Menko Polhukam: Kita Harus Selalu Siap Lawan Terorisme
A
A
A
JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Wiranto menilai ancaman terorisme selalu ada.
Wiranto menegaskan perlu kerja sama bilateral dalam lingkup regional maupun global untuk mempersiapkan diri menangkal ancaman tersebut.
Hal itu disampaikan Wiranto saat menjadi pembicara dalam forum Counter Terorrism Confrence (CTC) tahun 2017 di New Delhi, India, Selasa 14 Maret 2017 waktu setempat.
"Ancaman tersebut juga seharusnya menjadi pengingat kita, bahwa kita harus terus mempersiapkan diri serta melakukan segala daya upaya yang diperlukan guna mencegah dan melawan kejahatan yang luar biasa ini," kata Wiranto dalam keterangan persnya, Rabu (15/3/2017).
Wiranto mengatakan, tantangan ke depan, adalah bagaimana menerapkan berbagai strategi guna menangkal teroris seperti memperkuat pelaksanaan hukum, mengontrol perbatasan, serta pertukaran informasi antara negara asal, transit, dan negara tujuan.
Wiranto menilai, forum seperti CTC perlu dilanjutkan agar ancaman terorisme bisa diantisipasi secara bersama-sama. "Harapan saya, semua keinginan, perspektif, program dan rencana-rencana dalam melawan teroris dapat terus terealisasikan," tuturnya.
Dia memaparkan soal strategi Indonesia dalam upaya menghalau kejahatan terorisme. Dia menyebutkan, Indonesia menerapkan pendekatan keras dan lembut terhadap aksi terorisme.
"Dalam pendekatan keras kami memburu grup-grup teroris, memecah mata rantai mereka, dan melakukan penegakan hukum yang terus menerus," ucapnya.
Hasilnya, kata Wiranto, Indonesia dianggap berhasil memutus jaringan teroris dengan melumpuhkan sejumlah gembong teroris yang dipandang berbahaya seperti Noordin M Top, Dr Azhari, dan Santoso serta pentolan teroris lainnya yang selama ini dianggap mahir dalam proganda dan meracik bom.
Kendati begitu, pemerintah Indonesia juga tetap mengedepankan program deradikalisasi dalam menghadapi terorisme. Menurut dia, program ini penting dilakukan untuk mencegah paham radikal yang akan berkembang di Indonesia.
Wiranto menyebutkan, program deradikalisasi digarap secara serius oleh Badan Penanggulangan Terorisme (BNPT) bentukan pemerintah.
"Untuk melawan propaganda, kita harus menggunakan narasi yang efekktif untuk melawan propaganda mereka dan juga penting untuk mencegah mereka untuk mendapatkan akses lebih terhadap cyber technology," katanya.
Wiranto menegaskan perlu kerja sama bilateral dalam lingkup regional maupun global untuk mempersiapkan diri menangkal ancaman tersebut.
Hal itu disampaikan Wiranto saat menjadi pembicara dalam forum Counter Terorrism Confrence (CTC) tahun 2017 di New Delhi, India, Selasa 14 Maret 2017 waktu setempat.
"Ancaman tersebut juga seharusnya menjadi pengingat kita, bahwa kita harus terus mempersiapkan diri serta melakukan segala daya upaya yang diperlukan guna mencegah dan melawan kejahatan yang luar biasa ini," kata Wiranto dalam keterangan persnya, Rabu (15/3/2017).
Wiranto mengatakan, tantangan ke depan, adalah bagaimana menerapkan berbagai strategi guna menangkal teroris seperti memperkuat pelaksanaan hukum, mengontrol perbatasan, serta pertukaran informasi antara negara asal, transit, dan negara tujuan.
Wiranto menilai, forum seperti CTC perlu dilanjutkan agar ancaman terorisme bisa diantisipasi secara bersama-sama. "Harapan saya, semua keinginan, perspektif, program dan rencana-rencana dalam melawan teroris dapat terus terealisasikan," tuturnya.
Dia memaparkan soal strategi Indonesia dalam upaya menghalau kejahatan terorisme. Dia menyebutkan, Indonesia menerapkan pendekatan keras dan lembut terhadap aksi terorisme.
"Dalam pendekatan keras kami memburu grup-grup teroris, memecah mata rantai mereka, dan melakukan penegakan hukum yang terus menerus," ucapnya.
Hasilnya, kata Wiranto, Indonesia dianggap berhasil memutus jaringan teroris dengan melumpuhkan sejumlah gembong teroris yang dipandang berbahaya seperti Noordin M Top, Dr Azhari, dan Santoso serta pentolan teroris lainnya yang selama ini dianggap mahir dalam proganda dan meracik bom.
Kendati begitu, pemerintah Indonesia juga tetap mengedepankan program deradikalisasi dalam menghadapi terorisme. Menurut dia, program ini penting dilakukan untuk mencegah paham radikal yang akan berkembang di Indonesia.
Wiranto menyebutkan, program deradikalisasi digarap secara serius oleh Badan Penanggulangan Terorisme (BNPT) bentukan pemerintah.
"Untuk melawan propaganda, kita harus menggunakan narasi yang efekktif untuk melawan propaganda mereka dan juga penting untuk mencegah mereka untuk mendapatkan akses lebih terhadap cyber technology," katanya.
(dam)