HT Berbagi Kesuksesan di Ponpes Darussalam Sleman
A
A
A
SLEMAN - Kesuksesan bukan sesuatu yang mustahil dicapai. Bahkan sukses begitu mudah dicapai namun tidak bisa didapat secara gratis, melainkan harus diperjuangkan.
"Selagi masih dalam jangkauan manusia, sukses itu mudah. Tapi tidak gratis, harus diperjuangkan. Harus ngelakoni," ucap Chairman and CEO MNC Group Hary Tanoesoedibjo (HT) saat berbagi kisah sukses bersama santri Ponpes Darussalam, Jogokerten, Trimulyo, Sleman, Kamis (22/12/2016).
HT menceritakan, MNC Group yang kini berkembang besar dengan 37.000 karyawan di Tanah Air dan luar negeri, dibangun dari nol sejak 1989. Ia bahkan sempat dipertanyakan saat pertama kali mengambil alih RCTI.
"Tapi saya belajar, saya lihat tren perkembangan televisi termasuk bagaimana televisi di negara lain bisa berkembang. Sekarang MNC Group menjadi industri media terbesar di Asia Tenggara, bukan lagi Indonesia," ucap HT.
Ia menjelaskan, sukses yang diraihnya bisa menjadi pelajaran siapa pun. Apalagi, lanjut HT, latar belakang keluarganya bukan berasal dari keluarga kaya raya. Ayahnya lahir di Cepu dan besar di Trenggalek. Dengan kehidupan yang serba susah, sang ayah bahkan harus menyandang status yatim sejak usia sembilan tahun.
Namun kegigihan dan kerja keras membuat hidupnya perlahan berubah. Sampai akhirnya pindah ke Bojonegoro, berkeluarga dan mengembangkan usaha di Surabaya. "Jadi, dunia itu muter. Ayah saya dari bawah kemudian bisa membangun usaha dan berhasil," terangnya.
HT mengungkapkan, saat ini dirinya mejalankan empat peran sekaligus. Selain sebagai pengusaha, ia juga aktif di dunia pengajaran. Sempat mengajar di program magister UI, kini HT lebih fokus memberi kuliah umum di perguruan tinggi. HT telah memberi kuliah umum di lebih dari 150 perguruan tinggi.
"Kenapa ini saya lakukan, karena saya ingin membuka pandangan para mahasiswa. Mereka yang akan menjadi penerus bangsa ini. Saya ingin buka wawasan bahwa kondisi bangsa seharusnya bisa lebih baik," terangnya.
Kondisi itu pula, lanjut dia, yang membuatnya terjun ke dunia politik. Ia prihatin karena kondisi bangsa tidak lebih baik. Padahal potensi yang dimiliki cukup melimpah. Laut Indonesia luas tapi garam masih impor. Demikian pula dengan tanah, namun beras dan kedelai juga masih impor.
"Jumlah penduduk Indonesia empat besar dunia. Tapi itu tidak diimbagi dengan produktivitas. 40% pendidikan warga masih SD ke bawah, keuangan juga hanya berputar di 10 kota saja. Akibatnya kesenjangan semakin terasa," jelasnya.
Padahal daerah dengan banyak penduduk harus dimajukan. Pelaku usaha kecil diproteksi akan bisa bersaing, masyarakat ekonomi lemah dan usaha kecil dibantu dengan permodalan dan pelatihan. "Kalau ini dikembangkan maka pondasi ekonomi akan kuat," tegasnya.
Di luar semua itu, HT menegaskan kembali bahwa kesuksesan bisa diraih siapapun asal mau berjuang. Sukses tidak tergantung masa lalu seseorang, juga tidak tergantung dari usia seseorang. "Sukses itu mudah, tapi tidak gratis. Harus mau berjuang. Harus mau ngelakoni," tambahnya.
Muh Sholihan Amin, Pengasuh Ponpes Darussalam merasa terhormat mendapat kunjungan HT. Ia berharap, sharing kisah sukses HT bisa menjadi inspirasi dan bekal bagi para santri dalam menatap masa depan.
