Pasukan Elite TNI dan Brimob Tanggulangi Teroris di Bandara
A
A
A
JAKARTA - Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) menggelar latihan penanggulangan kondisi krisis dari ancaman terorisme (Gulkonsis) ankatan VI tahun 2016. Latihan digelar sejak Senin, 5 Desember 2016 di Terminal 1A Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng dan ditutup pada Kamis, 8 Desember 2016.
Kepala BNPT, Komjen Pol Suhardi Alius mengatakan, latihan tersebut digelar sebagai upaya untuk meningkatkan kewaspadaan Negara dalam kondisi krisis dan ancaman terorisme. Dia menerangkan, latihan tersebut difokuskan pada peningkatan kemampuan di bidang penentuan sasaran dan ketepatan dalam mengambil tindakan secara cepat.
“Ini dilakukan untuk melatih dan mensimulasikan bagaimana semua otoritas yang ada di lingkungan bandara dapat bekerja sama secara terpadu,” ujar Suhardi dalam siaran pers yang diterima SINDOnews, Jumat (9/12/2016).
Dia menceritakan penutupan latihan tersebut disimulasikan bagaimana seorang penumpang membawa barang-barang berbahaya yang ternyata sudah di-back up jaringannya di luar dan melakukan pemaksaan. Menurutnya senjata teroris bermacam-macam, bahkan tidak menutup kemungkinan kelompok teroris juga menggunakan senjata dari unsur KBRN (Kimia, Biologi, Radioaktif dan Nuklir) plus explosive.
“Ini yang harus cepat dalam melakukan tindakannya untuk menanggulanginya. Kalau kita tidak berlatih tentunya akan lambat,” ucapnya. (Baca: Densus Endus Upaya Teroris Gelar Aksi Amaliyah Akhir Tahun 2016)
Latihan ini diikuti gabungan pasukan penanggulangan teror TNI-Polri seperti Satuan 81/Penaggulangan Teror Kopassus TNI-AD, Detasemen Jala Mangkara (Denjaka) TNI-AL, Satuan Bravo 90/Antiteror Paskhas TNI-AU, Detasemen Khusus (Densus) 88 Brimob Polri serta Polres Bandara. Institusi sipil lain juga diikutkan dalama latihan tersebut seperti keamanan bandara (Avsec /Aviation Security), imigrasi dan Bea Cukai yang keseluruhannya melibatkan sebanyak 250 personel.
Kepala BNPT, Komjen Pol Suhardi Alius mengatakan, latihan tersebut digelar sebagai upaya untuk meningkatkan kewaspadaan Negara dalam kondisi krisis dan ancaman terorisme. Dia menerangkan, latihan tersebut difokuskan pada peningkatan kemampuan di bidang penentuan sasaran dan ketepatan dalam mengambil tindakan secara cepat.
“Ini dilakukan untuk melatih dan mensimulasikan bagaimana semua otoritas yang ada di lingkungan bandara dapat bekerja sama secara terpadu,” ujar Suhardi dalam siaran pers yang diterima SINDOnews, Jumat (9/12/2016).
Dia menceritakan penutupan latihan tersebut disimulasikan bagaimana seorang penumpang membawa barang-barang berbahaya yang ternyata sudah di-back up jaringannya di luar dan melakukan pemaksaan. Menurutnya senjata teroris bermacam-macam, bahkan tidak menutup kemungkinan kelompok teroris juga menggunakan senjata dari unsur KBRN (Kimia, Biologi, Radioaktif dan Nuklir) plus explosive.
“Ini yang harus cepat dalam melakukan tindakannya untuk menanggulanginya. Kalau kita tidak berlatih tentunya akan lambat,” ucapnya. (Baca: Densus Endus Upaya Teroris Gelar Aksi Amaliyah Akhir Tahun 2016)
Latihan ini diikuti gabungan pasukan penanggulangan teror TNI-Polri seperti Satuan 81/Penaggulangan Teror Kopassus TNI-AD, Detasemen Jala Mangkara (Denjaka) TNI-AL, Satuan Bravo 90/Antiteror Paskhas TNI-AU, Detasemen Khusus (Densus) 88 Brimob Polri serta Polres Bandara. Institusi sipil lain juga diikutkan dalama latihan tersebut seperti keamanan bandara (Avsec /Aviation Security), imigrasi dan Bea Cukai yang keseluruhannya melibatkan sebanyak 250 personel.
(kur)