Hoax dan Fenomena Media Sosial
A
A
A
KABAR itu merayap di dunia maya sejak Jumat siang dua pekan lalu. Bermula dari media sosial Facebook, dua foto pecahan uang Rp 100.000 diunggah dengan pernyataan, 'Palu arit di uang kertas 100 ribu baru'.
Palu arit adalah ikon Partai Komunis Indonesia, organisasi terlarang di Indonesia. Kontan, kehebohan pun menyeruak. Posting itu terus merambat hingga memasuki ruang maya lainnya, seperti Twitter dan bahkan dikutip sejumlah situs berita.
Cuitan @estiningsihdwi disebar 195 kali dan disukai 73 pengguna lain.
Bantahan Bank Indonesia datang dua hari kemudian. Direktur Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Arbonas Hutabarat, membantah penafsiran versi 'palu arit'. Apa yang dilihat sebagian orang sebagai 'palu arit', menurut Arbonas, adalah logo 'BI' yang dicetak secara Rectoverso atau teknik cetak khusus yang membuat gambar berada di posisi yang sama dan saling membelakangi.
'Apabila dilihat tanpa diterawang, gambar akan terlihat seperti ornamen yang tidak beraturan. Namun apabila diterawang, Rectoverso akan membentuk sebuah gambar yang utuh,' kata Arbonas. Bank Indonesia menggunakan teknik cetak itu sebagai unsur pengaman uang untuk menghindari pemalsuan
Arus kabar bohong atau hoax seperti isu 'palu arit' tersebut semakin deras menjelang hingga setelah demonstrasi besar 4 November. Salah satunya adalah berita tentang dukungan Pemerintah Turki kepada demonstrasi yang sering disebut 411 itu.
Apa yang sebenarnya terjadi. Untuk lengkapnya semua bisa Anda baca di SINDO WEEKLY No. 39 Tahun V, 2016. Terbit Senin, 28 November 2016
Palu arit adalah ikon Partai Komunis Indonesia, organisasi terlarang di Indonesia. Kontan, kehebohan pun menyeruak. Posting itu terus merambat hingga memasuki ruang maya lainnya, seperti Twitter dan bahkan dikutip sejumlah situs berita.
Cuitan @estiningsihdwi disebar 195 kali dan disukai 73 pengguna lain.
Bantahan Bank Indonesia datang dua hari kemudian. Direktur Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Arbonas Hutabarat, membantah penafsiran versi 'palu arit'. Apa yang dilihat sebagian orang sebagai 'palu arit', menurut Arbonas, adalah logo 'BI' yang dicetak secara Rectoverso atau teknik cetak khusus yang membuat gambar berada di posisi yang sama dan saling membelakangi.
'Apabila dilihat tanpa diterawang, gambar akan terlihat seperti ornamen yang tidak beraturan. Namun apabila diterawang, Rectoverso akan membentuk sebuah gambar yang utuh,' kata Arbonas. Bank Indonesia menggunakan teknik cetak itu sebagai unsur pengaman uang untuk menghindari pemalsuan
Arus kabar bohong atau hoax seperti isu 'palu arit' tersebut semakin deras menjelang hingga setelah demonstrasi besar 4 November. Salah satunya adalah berita tentang dukungan Pemerintah Turki kepada demonstrasi yang sering disebut 411 itu.
Apa yang sebenarnya terjadi. Untuk lengkapnya semua bisa Anda baca di SINDO WEEKLY No. 39 Tahun V, 2016. Terbit Senin, 28 November 2016
(bbk)