Setelah Sebut Politik-Agama Dipisah, Kini Jokowi Bilang Keduanya Harus Disambung
A
A
A
SUKOHARJO - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengingatkan, agar politik dan agama disambungkan dalam konteks yang benar, bukan dipisahkan sama sekali.
"Jadi memang politik dan agama harus disambungkan dalam konteks yang benar," kata Presiden Jokowi saat meresmikan Masjid dan Gedung Singo Ludiro di Sukoharjo, Sabtu (8/4/2017).
"Kalau kebijakan dilandasi spiritualitas, moralitas, nilai-nilai pengabdian dan nilai-nilai lain yang diajarkan agama Islam ya itulah sambungnya politik dan agama," imbuh Jokowi.
Sekadar mengingatkan, pada 24 Maret 2017 saat Jokowi meresmikan Tugu Titik Nol Peradaban Islam Nusantara di Kecamatan Barus, Tapanuli Tengah, Sumut, dia sempat mengimbau untuk tidak mencampuradukkan antara politik dan agama.
Namun, kali ini di Pondok Pesantren Singo Ludiro, Presiden Jokowi menjelaskan bahwa yang ia maksudkan adalah politik dapat dilandasi nilai-nilai yang diajarkan dalam agama.
"Beberapa minggu lalu saya menyampaikan, saya memperingatkan saat itu bahwa jangan mencampuradukkan antara politik dan agama. Apa maksudnya? Peringatan itu konteksnya adalah dalam rangka persatuan negara kita. Sekali lagi dalam rangka persatuan negara kita. Jangan sampai agama dipolitisasi menjadi sebuah komoditas," ungkap Presiden.
(Baca juga: Pisahkan Politik dan Agama, Jokowi Dinilai Ingin RI Jadi Sekuler)
Apa yang dimaksudkannya, bukan berarti memisahkan nilai-nilai agama dalam politik. "Agama sangat penting dalam berpolitik. Misalnya, kita ingin membuat kebijakan, kalau tanpa dilandasi nilai agama, moralitas, kejujuran, pengabdian pada rakyat bangsa negara pasti luput kebijakan itu. Jadi memang poltik dan agama harus disambung dalam konteks yang benar," tegasnya.
Sejumlah nilai yang disebutkan Presiden Jokowi agar melandasi politik antara lain nilai spiritualitas, nilai moralitas, nilai pengabdian dan nilai-nilai lain yang diajarkan agama Islam. "Jangan dibelokkan, masa politik tidak boleh dihubungkan dengan agama," ungkap Presiden.
Dirinya juga berharap agar santri di Ponpes Singo Ludiro selain memiliki pengetahuan dalam mengaji juga dapat mengembangkan pelatihan keterampilan.
"Agar juga bisa dikembangkan pendidikan dan pelatihan ketrampilan, vokasional kepada para santri sehingga setelah selesai belajar di pondok para santri juga memiliki bekal ketrampilan yang bermanfaat saat memasuki masyarakat, memasuki dunia kerja yang ada," jelas Presiden.
Jokowi bahkan ikut memberikan sumbangan kepada pondok pesantren yang menggratiskan seluruh biaya bagi para santri. "Katanya Pak Menteri Agama memberi Rp150 juta, saya kan sudah juga kan, lebih gede dari itu kan? tapi saya tambahi lagi sama kayak kemarin, 'mboten tak sebut', supaya bisa dipakai nanti untuk tambahan yang kurang-kurang," tambah Presiden Jokowi.
"Jadi memang politik dan agama harus disambungkan dalam konteks yang benar," kata Presiden Jokowi saat meresmikan Masjid dan Gedung Singo Ludiro di Sukoharjo, Sabtu (8/4/2017).
"Kalau kebijakan dilandasi spiritualitas, moralitas, nilai-nilai pengabdian dan nilai-nilai lain yang diajarkan agama Islam ya itulah sambungnya politik dan agama," imbuh Jokowi.
Sekadar mengingatkan, pada 24 Maret 2017 saat Jokowi meresmikan Tugu Titik Nol Peradaban Islam Nusantara di Kecamatan Barus, Tapanuli Tengah, Sumut, dia sempat mengimbau untuk tidak mencampuradukkan antara politik dan agama.
Namun, kali ini di Pondok Pesantren Singo Ludiro, Presiden Jokowi menjelaskan bahwa yang ia maksudkan adalah politik dapat dilandasi nilai-nilai yang diajarkan dalam agama.
"Beberapa minggu lalu saya menyampaikan, saya memperingatkan saat itu bahwa jangan mencampuradukkan antara politik dan agama. Apa maksudnya? Peringatan itu konteksnya adalah dalam rangka persatuan negara kita. Sekali lagi dalam rangka persatuan negara kita. Jangan sampai agama dipolitisasi menjadi sebuah komoditas," ungkap Presiden.
(Baca juga: Pisahkan Politik dan Agama, Jokowi Dinilai Ingin RI Jadi Sekuler)
Apa yang dimaksudkannya, bukan berarti memisahkan nilai-nilai agama dalam politik. "Agama sangat penting dalam berpolitik. Misalnya, kita ingin membuat kebijakan, kalau tanpa dilandasi nilai agama, moralitas, kejujuran, pengabdian pada rakyat bangsa negara pasti luput kebijakan itu. Jadi memang poltik dan agama harus disambung dalam konteks yang benar," tegasnya.
Sejumlah nilai yang disebutkan Presiden Jokowi agar melandasi politik antara lain nilai spiritualitas, nilai moralitas, nilai pengabdian dan nilai-nilai lain yang diajarkan agama Islam. "Jangan dibelokkan, masa politik tidak boleh dihubungkan dengan agama," ungkap Presiden.
Dirinya juga berharap agar santri di Ponpes Singo Ludiro selain memiliki pengetahuan dalam mengaji juga dapat mengembangkan pelatihan keterampilan.
"Agar juga bisa dikembangkan pendidikan dan pelatihan ketrampilan, vokasional kepada para santri sehingga setelah selesai belajar di pondok para santri juga memiliki bekal ketrampilan yang bermanfaat saat memasuki masyarakat, memasuki dunia kerja yang ada," jelas Presiden.
Jokowi bahkan ikut memberikan sumbangan kepada pondok pesantren yang menggratiskan seluruh biaya bagi para santri. "Katanya Pak Menteri Agama memberi Rp150 juta, saya kan sudah juga kan, lebih gede dari itu kan? tapi saya tambahi lagi sama kayak kemarin, 'mboten tak sebut', supaya bisa dipakai nanti untuk tambahan yang kurang-kurang," tambah Presiden Jokowi.
(maf)