"Sehingga selepas dari pesantren tidak bingung harus melakukan apa. Mereka bisa mengimplementasikan ilmu dari Pak HT," katanya.
"Selagi masih dalam jangkauan manusia, sukses itu mudah. Tapi tidak gratis, harus diperjuangkan. Harus ngelakoni," ucap Chairman and CEO MNC Group Hary Tanoesoedibjo (HT) saat berbagi kisah sukses bersama santri Ponpes Darussalam, Jogokerten, Trimulyo, Sleman, Kamis (22/12/2016).
HT menceritakan, MNC Group yang kini berkembang besar dengan 37.000 karyawan di Tanah Air dan luar negeri, dibangun dari nol sejak 1989. Ia bahkan sempat dipertanyakan saat pertama kali mengambil alih RCTI.
"Tapi saya belajar, saya lihat tren perkembangan televisi termasuk bagaimana televisi di negara lain bisa berkembang. Sekarang MNC Group menjadi industri media terbesar di Asia Tenggara, bukan lagi Indonesia," ucap HT.
Ia menjelaskan, sukses yang diraihnya bisa menjadi pelajaran siapa pun. Apalagi, lanjut HT, latar belakang keluarganya bukan berasal dari keluarga kaya raya. Ayahnya lahir di Cepu dan besar di Trenggalek. Dengan kehidupan yang serba susah, sang ayah bahkan harus menyandang status yatim sejak usia sembilan tahun.
Namun kegigihan dan kerja keras membuat hidupnya perlahan berubah. Sampai akhirnya pindah ke Bojonegoro, berkeluarga dan mengembangkan usaha di Surabaya. "Jadi, dunia itu muter. Ayah saya dari bawah kemudian bisa membangun usaha dan berhasil," terangnya.
HT mengungkapkan, saat ini dirinya mejalankan empat peran sekaligus. Selain sebagai pengusaha, ia juga aktif di dunia pengajaran. Sempat mengajar di program magister UI, kini HT lebih fokus memberi kuliah umum di perguruan tinggi. HT telah memberi kuliah umum di lebih dari 150 perguruan tinggi.
"Kenapa ini saya lakukan, karena saya ingin membuka pandangan para mahasiswa. Mereka yang akan menjadi penerus bangsa ini. Saya ingin buka wawasan bahwa kondisi bangsa seharusnya bisa lebih baik," terangnya.
Kondisi itu pula, lanjut dia, yang membuatnya terjun ke dunia politik. Ia prihatin karena kondisi bangsa tidak lebih baik. Padahal potensi yang dimiliki cukup melimpah. Laut Indonesia luas tapi garam masih impor. Demikian pula dengan tanah, namun beras dan kedelai juga masih impor.
"Jumlah penduduk Indonesia empat besar dunia. Tapi itu tidak diimbagi dengan produktivitas. 40% pendidikan warga masih SD ke bawah, keuangan juga hanya berputar di 10 kota saja. Akibatnya kesenjangan semakin terasa," jelasnya.
Padahal daerah dengan banyak penduduk harus dimajukan. Pelaku usaha kecil diproteksi akan bisa bersaing, masyarakat ekonomi lemah dan usaha kecil dibantu dengan permodalan dan pelatihan. "Kalau ini dikembangkan maka pondasi ekonomi akan kuat," tegasnya.
Di luar semua itu, HT menegaskan kembali bahwa kesuksesan bisa diraih siapapun asal mau berjuang. Sukses tidak tergantung masa lalu seseorang, juga tidak tergantung dari usia seseorang. "Sukses itu mudah, tapi tidak gratis. Harus mau berjuang. Harus mau ngelakoni," tambahnya.
Muh Sholihan Amin, Pengasuh Ponpes Darussalam merasa terhormat mendapat kunjungan HT. Ia berharap, sharing kisah sukses HT bisa menjadi inspirasi dan bekal bagi para santri dalam menatap masa depan.
"Sehingga selepas dari pesantren tidak bingung harus melakukan apa. Mereka bisa mengimplementasikan ilmu dari Pak HT," katanya.
(kri)