman & CEO MNC Group Hary Tanoesoedibjo saat menjadi keynote speaker seminar Management Development Program (MDP) di BRI Corporate University, Jakarta, Rabu (17/5).
“Membangun Indonesia harus dengan visi yang membawa kita ke tujuan. Kerja keras saja tidak cukup,” ujar pria yang akrab disapa HT itu.
Dia menyebut, saat ini ada dua dimensi kesenjangan yang dialami Indonesia. Yakni kesenjangan vertikal terkait kesejahteraan masyarakat dan kesenjangan horizontal menyangkut pembangunan antar daerah. Hal tersebut disebabkan kapitalisme yang diterapkan di saat mayoritas masyarakat belum siap kesejahteraan dan pendidikan membuat kesenjangan di Tanah Air terus melebar.
Memiliki lebih dari 514 kabupaten/kota, saat ini tak lebih dari 10 yang sudah terbangun dengan baik. Masyarakat yang tumbuh pun hanya di kota-kota tertentu saja. Ibarat sebuah gedung, pilar penopang ekonomi nasional sedikit sehingga mudah ambruk.
Hary mengatakan, membangun Indonesia ke depan harus mengentaskan kedua kesenjangan tersebut. “Indonesia perlu program pro rakyat, tidak hanya pro bisnis. Keduanya harus berjalan seiring,” tuturnya. Pro bisnis menciptakan lapangan kerja. Sementara pro rakyat membangun masyarakat bawah dengan keberpihakan agar bisa bergerak ke menengah, yang menengah bisa naik ke atas sehingga pilar ekonomi lebih banyak.
“Masyarakat bawah di daerah harus dibangun dengan keberpihakan. Mereka perlu modal, pelatihan dan diproteksi,” terang HT yang telah memberikan kuliah umum di lebih dari 170 perguruan tinggi se-Indonesia itu.
Dalam hal ini, lanjutnya, Bank BRI bisa berperan. Jaringan yang kuat hingga ke daerah-daerah dinilai pria asal Surabaya, Jawa Timur, itu menjadi salah satu keunggulan Bank BRI. “Saya berharap BRI bisa jadi agent of development bagi masyarakat bawah yang perlu dibangun,” katanya.
Dia menjelaskan dengan membangun masyarakat bawah, Indonesia akan lebih cepat menjadi negara maju. Dia memberi gambaran pentingnya Indonesia naik kelas menjadi negara maju. Negara maju memiliki kemampuan untuk menyelesaikan berbagai persoalan di masyarakat.
Mulai dari menyubsidi atau menggratiskan pendidikan, layanan kesehatan, rumah yang layak, hingga menanggungi biaya hidup pengangguran sampai mereka bisa mendapatkan pekerjaan. “Rezeki setiap orang beda, negara harus hadir di tengah masyarakat yang kurang beruntung,” pungkasnya.
“Membangun Indonesia harus dengan visi yang membawa kita ke tujuan. Kerja keras saja tidak cukup,” ujar pria yang akrab disapa HT itu.
Dia menyebut, saat ini ada dua dimensi kesenjangan yang dialami Indonesia. Yakni kesenjangan vertikal terkait kesejahteraan masyarakat dan kesenjangan horizontal menyangkut pembangunan antar daerah. Hal tersebut disebabkan kapitalisme yang diterapkan di saat mayoritas masyarakat belum siap kesejahteraan dan pendidikan membuat kesenjangan di Tanah Air terus melebar.
Memiliki lebih dari 514 kabupaten/kota, saat ini tak lebih dari 10 yang sudah terbangun dengan baik. Masyarakat yang tumbuh pun hanya di kota-kota tertentu saja. Ibarat sebuah gedung, pilar penopang ekonomi nasional sedikit sehingga mudah ambruk.
Hary mengatakan, membangun Indonesia ke depan harus mengentaskan kedua kesenjangan tersebut. “Indonesia perlu program pro rakyat, tidak hanya pro bisnis. Keduanya harus berjalan seiring,” tuturnya. Pro bisnis menciptakan lapangan kerja. Sementara pro rakyat membangun masyarakat bawah dengan keberpihakan agar bisa bergerak ke menengah, yang menengah bisa naik ke atas sehingga pilar ekonomi lebih banyak.
“Masyarakat bawah di daerah harus dibangun dengan keberpihakan. Mereka perlu modal, pelatihan dan diproteksi,” terang HT yang telah memberikan kuliah umum di lebih dari 170 perguruan tinggi se-Indonesia itu.
Dalam hal ini, lanjutnya, Bank BRI bisa berperan. Jaringan yang kuat hingga ke daerah-daerah dinilai pria asal Surabaya, Jawa Timur, itu menjadi salah satu keunggulan Bank BRI. “Saya berharap BRI bisa jadi agent of development bagi masyarakat bawah yang perlu dibangun,” katanya.
Dia menjelaskan dengan membangun masyarakat bawah, Indonesia akan lebih cepat menjadi negara maju. Dia memberi gambaran pentingnya Indonesia naik kelas menjadi negara maju. Negara maju memiliki kemampuan untuk menyelesaikan berbagai persoalan di masyarakat.
Mulai dari menyubsidi atau menggratiskan pendidikan, layanan kesehatan, rumah yang layak, hingga menanggungi biaya hidup pengangguran sampai mereka bisa mendapatkan pekerjaan. “Rezeki setiap orang beda, negara harus hadir di tengah masyarakat yang kurang beruntung,” pungkasnya.
(pur)