Tangkal Hoax, KEIN Ajak Muslimat NU Aktif Berdakwah di Medsos
A
A
A
BOGOR - Ketua Pokja Industri Kreatif dari Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN) Irfan Wahid mendorong Muslimat Nahdlatul Ulama (NU) memanfaatkan media sosial untuk berdakwah sehingga mampu menangkal informasi hoax atau palsu mengenai syiar agama yang kini marak bertebaran di media sosial dan aplikasi pesan.
"Bermedia sosial ini sudah tidak bisa kita hindari karena memang kini eranya. Melalui media sosial kita bisa gunakan untuk syiar agama, sosial kemasyarakatan, ekonomi, politik, dan hiburan. Jika dakwah Muslimat dilakukan melalui media sosial, maka dampak positifnya akan lebih luas lagi," kata pria yang biasa disapa Ipang Wahid dalam Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) Muslimat NU di Bogor, Jawa Barat, Minggu (26/3/2017).
Dia mengungkapkan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) mencatat pada 2016 terdapat 800 ribu situs penyebar hoax di Indonesia. Sebanyak 700 ribu sudah ditutup oleh pemerintah namun informasi hoax dari berbagai situs lainnya terus bermunculan.
Di Facebook, di Twitter, bahkan di aplikasi pesan Whatsapp juga bertebaran informasi mengenai syiar agama yang belum tentu benar.
"Mengapa situs atau portal informasi hoax makin menjamur? Karena pemilik portal berlomba-lomba mendatangkan traffic klik. Semakin banyak klik semakin untung mereka. Semakin tinggi traffic semakin tinggi nilai sebuah portal. Mereka tidak peduli substansinya apa, yang penting orang klik di situ. Jadi jangan mau diperalat atau dijebak oleh penyebar hoax. Mereka dapat uangnya, kita dapat dosanya," tutur Ipang.
Dia menilai Muslimat NU memiliki banyak sekali kegiatan positif di bidang pendidikan, kesehatan, keterampilan, ekonomi, dan juga syiar agama yang dilakukan di berbagai wilayah di Indonesia.
Materi tersebut dikatakannya dapat diolah menjadi bentuk infografis, video, meme, atau konten kreatif lainnya sehingga semakin banyak masyarakat yang mengetahui kiprah Muslimat, sekaligus juga memberikan edukasi dan informasi kepada publik untuk menjawab berbagai informasi hoax.
"Jadi bagaimana kita menciptakan dampak positif di media sosial, itu yang terpenting. Saya yakin konten informasi Muslimat NU sudah pasti kredibel dan bukan hoax. Tinggal bagaimana mengemasnya sesuai rumus Prabu Kreatif," tuturnya bersemangat.
Putra sulung pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng Jombang, Jawa Timur, KH Salahuddin Wahid (Gus Sholah) ini mengungkapkan rumus Prabu Kreatif adalah singkatan dari praktis, menghibur, kredibel, inspiratif.
Dengan formula tersebut, Ipang yakin konten yang disusun Muslimat NU yang akan menjadi "juara" di media sosial. "Kuncinya menyentuh emosi, relevan, keinginan untuk membagikan (share)," ucapnya.
Ketua Umum PP Muslimat NU Khofifah Indar Parawansa mengatakan, berbagai inovasi dan inisiatif telah dilakukan para ibu-ibu Muslimat NU di berbagai pelosok Tanah Air, namun belum diseminasi informasi mengenai hal ini masih belum maksimal.
"Saya ingin membangun pemahaman ibu-ibu (muslimat-red) bahwa menyampaikan program kerja dan kegiatan di wilayah masing-masing lewat media sosial itu bukan riya atau pamer. Kalau ibu-ibu mengikuti rumus Prabu Kreatif tadi, maka saya yakin konten yang ibu sebarkan pasti bermanfaat bagi masyarakat," ujar Khofifah optimistis.
"Bermedia sosial ini sudah tidak bisa kita hindari karena memang kini eranya. Melalui media sosial kita bisa gunakan untuk syiar agama, sosial kemasyarakatan, ekonomi, politik, dan hiburan. Jika dakwah Muslimat dilakukan melalui media sosial, maka dampak positifnya akan lebih luas lagi," kata pria yang biasa disapa Ipang Wahid dalam Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) Muslimat NU di Bogor, Jawa Barat, Minggu (26/3/2017).
Dia mengungkapkan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) mencatat pada 2016 terdapat 800 ribu situs penyebar hoax di Indonesia. Sebanyak 700 ribu sudah ditutup oleh pemerintah namun informasi hoax dari berbagai situs lainnya terus bermunculan.
Di Facebook, di Twitter, bahkan di aplikasi pesan Whatsapp juga bertebaran informasi mengenai syiar agama yang belum tentu benar.
"Mengapa situs atau portal informasi hoax makin menjamur? Karena pemilik portal berlomba-lomba mendatangkan traffic klik. Semakin banyak klik semakin untung mereka. Semakin tinggi traffic semakin tinggi nilai sebuah portal. Mereka tidak peduli substansinya apa, yang penting orang klik di situ. Jadi jangan mau diperalat atau dijebak oleh penyebar hoax. Mereka dapat uangnya, kita dapat dosanya," tutur Ipang.
Dia menilai Muslimat NU memiliki banyak sekali kegiatan positif di bidang pendidikan, kesehatan, keterampilan, ekonomi, dan juga syiar agama yang dilakukan di berbagai wilayah di Indonesia.
Materi tersebut dikatakannya dapat diolah menjadi bentuk infografis, video, meme, atau konten kreatif lainnya sehingga semakin banyak masyarakat yang mengetahui kiprah Muslimat, sekaligus juga memberikan edukasi dan informasi kepada publik untuk menjawab berbagai informasi hoax.
"Jadi bagaimana kita menciptakan dampak positif di media sosial, itu yang terpenting. Saya yakin konten informasi Muslimat NU sudah pasti kredibel dan bukan hoax. Tinggal bagaimana mengemasnya sesuai rumus Prabu Kreatif," tuturnya bersemangat.
Putra sulung pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng Jombang, Jawa Timur, KH Salahuddin Wahid (Gus Sholah) ini mengungkapkan rumus Prabu Kreatif adalah singkatan dari praktis, menghibur, kredibel, inspiratif.
Dengan formula tersebut, Ipang yakin konten yang disusun Muslimat NU yang akan menjadi "juara" di media sosial. "Kuncinya menyentuh emosi, relevan, keinginan untuk membagikan (share)," ucapnya.
Ketua Umum PP Muslimat NU Khofifah Indar Parawansa mengatakan, berbagai inovasi dan inisiatif telah dilakukan para ibu-ibu Muslimat NU di berbagai pelosok Tanah Air, namun belum diseminasi informasi mengenai hal ini masih belum maksimal.
"Saya ingin membangun pemahaman ibu-ibu (muslimat-red) bahwa menyampaikan program kerja dan kegiatan di wilayah masing-masing lewat media sosial itu bukan riya atau pamer. Kalau ibu-ibu mengikuti rumus Prabu Kreatif tadi, maka saya yakin konten yang ibu sebarkan pasti bermanfaat bagi masyarakat," ujar Khofifah optimistis.
(dam)