Karangan Bunga Misterius Mendadak Muncul di Kantor Wiranto
A
A
A
JAKARTA - Kantor Kementerian Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan (Kemenko Polhukam) di Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat mendadak mendapat dikirimi dua karangan bunga, Senin (8/5/2017).
Karangan bunga itu bertuliskan "Terima kasih Pak Wiranto atas langkah-langkah yang akan diambil membubarkan ormas yang berlawanan dengan asas Pancasila". Karangan bunga dikirim oleh pihak yang menamakan Group Cinta Damai yang Antiradikal.
Sementara karangan bunga lainnya bertuliskan "Terima kasih Pak Wiranto atas komitmen menjaga NKRI dengan tidak bermain mata dengan pemecah belah bangsa". Pengirim karangan bunga mengatasnamakan Group Blok Q Cintai Damai dan Lawan Radikalisme.
Karangan bunga dikirim setelah Menko Polhukam Wiranto mengumumkan rencana pembubaran ormas Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) di Kantor Kemenko Polhukam, Jakarta, Senin (8/5/2017).
Aksi mengirim karangan bunga untuk pejabat negara terjadi dalam beberapa pekan terakhir. Awalnya ribuan karangan bunga berisi ucapan terima kasih kepada a Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat di Balai Kota DKI Jakarta .
Tidak lama kemudian, Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian mendapat kiriman serupa. Tak ketinggalan juga Presiden Joko Widodo ikut menerima kirima bunga yang tidak dikenal siapa pengirimnya.
Sebelumnya, aksi mengirim bunga ke berbagai instansi pemerintah menjadi perhatian publik. Ketua Presidium Perhimpunan Masyarakat Madani (Prima) Sya'roni, menilai fenomena karangan bunga terkait dengan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta.
Apalagi, kata dia, pesan yang disampaikan melalui karangan bunga ke berbagai tempat hampir sama, yakni mendikotomikan kebinekaan versus gerakan Islam.
"Fenomena karangan bunga tidak terlepas dari pertarungan Pilgub Jakarta, di mana pada waktu itu untuk membendung gerakan Islam digunakanlah isu-isu kebinekaan sebagai tandingannya," kata Sya'roni, Kamis (4/5/2017). (Baca Juga: Karangan Bunga dan Perang Urat Saraf Gaya Baru )
Menurut dia, jika sebelumnya medan tempur berlangsung di dunia maya dengan masing-masing kubu memiliki cyber army (pasukan siber) maka sekarang ada upaya menggeser medan laga, lebih tepatnya dari cyber war menuju flower war.
Menurut dia, flower war menunjukkan sikap yang tidak kesatria dan seolah-olah belum sepenuhnya menerima hasil dari proses demokrasi.
Karangan bunga itu bertuliskan "Terima kasih Pak Wiranto atas langkah-langkah yang akan diambil membubarkan ormas yang berlawanan dengan asas Pancasila". Karangan bunga dikirim oleh pihak yang menamakan Group Cinta Damai yang Antiradikal.
Sementara karangan bunga lainnya bertuliskan "Terima kasih Pak Wiranto atas komitmen menjaga NKRI dengan tidak bermain mata dengan pemecah belah bangsa". Pengirim karangan bunga mengatasnamakan Group Blok Q Cintai Damai dan Lawan Radikalisme.
Karangan bunga dikirim setelah Menko Polhukam Wiranto mengumumkan rencana pembubaran ormas Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) di Kantor Kemenko Polhukam, Jakarta, Senin (8/5/2017).
Aksi mengirim karangan bunga untuk pejabat negara terjadi dalam beberapa pekan terakhir. Awalnya ribuan karangan bunga berisi ucapan terima kasih kepada a Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat di Balai Kota DKI Jakarta .
Tidak lama kemudian, Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian mendapat kiriman serupa. Tak ketinggalan juga Presiden Joko Widodo ikut menerima kirima bunga yang tidak dikenal siapa pengirimnya.
Sebelumnya, aksi mengirim bunga ke berbagai instansi pemerintah menjadi perhatian publik. Ketua Presidium Perhimpunan Masyarakat Madani (Prima) Sya'roni, menilai fenomena karangan bunga terkait dengan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta.
Apalagi, kata dia, pesan yang disampaikan melalui karangan bunga ke berbagai tempat hampir sama, yakni mendikotomikan kebinekaan versus gerakan Islam.
"Fenomena karangan bunga tidak terlepas dari pertarungan Pilgub Jakarta, di mana pada waktu itu untuk membendung gerakan Islam digunakanlah isu-isu kebinekaan sebagai tandingannya," kata Sya'roni, Kamis (4/5/2017). (Baca Juga: Karangan Bunga dan Perang Urat Saraf Gaya Baru )
Menurut dia, jika sebelumnya medan tempur berlangsung di dunia maya dengan masing-masing kubu memiliki cyber army (pasukan siber) maka sekarang ada upaya menggeser medan laga, lebih tepatnya dari cyber war menuju flower war.
Menurut dia, flower war menunjukkan sikap yang tidak kesatria dan seolah-olah belum sepenuhnya menerima hasil dari proses demokrasi.
(dam)